Home / Rumah Tangga / Cinta yang Tertukar / Chapter 601 - Chapter 610

All Chapters of Cinta yang Tertukar: Chapter 601 - Chapter 610

627 Chapters

Bab 0601

Selama beberapa hari berikutnya, Yara sangat kooperatif dalam pengobatannya dan luka-lukanya sembuh dengan baik.Hari itu, Teresa datang membawa kabar baik. "Rara, biar kuberi tahu, anakmu sudah lebih baik darimu sekarang.""Eh?" Yara menoleh bingung. Dia baru pernah melihat bayinya dari foto dan video. Dia bahkan belum pernah menggendongnya.Teresa tersenyum. "Si kecil sudah siap keluar dari inkubator hari ini.""Benarkah?" Siska menyambar penuh semangat.Bukan hanya Yara saja. Felix, Siska dan Gio juga sangat senang. Mereka semua ingin bisa menggendong si kecil juga.Teresa mengangguk dan menatap Yara. "Kalau kamu mau, aku bisa menggendongnya ke sini sekarang. Dia sudah boleh tinggal di kamar ini juga sekarang."Dalam sekejap, Yara hampir menangis kegirangan. Dia menyeka air matanya dan cepat-cepat mengangguk."Oke, tunggu sebentar, aku bawa dia ke sini." Teresa berbalik dan menginstruksikan kepada Felix, "Naikkan tempat tidurnya."Felix segera menaikkan tempat tidur Yara. Mereka ber
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Bab 0602

Setelah mendapat persetujuan, Yara segera mengulurkan jari untuk menyentuh tangan si kecil. Dia tidak menyangka si kecil langsung meraih tangannya dengan senyuman lebar sampai matanya menyipit, seakan sangat bahagia."Dia tersenyum, lihat teman, dia tersenyum." Siska bersorak lagi. Dia tidak bisa mengendalikan emosinya sedikit pun dan bersembunyi di belakang Gio, menangis dengan suara kecil. "Aduh, aku kenapa? Ini saat-saat bahagia, tapi kenapa aku malah ingin menangis? Dasar."Gio tahu bahwa ini terkait dengan kehamilan Siska. Namun, jangankan Siska, dia sendiri juga tidak bisa menahan rasa harunya. Bahkan mata Pak Letkol tangguh di sampingnya sudah berkaca-kaca.Dia berkata dengan serius, "Menangis juga cara untuk mengungkapkan kebahagiaan. Jadi, menangislah kalau kamu mau.""Benarkah?" Mendengar perkataan Gio, Siska seketika hilang kendali. Dia bersandar di lengan Gio dan menangis keras. "Kenapa anak ini menggemaskan sekali? Orang-orang yang paling kucintai di dunia ini bertambah du
last updateLast Updated : 2024-10-12
Read more

Bab 0603

Di tempat lain, Yudha juga mendapat telepon bahwa bayinya sudah siap untuk keluar dari inkubator.Dia sangat senang dan segera mengirim pesan kepada ibunya. Dia ingin membawa kembali putranya malam nanti.Agnes sudah menunggu di depan pintu dengan tatapan penuh antisipasi. Ketika melihat Yudha keluar dari mobil, dia bergegas menghampiri."Cucuku, Nenek ingin menggendongmu." Dia mengambil anak itu dari tangan Yudha dengan hati-hati. "Kenapa kurus sekali? Ayahmu nggak memberimu makan?""Lahir prematur dua bulan. Pertumbuhannya agak lambat di awal." Mata Yudha sesekali mengikuti anaknya.Memasuki vila, dia mendapati Melanie, Tanto, dan Liana sudah ada di sana. Felix belum kembali."Selamat, keponakanku hebat!" Tanto menghampiri dan menepuk-nepuknya, lalu menghampiri Agnes untuk melihat bayinya. "Anak ini mendapat semua kelebihan ayah dan ibunya, sangat mirip."Yang dia maksud dengan ibu tentu saja adalah Yara."Sedikit lebih mirip ayahnya." Agnes menambahkan.Melanie akhirnya menimpali, "
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Bab 0604

Melanie menoleh ke belakang, melihat Tanto yang duduk di sofa tak jauh dari sana. Dia merendahkan suaranya, "Paman nggak mencari masalah denganmu lagi?"Tanto mengetahui bahwa Liana meminta Rita pura-pura. Kabarnya, Tanto menampar Liana untuk pertama kalinya pada hari itu dan menyuruhnya pergi.Melanie sebenarnya agak takut. Dia sebenarnya terkejut Tanto tidak datang padanya.Dia baru tahu kemudian bahwa Tanto dan Yudha memiliki sifat yang sama. Mereka tidak mau repot-repot memarahi orang yang tidak mereka pedulikan."Aku pergi bulan depan." Liana mematikan rokoknya. "Mungkin nggak akan pulang lagi."Melanie agak terkejut. "Menyerah begitu saja? Mengalah? Itu bukan Liana yang aku kenal.""Nggak tertarik." Liana melihat ke luar. "Meskipun vila ini mewah dan punya segalanya, tapi lihatlah ke luar, di luar sana masih lebih menyenangkan."Dia menoleh kepada Melanie dan berkata dengan serius, "Melly, apa menurutmu semua usaha itu sepadan?""Apa?" Melanie pura-pura tidak mengerti.Liana tert
last updateLast Updated : 2024-10-13
Read more

Bab 0605

Yudha lanjut makan tanpa berbicara dan seperti sedang berpikir."Biar aku yang merawatnya dulu." Agnes yang pertama bicara. "Masalah nanti, pikirkan lagi kalau kalian sudah menikah.""Bu ..." Yudha sepertinya tidak setuju.Agnes menyela, "Begitu saja. Lebih bagus lagi kalau kalian bisa punya anak sendiri. Kakek sudah nggak ada. Aku sendirian di rumah, ingin ada yang menemani.""Bu, aku dan Melly nggak akan punya anak." Yudha berkata dengan serius.Agnes menatap keduanya dengan jengkel dan berdiri sambil menggendong bayi itu. "Terserah kalian. Kalau memang nggak mau punya anak, 'kan masih ada Amel. Besarkan saja Amel dengan baik."Agnes tidak memberi kesempatan kepada siapa pun untuk menyanggahnya. Dia langsung masuk ke kamarnya sambil menggendong bayi itu.Tanto tertawa pelan. Entah apakah dia menertawakan atau memang benar-benar setuju, dia berkata, "Menurutku nggak masalah."Setelah makan, Melanie menemui Yudha lagi. "Yudha, Ibu sudah tua dan bayinya masih sangat kecil. Biar aku saja
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Bab 0606

"Yudha membawanya ke sini?" Mata Felix membelalak kaget."Terus kenapa?" Agnes menatapnya serius. "Jangan berani-berani membawa pergi anak ini tanpa persetujuanku, atau aku akan merebut kedua anak Yara.""Bu!" Felix tidak punya pilihan lain. Dia berjalan mendekat dan memandangi si kecil. "Dia nggak mirip adiknya."Dia mengeluarkan ponselnya dan mengambil foto si kecil beberapa kali. "Yara sudah boleh pulang dari rumah sakit beberapa hari lagi. Dia boleh datang ke sini?""Kapan pun juga boleh." Agnes menambahkan dengan sedikit rakus, "Tapi dia harus bawa adiknya ke sini."Felix tersenyum. "Oke.""Punya anak itu sangat membahagiakan. Rumah itu baru lengkap kalau ada orang tua dan anak-anak." Agnes teringat Kakek Susilo dan matanya sedikit memerah. "Sebuah berkah yang nggak ternilai harganya.""Iya, Bu, jangan sedih." Felix memeluk Agnes dengan lembut. "Kakek di surga pasti sudah lihat dan ikut bahagia.""Ya." Agnes buru-buru mengusap air matanya dan bertanya lagi, "Ngomong-ngomong, Yara
last updateLast Updated : 2024-10-14
Read more

Bab 0607

Sehari setelah Yara keluar dari rumah sakit, hakim yang menangani kasus perceraiannya datang berkunjung."Selamat, kamu sudah menjadi ibu." Sophia memandangi si kecil di kereta bayi dan merasa gemas. "Yara, kamu pasti sangat manis waktu masih kecil. Si kecil ini sangat murah senyum."Yara tersenyum sayang. "Ya, dia suka tersenyum. Aku nggak tahu apa yang membuatnya sangat bahagia.""Bahagia punya ibu yang cantik sepertimu." Sophia lalu menegakkan tubuh dan menatap Yara. "Kalau nggak salah, kamu pernah bilang anaknya kembar, 'kan? Yang satunya mana?"Senyum di wajah Yara sedikit memudar. "Dia ... dengan Yudha.""Oh, maaf, aku nggak bermaksud mengungkitnya." Sophia dapat melihat bahwa Yara sedang sedih. Dia segera menambahkan, "Kamu tetap ingin bercerai?""Bu Sophia, ayo bicara di luar." Meski dia tahu bahwa Yola tidak mungkin mengerti, Yara tetap tidak ingin membicarakan perceraian di depan anaknya.Sophia mengerti dan mengangguk. "Ayo keluar."Yara memanggil pengasuh untuk menjaga Yola
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 0608

Yara perlahan menurunkan tangannya yang memegang ponselnya, hampir menangis kegirangan dan berkata, "Siska, ayahku sudah bangun.""Ayahmu?" Siska pun ikut merasa senang. "Syukurlah, Tuhan memang maha pengasih. Bagaimana sekarang? Kamu mau ke rumah sakit?""Iya, aku mau ke sana sekarang." Yara berbalik dan kembali ke kamar untuk berganti pakaian dan bersiap-siap."Aku ikut." Siska meletakkan piringnya dan juga kembali ke kamar untuk berganti pakaian.Di tengah perjalanan, Siska tiba-tiba bertanya, "Oh iya, yang telepon kamu tadi dari pihak rumah sakit?""Bukan, itu Melanie." Setelah lebih tenang, Yara akhirnya merasa sedikit aneh."Melanie?" Siska melirik Yara. "Kalau ayahmu sudah sadar, kita bisa dapat petunjuk lebih banyak soal kasus penusukannya waktu itu 'kan?""Seharusnya begitu." Yara mengangguk sambil berpikir."Rara, menurutmu ... Melanie ikut terlibat nggak?" Siska bertanya dengan ragu-ragu.Saat peristiwa itu terjadi, mereka semua sangat curiga pada Melanie. Meski Santo belum
last updateLast Updated : 2024-10-15
Read more

Bab 0609

Yara memasuki kamar dengan raut wajah curiga. Siska mengikuti di belakangnya.Di ranjang rumah sakit, luka-luka di tubuh Santo sudah lama sembuh. Dia sedang melihat ke luar jendela dan menoleh saat mendengar suara pintu dibuka."Ayah!" panggil Yara dengan suara tercekat. "Ayah akhirnya bangun."Sekelebat keraguan muncul di mata Santo. Dia menatap Yara, lalu menatap orang di belakang Yara. "Kalian ... cari siapa?"Jantung Yara berdegup kencang. Dia meraih tangan Santo. "Ayah, aku Rara!"Santo mulai meronta. "Lepaskan aku, aku nggak kenal siapa kamu!"Dia berteriak ke luar dengan suara keras, "Melly, cepat masuk, Ayah takut. Mereka siapa?"Tubuh Yara melemas dan hampir ambruk."Rara, kamu nggak apa-apa?" Siska memegang tangan Yara dan berkata dengan suara gemetar, "Rara, ayahmu sepertinya nggak kenal kita lagi.""Bukan sepertinya lagi. Memang begitu." Suara Melanie terdengar dari belakang mereka.Dia menyilangkan lengan dan bersandar di kusen pintu, mengabaikan permintaan tolong Santo. "
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Bab 0610

Wanita itu mendecakkan lidah. "Kukira hatimu sangat mulia. Nggak masalah kamu nggak jadi merawatnya. Demi kekayaan keluarga, aku bersedia mencarikan panti jompo biar dia bisa menikmati masa tuanya.""Aku bersedia merawatnya." Yara segera membenarkan "Aku cuma nggak nyangka kamu mau melepaskannya begitu saja."Wajah Melanie sangat masam. Dia berdiri lagi dan menatap Yara lekat-lekat. "Pikir sendiri, dia sekarang sampah, nggak bisa makan minum sendiri. Pergi ke toilet harus dilayani. Dia bahkan nggak kenal siapa kamu. Dalam kepalanya sekarang, anaknya itu Melly."Yara tetap teguh. "Aku tahu, aku bersedia merawatnya. Kapan aku bisa membawanya pergi?"Melanie mengerutkan kening dan mengulurkan tangan untuk menyentuh kening Yara. "Rara, kamu nggak gila, 'kan?""Aku baik-baik saja." Yara menghindar dengan jijik. "Harta keluarga Lubis, hak waris, apa pun itu, ambil saja semuanya. Aku ingin dia."Melanie masih merasa tidak percaya. Dia menyentuh dagunya dan berkata, "Atau kamu berharap dia sad
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more
PREV
1
...
585960616263
DMCA.com Protection Status