“Ra, aku sudah jelasin to? Aku nggak ada niat bohongin kamu.”Tante Deasy tetap saja ngotot.Kami semua hanya jadi penonton adu mulut diantara keduanya. Terlebih Om Shane justru sibuk dengan ponselnya.“Apa sih susahnya tinggal telfon saja.”Tante Deasy sampai menitikkan air mata.”Ra, demi Tuhan deh, kamu nggak tau. Anakku pernah hampir jadi korban sindikat perdagangan orang.”Setelah ucapan Tante Deasy itu, mama langsung diam.“Kamu sendiri pernah ngerasin harus struggle sejak lama. Aku hanya punya dua anak perempuan, Ra.”“Sudah, Ma. Udah dong.” Bujuk Om Shane.Tante Deasy justru menepis tangan Om Shane yang berusaha merengkuhnya.“Udah apanya. Diem Pa. Biar pada tahu, kalau selama ini bukan kita yang sombong tapi keadaan kita nggak memungkinkan buat umbar cerita ke publik.”“Renata permisi dulu Ma, Pa. Tante.”Kuambil Arsen dari pangkuan mama dan putraku menurut saja. Aku nggak menyangka, ternyata di balik sikap ceria dan suka nyerocos Tante Deasy tersimpan cerita pahit juga. Aku n
Baca selengkapnya