All Chapters of Cinta yang Tertukar: Chapter 581 - Chapter 590

590 Chapters

Bab 0581

Langkah kaki Yudha sangat berat, seperti sedang marah.Yara terkejut. Namun, sebelum dia sempat mencerna apa yang terjadi, Yudha menariknya dan mendorongnya ke samping.Yudha melangkah ke depan. Tangannya gemetar untuk merasakan napas Kakek Susilo. Benar saja, Kakek sudah tidak ada.Mati dengan mata terbuka!Kaki Yara lemas. Mulutnya terbuka lebar tak percaya. Dia tanpa sadar berpegangan pada mesin di sebelahnya, masih tidak bisa berdiri.Tiba-tiba, Yudha berbalik dan menatap Yara dengan penuh kebencian. "Apa kamu puas?"Yara tidak mengerti maksud Yudha dan menggelengkan kepalanya perlahan.Yudha mendekati Yara dan mencengkeram pundaknya dengan kedua tangan. "Apa kamu puas? Kamu puas dia mati dengan mata terbuka?""Nggak ... nggak ..." Yara terisak. Dia bahkan tidak bisa mengucapkan kalimat lengkap. Dia tidak mengerti apa yang dimaksud Yudha. Bagaimana mungkin dia berharap Kakek Susilo meninggal dengan tidak tenang?"Itu keinginan terakhirnya sebelum meninggal, kenapa kamu nggak bisa b
Read more

Bab 0582

Dia bergegas ke rumah sakit sambil menelepon Teresa. "Kak, Rara pendarahan, aku sekarang ...""Apa yang terjadi?" Teresa sangat marah. "Sudah di usia sekarang, kenapa sampai pendarahan?"Dia tahu bahwa kedua anak Yara mungkin akan lahir hari ini. Hampir dua bulan lebih cepat dari jadwal, tidak ada jaminan anak-anak itu akan selamat. Yara juga ... mungkin berada dalam bahaya besar."Bawa ke sini secepatnya. Aku akan meminta rumah sakit untuk persiapan." Teresa menutup telepon dan bergegas pergi menyiapkan semua kebutuhan.Felix lalu menelepon polisi lalu lintas untuk memastikan keadaan jalan dan meluncur secepat mungkin menuju rumah sakit.Yara dibaringkan di atas tandu. Dia masih belum sadarkan diri dan wajahnya seputih kertas."Kak Teresa." Felix tidak pernah merasa setakut ini. "Kamu harus selamatkan dia dan anak-anaknya.""Aku akan berusaha sebaik mungkin." Teresa memikirkan sesuatu dan berbalik kembali. "Dia nggak punya keluarga lain? Siapa yang bisa tanda tangan tindakan medis kal
Read more

Bab 0583

Yara dipindahkan ke IGD dan kondisinya kritis.Felix menanti-nanti cemas di rumah sakit, tidak kunjung melihat tanda-tanda kedatangan Yudha.Tiba-tiba, pintu IGD terbanting terbuka dan Teresa keluar tergesa-gesa. "Yudha masih belum datang?""Mungkin sedang di perjalanan." Felix bertanya khawatir, "Bagaimana keadaan Rara dan bayinya?""Dia nggak sadarkan diri dan pendarahan hebat." Wajah Teresa tampak berat. "Keluarganya harus datang dan tanda tangan agar ada yang bisa bertanggung jawab kalau terjadi sesuatu.""Biar aku yang tanda tangan. Dokter, aku saja yang tanda tangan." Felix memelas kepada Teresa. "Kalaupun Rara dan Yudha belum bercerai, aku bisa dianggap sebagai kakaknya dan bisa tanda tangan, 'kan?""Nggak bisa." Teresa menggeleng. "Dalam situasi seperti ini, yang dianggap paling penting adalah suami. Suami yang harus tanda tangan.""Kalau begitu, tunggu sebentar." Felix menghubungi nomor Yudha lagi, tapi tetap tidak tersambung.Dia mulai gelisah. "Sial! Orang ini kenapa?""Dok,
Read more

Bab 0584

Ekspresi wajah Yudha semakin lama semakin rumit. Dia tidak tahu kenapa semuanya jadi seperti ini.Jika anak-anak tidak selamat, ikatan terakhir yang dia miliki dengan Yara akan hilang. Apakah ini benar-benar akhir bagi mereka?"Yudha, jangan ragu lagi!" Teresa berkata dengan cemas, "Cepat putuskan!"Yudha dan Felix berteriak bersamaan, "Yara!"Teresa menghela napas lega. Setidaknya, itu berarti Yara tidak jatuh cinta pada orang yang salah. Dia berbalik dan memasuki ruang IGD.Yudha bersandar lemah di dinding. Matanya melamun menatap lantai. Dia bergumam, "Kenapa bisa seperti ini? Aku nggak tahu ..."Felix tahu dia menyalahkan dirinya sendiri. Dia juga mengerti bahwa tidak ada yang menyangka akan terjadi hal seburuk ini.Yudha tidak dapat disalahkan sepenuhnya. Setidaknya, Kakek juga sama-sama salah. Mereka berdua hanya ingin memperjuangkan pernikahan Yara dan Yudha. Mereka tidak menyangka akan mencelakakan Yara."Yudha." Felix tidak tahan lagi dan menepuk pundak Yudha. "Rawat dulu luka
Read more

Bab 0585

Setelah Felix dan Yudha pergi, Siska bersama Gio menginap di rumah sakit.Selama hampir tiga hari, mereka menyaksikan orang-orang keluar masuk ruang bersalin.Pada hari Kakek Susilo dimakamkan, Yara akhirnya keluar dari ICU dan berangsur-angsur bisa tersadar lebih lama setiap harinya.Siska dan Gio menghabiskan sebagian besar waktu di koridor, takut mengganggu istirahat Yara.Pada hari itu, terjadi persalinan yang sulit dan sang suami memilih untuk menyelamatkan bayinya. Pada akhirnya, sang ibu meninggal di meja operasi.Tangisan memilukan dari orang tua sang ibu bergema di seluruh rumah sakit.Siska seketika merasa sangat mual. Dia pergi ke toilet dan muntah dalam waktu yang lama. Ketika dia keluar, seluruh wajahnya pucat."Kamu nggak enak badan?" Gio menyodorkan sebuah botol berisi jus buah masam yang disukai Siska akhir-akhir ini."Nggak apa-apa." Siska menggeleng dan menerima jus itu, meneguknya sedikit demi sedikit. "Aku cuma terngiang-ngiang tangisan mereka. Rasanya menusuk telin
Read more

Bab 0586

"Oh, mereka sangat lucu." Ekspresinya dilebih-lebihkan."Terima kasih, Dok." Yara mengangguk sebagai rasa terima kasih."Oke, istirahat yang cukup. Kalian berdua jangan keliaran di sini." Teresa tidak membiarkan mereka menghalangi istirahat Yara.Keduanya pun bersiap untuk pergi."Tunggu." Yara tiba-tiba memanggil mereka. "Ponselku di mana?"Entah kenapa, Kakek terus membicarakan tentang ponsel dalam mimpinya barusan."Ini, di aku." Siska memberikan ponselnya kepada Yara.Yara segera melihat sebuah pesan singkat, dikirim tiga hari yang lalu pada siang hari, tepat di hari kematian Kakek."Rara, maaf. Kakek harus egois untuk yang terakhir kalinya!"Seketika, Yara menangis.Siska dan Gio saling berpandangan dan segera menyadari apa yang sedang terjadi. Mereka mengambil ponsel Yara dan pergi dalam diam.Di luar kamar, Teresa memberi beberapa peringatan dan hal-hal yang harus diperhatikan sebelum pergi."Dokter Teresa, gawat." Seorang perawat tiba-tiba datang bergegas.Teresa mengenalinya,
Read more

Bab 0587

Felix memasukkan ponselnya ke dalam saku dan melangkah ke pinggiran kerumunan, tempat Yudha dikelilingi oleh beberapa orang."Kamu ke sini!" Suaranya menggeram rendah karena marah.Mungkin karena terlalu bising suara orang-orang, Yudha seperti tidak mendengar dan tidak menanggapi sama sekali."Yudha!" Felix sangat marah dan berteriak di tengah kerumunan orang. "Cepat ke sini!"Dalam sekejap, seluruh tempat menjadi hening. Semua orang yang menangis, semua orang yang bicara, semuanya berhenti dan menatap kedua putra keluarga Lastana itu dengan kebingungan.Agnes pun langsung maju menghentikan Yudha dan bertanya, "Ada apa?""Nggak ada apa-apa Bu, kamu tetap di sini saja. Aku mau bicara dengan Kak Felix." Yudha menenangkan.Namun, Agnes dapat melihat raut wajah Felix yang sangat tidak baik-baik saja. Dia lalu menghampiri Felix dan mengingatkan, "Felix, kita masih di pemakaman kakekmu. Nggak bisa bicara nanti saja?""Bu, kamu nggak usah ikut khawatir. Aku harus memberi pelajaran untuk anak
Read more

Bab 0588

"Anak Rara?" Yudha terkekeh. Matanya menatap Felix dengan nada provokatif. "Dia juga anakku. Aku bebas membawanya ke mana saja.""Berengsek!" Felix benar-benar berang. "Anakmu? Yang benar saja. Apa yang sudah kamu lakukan untuk Rara selama ini selain hampir membunuhnya beberapa kali? Siapa kamu, mengaku-ngaku mereka sebagai anakmu? Pernahkah kamu terpikir kalau dia bahkan nggak mau mengakuimu sebagai ayah mereka sama sekali?"Kata-kata itu jelas menyulut sumbu Yudha. Dia menarik tangan Felix dan berkata, "Oh, kamu sudah berhenti pura-pura sekarang? Nggak ngaku-ngaku jadi ayah mereka lagi?"Ekspresi Felix berubah. Bahkan dia pun paham bahwa identitas ayah mereka tidak mungkin bisa disembunyikan lagi setelah mereka lahir.Yudha menuding wajah Felix dan mengumpat, "Kalau bukan karena kamu sejak awal mengaku-ngaku, apa mungkin aku mengabaikan Rara?"Felix tertawa marah. "Begitu? Kamu menceraikan Rara karena aku?""Perceraian ya perceraian, anak ya anak. Itu dua hal yang berbeda." Yudha mer
Read more

Bab 0589

Yudha berganti pakaian menjadi pakaian steril lengkap dan berdiri di depan inkubator.Bayi di depannya terlihat sangat kecil. Lengan dan kakinya kurus, dan wajahnya berkerut-kerut. Bahkan rupanya belum terlalu jelas.Perawat di sampingnya berbisik, "Bayinya mirip Bapak, dia pasti tampan kalau sudah besar."Yudha, seperti terbangun dari mimpi dan bergumam, "Mirip aku?""Ya, lihat baik-baik. Dahi tinggi, hidung mancung, dan lekukan rahangnya, semuanya persis seperti Bapak." Perawat itu melihat bahwa Yudha tampak senang mendengarkannya, jadi dia bicara lebih banyak lagi.Yudha berpikir keras, tapi masih tidak bisa memastikan bayi itu mirip dengannya atau tidak.Bukannya ada yang mengatakan bahwa anak laki-laki lebih mirip dengan ibunya? Dia tidak ingin bayi ini menjadi versi kecil dirinya.Perawat itu merasa pria di sebelahnya tiba-tiba seperti diselimuti kelabu. Dia tidak tahu dia salah bicara apa. Dia sebenarnya perawat di rumah sakit ibu dan anak, lalu dipekerjakan di sini untuk merawa
Read more

Bab 0590

Amel di sebelahnya langsung bertanya, "Adik laki-laki, ya?"Yudha menatapnya dan tersenyum, "Iya, adik laki-laki."Amel terlihat senang. "Kalau begitu, aku boleh main sama adik kecil?""Nggak boleh." Yudha langsung menolak."Sejak kamu bilang kemarin kalau Amel mau punya adik, gadis kecil itu girang sekali ingin main dengan adiknya." Melanie tersenyum. "Aku juga ingin ketemu dengannya. Dia 'kan anakmu."Yudha tetap tidak setuju. "Belum bisa. Bayinya lahir prematur dan harus tinggal di inkubator."Dia membujuk Amel dengan sabar, "Nanti kalau adikmu sudah agak besar, baru boleh main sama Amel, oke?""Oke." Amel melahap makan malamnya dengan gembira. "Kalau begitu, aku harus makan lebih banyak lagi, biar cepat besar dan melindungi adik kecilku nanti."Dia kemudian bertanya kepada Yudha, "Kalau adik yang perempuan? Dia nggak ikut kita juga?"Melanie juga menunggu jawaban dari Yudha dengan penuh perhatian."Dia nggak bisa ikut kita untuk saat ini."Melanie menanggapi, "Jadi, karena ini Kak
Read more
PREV
1
...
545556575859
DMCA.com Protection Status