Semua Bab TEA SOMMELIER GIRL ( GADIS PERACIK TEH): Bab 101 - Bab 110

139 Bab

Cerita Kenzo Matsuyama

 “Kek, kami ingin menyelesaikan masalah ini secepatnya. Renata ingin segera pulang.” Jelas suamiku.“Kami bertengkar setelah orang tua Renata mengalami kecelakaan di gudang. Kalau kalian ingat, di dekat rumahmu di perkebunan dulunya di bangun gudang teh yang sangat besar. Itu adalah tempat papa dan mamamu meneliti teh yang akan di produksi masal untuk pabrik kami nantinya.”Kakek Matsuyama menyandarkan bahunya. Ia terlihat begitu lelah. Satu per satu fakta terkuak. Rasa lelahku jadi menguap seketika mendengar cerita tentang mendiang mama dan papa.“Mama dan papamu dulu tinggal di Amerika. Kakek dulu mempercayakan papamu untuk mengelola perusahaan Kakek yang ada di Boston. Papamu sendiri sudah punya perusahaan yang di dirikannya dengan modalnya sendiri meski belum go internasional.”Mas Gavrielle berdiri, lalu ia memintaku bertukar tempat duduk. Kurasa malam ini akan terkuak lebih banyak lagi cerita
Baca selengkapnya

Kedatangan Tante Haruka

Di ruang keluarga bodyguard kakek berkumpul semuanya. Hino salah satu orang yang paling panik dengan keadaan kakekku.“PANGGIL AMBULANCE!” Teriak eyang putriku.Mas Gavrielle berlari sampai hampir tersandung karpet yang ada di depan tangga.“Lepaskan jaket kakek Hino!” Perintah suamiku.Kakek Matsuyama sudah tak sadarkan diri, jadi rumor kalau kakek sakit ternyata memang benar adanya.“Eyang, tenangkan diri Eyang! Hino ambilkan air minum!”Hino menuangkan air yang ada di meja lalu diberikan pada eyang putri. Mas Gavrielle melepaskan kaos yang di pakai kakek.“Siapkan mobil, kita kerumah sakit sekarang!” Mas Gavrielle meminta bodyguard kakekku untuk membantu mengangkat tubuh kakek ke dalam mobil. Menunggu ambulance tidak memungkinkan.Aku menuntun eyang putri berjalan keluar. Dulu papa hanya shock bukan kena serangan jantung, sedangkan Paman Abdulloh Yousuf memang kena serangan. Kami meninggalkan kakek dan nenek dalam keadaan baik-baik saja beberapa jam yang lalu. Apa yang menyebabkan
Baca selengkapnya

Bukan Lawan Gavrielle Baskoro

 “Aku tahu, aku bukan lawan yang seimbang buatmu, Bro.” Ucap Neil.”Apa mereka diam-diam saling berkomunikasi tanpa sepengetahuanku. Mas Gavrielle sempat cemburu sampai aku mengaku kalau ngefans pada Neil dan mengatakan kalau dia cocok jadi adik Mas Gavrielle. Keadaan yang semula tegang akhirnya sedikit mencair juga.“Neil, jaga sikapmu itu!” Tante Haruka memperingatkan.”Sudah Mama bilang bukan, kalau Renata itu saudaramu, ENOUGH.”Wajah Tante Haruka merah padam. Mas Gavrielle tetap saja tenang tak terpengaruh kemarahan Tante Haruka.“Tante, saya yakin kalau istri saya hanya mencintai saya saja. Saya juga tidak akan membiarkan Neil menjadi duri dalam daging dalam hubungan saya dan Renata.”Neil meninggalkan ruangan. Tante Haruka menyusulnya dengan segera. Aku dan Mas Gavrielle saling beradu pandang. Eyang putri juga beranjak pergi juga.“Eyang lihat Kakekmu dulu, Ren.&r
Baca selengkapnya

Kedatangan Eyang Putri

 Security yang patroli di areal parkir mengangukkan kepala begitu suamiku membuka kaca mobil.“Silahkan, Sir.” Security membukakan pintu samping kanan.Mas Gavrielle lalu turun.”Biar saya saja yang membukakan pintu untuk istri saya.”Security itu tersenyum lalu menunggu Mas Gavrielle membukakan pintu. Setelah kami keluar, security itu berjalan di belakang kami.“Mr. Tony sudah mempersiapkan sarapan. Tapi……”“Tapi apa?” Tanya suamiku.“Mr. Hiromi datang bersama Nyonya Haruka.” Kata security dengan berbisik.”Sebaiknya sarapan dulu, Nyonya. Mari saya tunjukkan tempatnya.”Security itu ternyata di minta oleh Tony untuk menjemput kami. Kami bukan melewati lobi tapi lewat pintu samping. Aku jadi ingat ruang transit di Baskoro TV. Tempat bersejarah aku dan suamiku beradu argumen sam
Baca selengkapnya

Pemilik Saham 10%

 “Apa ada yang keberatan dengan penunjukkan cucuku sebagai CEO perusahaan ini?” Tanya eyang putri.Semua anggota dewan di reksi bungkam.“Aku yang keberatan, Nyonya Kinarsih.” Kata Paman Hiromi dengan lantang. Keadaan pun kembali gaduh.“Tahu apa Renata tentang perusahaan ini? Tau apa kamu tentang investasi dan racikan teh? Kamu hanya pembawa berita yang memiliki keberuntungan dijadikan menantu Syaron Baskoro!"Tangan Mas Gavrielle mengepal. Wajahnya sudah memerah. Ku pegang tangan kanannya, dan ku usap pundaknya.“Saya memegang resep racikan teh warisan Hirata Matsuyama.”Ku katakan itu dengan lantang dan keras. Paman Hiromi begitu meremehkanku. Aku tak masalah kalau ia menganggap rendah diriku. Tapi ia sudah menyeret nama papa mertuaku juga suamiku, aku tidak terima.“Jangan membawa nama papa mertua saya—Syaron Baskoro ke dalam pusaran masalah ini. Anda tahu siapa pa
Baca selengkapnya

Dalang Masa Lalu

 Ku tutup meeting dengan dewan direksi. Saat kami hendak keluar, Paman Hiromi mendekati suamiku.“Kamu pikir ruangan ini tidak memiliki CCTV yang bisa ku pantau, huh?”Paman Hiromi murka sekali pastinya. Bukan namanya yang muncul sebagai pemegang saham 10% dari Kakek, tapi nama Neil. Apa nilai saham itu yang di ributkan oleh Tante Haruka?“Sebegitunya Paman membenci Renata?” Tanya Mas Gavrielle dengan lantang.Anggota dewan direksi satu per satu meninggalkan ruangan. Tiba-tiba saja Paman Hiromi mengikuti Tuan Agusto yang berjalan keluar bersama dengan asistennya.“Agusto.” Paman Hiromi menarik tangan Tuan Agusto untuk masuk ke lift.Dari ruangan meeting, tak terlihat lagi mereka. Tante Haruka dan Neil mendatangi suamiku.“Kurasa, ke depannya Hiromi akan terus mengganggu Renata.”Kata Tante Haruka sembari mengucapkan selamat pada suamiku. Aku yang jad
Baca selengkapnya

Canggung

 Ku tekan tombol emergency yang ada. Dari luar Mas Gavrielle langsung masuk menerobos. Kupikir Neil yang masuk ternyata suamiku. Dokter Kenichiro langsung masuk memeriksa kakekku.“Kenzo, sudah ku bilang jangan terlalu stress dan banyak pikiran.” Keluh dokter Kenichiro. “Kalian keluarlah dulu.”Oksigen kakek di pasang kembali. Tadinya kakek sudah bisa bicara dengan normal hanya selang infus yang terpasang. Monitor jantungnya juga terbaca sudah normal. Aku dan Mas Gavrielle terpaksa keluar dari ruang rawat.“Pasti Kakek banyak bicara.”Mas Gavrielle mengajakku duduk di kursi tunggu di luar ruangan. Aku benar-benar tidak melihat keberadaan Neil. Apa Mas Gavrielle tahu apa yang di katakan Neil? Atau hanya aku saja yang di beritahunya? Tidak mungkin Tante Haruka atau kakekku tidak tahu.Mengapa dia harus mengatakan hal ini dalam keadaan genting seperti ini. Egois sekali. Kalaupun dulu aku adalah
Baca selengkapnya

Negosiasi dengan Tuan Agusto

 Kepala restauran menyerahkan buket bunga ternyata.“Silahkan Tuan. Teriamakasih atas kunjungannya. Kami akan senang hati bekerjasama untuk mempromosikan produk perusahaan Tuan.”Kapan Mas Gavrielle negosiasi dengan orang di depan kami? Suamiku kenal dengan manajer restauran ini?“Tolong sampaikan pada Tuan Agusto, saya dengan senang hati akan berinvestasi.”Mulutku menganga tak percaya. Aku hanya asal tunjuk restauran. Benar-benar tak tahu kalau restauran ini milik Tuan Agusto.“Tentu saja, Tuan. Silahkan menikmati.”Mas Gavrielle menyerahkan buket bunga itu padaku. Salah satu bunga kesukaanku, Mawar warna putih.“Aku menghargai kejujuranmu, Ren. Meskipun jengkel juga. Di belahan bumi manapun ada saja laki-laki yang naksir kamu. Apa kamu pakai masker dan topeng aja ya biar nggak ada yang lihat wajahmu.”Kurang kerjaan itu namanya. Di tengah ide brilliant yang sudah d
Baca selengkapnya

Kisah Lama Agusto

 Suamiku tak membalas saat Tuan Agusto hendak menonjok kembali lengannya. Ia hanya menghindar. Mas Gavrielle lalu menarik tangan Tuan Agusto lalu memeluknya ala-ala pria.“Aku janji akan membantu sebisaku, Agusto. Catat, sebisaku!” Kata Mas Gavrielle.”Aku ingin segera pulang. Aku sampai berjauhan dengan anakku gara-gara perusahaan yang sekarat ini.”Ucapan Mas Gavrielle menyentil hati. Apa Mas Gavrielle tidak iklas membantu? Atau ia terlampau rindu sama anak-anak. Kalau di tanya besar mana rasa sayangnya antara aku dan suamiku ke anak-anakku? Tentu saja kami sama-sama sayang. Tapi memang anak-anakku lebih sering nemplok pada suamiku. Ia memang benar-benar memberi treatment yang terbaik untuk anakku.“Agusto, aku tahu bagaimana rasanya terpisah dengan anak juga belahan jiwa kita. Bersabarlah Agusto semoga semua ada waktunya.”Mas Gavrielle menjabat tangan Tuan Agusto lalu kami keluar dari r
Baca selengkapnya

Ancelia Sakit

Ku raih ponselku. Semalam aku lupa mengaktifkan pada mode pesawat gara-gara terlalu penasaran pada cerita Mas Gavrielle.“Hallo, ada apa Tony. Kakek baik-baik saja kan?” Jantungku ekstra dag dig dug. Mas Gavrielle mematikan ponselnya, benar saja telfon penting masuk ke ponselku.[Tuan Syaron dan Tuan Arsen menelfon ke nomor Tuan Gavrielle tidak bisa jadi mereka minta tolong saya menghubungkan.]Aku bisa bernafas lega. Ku pikir ada masalah urgen. Padahal semalam aku berencana menelfon mereka ternyata lupa karena panik. Adzan subuh belum lama berkumandang di ponselku. Mas Gavrielle bergegas mengaktifkan ponselnya lalu beranjak turun dari ranjang. Ia berlari ke kamar mandi untuk mandi lalu sembahyang Subuh.Aku mlipir ke sofa untuk menelfon papa. Aku akan menelfon sebentar saja, nanti akan ku lanjutkan setelah sembahyang Subuh. Belum ku tekan nomor ponsel papa. Ternyata nomorku sudah lebih dulu di hubungi.[Assalamu alaikum] Sapa papa di video call. Entah mengapa perasaanku jadi kurang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
91011121314
DMCA.com Protection Status