Home / Rumah Tangga / Cinta yang Tertukar / Chapter 571 - Chapter 580

All Chapters of Cinta yang Tertukar: Chapter 571 - Chapter 580

627 Chapters

Bab 0571

Setibanya di rumah sakit, Teresa sudah menunggu Siska dibawa ke ruang gawat darurat."Dok, tolong selamatkan bayinya." Yara memohon pada Teresa berulang kali."Tenang, tenang, jangan lupa kamu juga sedang hamil." Teresa membantu Yara duduk, "Duduk dan tunggu sebentar.""Oke." Yara menunggu dengan gelisah di luar. Setelah menunggu sekitar setengah jam, akhirnya Teresa keluar."Dok, bagaimana keadaannya?" Dia bertanya dengan cemas, "Siska nggak apa-apa? Bagaimana keadaan bayinya?""Jangan khawatir, semuanya baik-baik saja." Teresa berkata dengan hangat, "Siska dan bayinya sama-sama baik-baik saja untuk saat ini, tapi kemungkinannya tetap ada, jadi harus dirawat inap beberapa hari."Yara akhirnya menghela napas lega. "Baiklah, terima kasih Dokter Teresa, terima kasih.""Masuk dan temui dia." Teresa menggelengkan kepalanya. "Dia sepertinya nggak mau dirawat. Dia bahkan nggak mau mempertahankan bayinya.""Oke, biar kubujuk dia." Yara bergegas pergi ke bangsal.Siska terbaring di sana dengan
last updateLast Updated : 2024-09-25
Read more

Bab 0572

Masalah ini jelas tidak dapat disembunyikan.Melanie segera menyarankan, "Yudha, tes DNA juga bisa sebelum lahir."Yudha menggeleng. "Yara nggak akan setuju. Dan masalahnya nggak terlalu mendesak.""Benar." Melanie menunjukkan ekspresi bahagia. "Yudha, haruskah aku mengucapkan selamat padamu? Apa rencanamu?"Yudha menatapnya dan berkata perlahan, "Melly, aku nggak butuh orang lain membantuku membesarkan untuk anak-anakku. Aku pasti akan merebut mereka.""Kamu takut aku nggak setuju?" Melanie cepat-cepat menggeleng. "Bagaimana mungkin? Aku suka anak-anak sejak dulu. Cuma ..."Dia menghela napas panjang. "Cuma, aku sendiri nggak cukup pantas untuk jadi seorang ibu. Tapi, kalau kamu bisa membawa pulang anak-anakmu, aku pasti akan memperlakukan mereka seperti anak kandungku sendiri. Malah aku jadi merasa lebih lega.""Baguslah kalau menurutmu begitu." Yudha menoleh ke arah Amel yang duduk tak jauh dari sana dan memberi isyarat. "Amel, duduk di sini."Amel segera meletakkan mainan di tangan
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Bab 0573

"Kamu mau coba?" Melanie bertanya kepada Amel sambil memegang benda itu.Amel langsung menggeleng. "Nggak, ini barang bagus, barang bagus untuk Ibu.""Haha ..." Melanie tertawa, meletakkan benda itu dan meninggalkan pikiran gilanya yang baru saja muncul.Anak-anak tetaplah anak-anak. Akan sangat menyulitkan kalau sampai punya kebiasaan buruk. Jadi, lupakan saja dan biarkan anak kecil itu lepas untuk sekarang.Amel duduk di samping Melanie dan menyandarkan tubuh kecilnya padanya. "Adik yang kata Paman Yudha itu ada di perut Bibi Rara?""Iya." Melanie melirik dari sudut matanya. "Kenapa? Bahagia?"Amel menggeleng dan berkata dengan nada yang tidak nyaman, "Jadi, Paman Yudha lebih sayang ke mereka mulai sekarang? Nggak sayang Amel lagi?"Melihatnya seperti ini, Melanie tiba-tiba merasa sangat tertarik. "Pasti. Mereka 'kan anak kandung Paman Yudha, sedangkan kamu ...""Aku nggak jadi suka mereka." Amel memeluk lututnya dengan wajah penuh kebencian.Melanie pun terhibur. "Ibu juga nggak suk
last updateLast Updated : 2024-09-26
Read more

Bab 0574

Gio menyilangkan kedua tangannya dan berkata dingin, "Bajingan, keluar!"Tanto mengayunkan tinjunya untuk menyerang, tapi Felix menahannya."Paman, jangan membuat masalah. Kalau kamu mengacau di sini, biar kuantar kamu keluar." Felix terlalu kuat, Tanto tidak bisa melawannya.Tiba-tiba, Siska turun dari tempat tidur dan menggenggam tangan Gio. "Tanto, kamu kemarin tanya 'kan, aku foto pernikahan dengan siapa? Dengan Dokter Gio."Mata Tanto terbelalak tak percaya. "Nggak mungkin!""Nggak mungkin bagaimana?" Siska mengubah posisinya dan memeluk lengan Gio. "Kami sudah memutuskan untuk menikah. Aku juga sudah membawanya menemui ibuku. Ibuku sudah setuju.""Nggak mungkin, aku nggak percaya." Tanto hampir histeris. "Siska, kamu nggak perlu sengaja membohongi aku seperti ini. Aku nggak akan percaya.""Kamu memang orang yang humoris." Gio tertawa kecil. "Lalu apa yang bisa membuatmu percaya?"Dia menatap bibir Siska. "Apa perlu kami ciuman di depanmu?"Saat kata-kata ini keluar, seluruh tubuh
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

Bab 0575

Waktu berlalu begitu cepat. Dalam sekejap, tiba malam sebelum sidang perceraian Yara dan Yudha.Kakek Susilo sangat sadar malam itu. Dia bahkan menyuruh Agnes untuk memanggil semua orang dan makan malam bersama di lantai bawah.Ketika semua orang melihatnya seperti itu, mereka pun mengerti bahwa akhir hidup Kakek Susilo sudah dekat. Dia mungkin tidak akan bertahan melewati malam ini."Kakek." Yudha mengantar kakeknya ke lantai atas setelah makan malam. "Kamu mau kupanggilkan Yara?""Nggak, Kakek baik-baik saja." Kakek Susilo berkata dengan suara berat, "Dia pasti khawatir kalau kamu panggil dia jam segini."Yudha mengangguk. "Oke kalau Kakek bilang begitu.""Kamu keluar dulu. Panggil pamanmu. Sudah lama Kakek nggak ngobrol dengannya," perintah Kakek Susilo."Oke, Kakek tunggu sebentar, aku panggilkan dia." Yudha turun ke lantai bawah dan memanggil Tanto, sementara yang lain menunggu di ruang tamu.Felix berkata dengan ragu-ragu, "Apa kita panggil Rara saja?""Nggak usah. Aku sudah tany
last updateLast Updated : 2024-09-27
Read more

Bab 0576

Tanto bangkit dan berjalan keluar pintu. Ketika sampai di depan pintu, dia berhenti dan berkata tanpa menoleh, "Kamu tahu? Kata bahagia itu sangat ironis kalau kamu yang mengucapkan."Tanpa menunggu Kakek Susilo bicara lagi, dia membuka pintu dan pergi dengan langkah cepat.Sampai di lantai bawah, dia mengambil barang-barangnya dan bersiap untuk pergi. Dia menyampaikan sambil berjalan keluar, "Felix, kamu diminta naik dengarkan kata-kata terakhirnya.""Paman, kamu mau ke mana?" Felix mengejarnya beberapa langkah."Tanto, sudah jam segini, kamu mau ke mana?" Liana mengejarnya juga dan memegang lengan Tanto. "Jangan pergi malam ini.""Lepaskan aku." Tanto menatap Liana penuh rasa jijik."Tanto, kamu belum merasa cukup membuat masalah?" Agnes akhirnya tidak tahan. "Kamu nggak boleh pergi ke mana-mana malam ini."Tanto tertawa pelan dan tetap berjalan keluar. "Cukup? Seumur hidup, aku nggak akan merasa cukup!"Dia mendorong pintu dengan kuat dan pergi tanpa ragu."Bajingan!" Agnes mengumpa
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Bab 0577

Felix turun ke lantai bawah. Melihat Liana tidak ada di sana, dia mempersilakan Agnes untuk naik terlebih dahulu.Dia bertanya pada Yudha, "Tante nggak balik lagi?"Yudha menggeleng. "Pergi sama Paman."Felix mendesah panjang.Yudha lalu berkata, "Setelah sekian lama, apa menurutmu Tante sudah benar-benar memaafkan Kakek?"Felix mengerti bahwa Yudha sedang membicarakan saat Kakek Susilo mengirim Liana ke luar negeri. Dia hanya merasa lelah dan memejamkan mata dengan lemah. "Siapa yang tahu? Sebesar apa pun cinta yang pernah ada, pada akhirnya cuma bisa berakhir menjadi utang."Di lantai atas, Agnes duduk di tepi tempat tidur dan berseru dengan lembut, "Ayah, ini aku."Semburat kegembiraan tampak jelas di wajah Kakek. Pria tua itu menatap Agnes dengan penuh kekaguman. "Keputusan terbaik yang pernah aku ambil dalam hidupku adalah mempunyaimu sebagai menantuku.""Ayah, menjadi menantumu juga keberuntungan terbesar dalam hidupku." Agnes tampak berkaca-kaca, tapi masih bisa mengendalikan em
last updateLast Updated : 2024-09-28
Read more

Bab 0578

Yudha menunduk tanpa menjawab."Yudha, jujur sama Kakek. Kamu masih ingin menceraikan Rara sekarang?" tanya Kakek Susilo.Yudha terdiam sejenak dan menjawab pelan, "Kakek, nggak ada gunanya membicarakan hal ini sekarang.""Itu artinya, kamu nggak ingin." Kakek Susilo mengalihkan pandangannya, menatap langit-langit dengan tenang. Beberapa saat kemudian, dia berkata, "Seumur hidup, Kakek selalu merasa bersalah pada dua orang. Yang satu pamanmu, dan yang satu lagi kamu.""Kakek ..." Yudha ingin menyela kakeknya.Kakek Susilo melanjutkan, "Kakek memanjakan pamanmu seumur hidupnya, memberinya kekayaan seumur hidup, karena Kakek ingin membayar kesalahan. Sedangkan kamu ..."Pria tua itu menoleh lagi, emosinya tergugah tidak tenang. "Kakek berhutang padamu. Seumur hidup Kakek nggak akan bisa membayarnya.""Kakek, jangan bilang begitu. Aku nggak pernah merasa kalau Kakek berutang padaku. Kakek adalah orang yang paling penting bagiku." Yudha menggenggam tangan Kakek Susilo. "Kakek, kamu harus p
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Bab 0579

Setelah menutup telepon, Yara merasa semakin gelisah.Orang-orang dari pengadilan menanyainya beberapa kali dan dia tidak bisa menjawab apa pun.Tak lama kemudian, Felix muncul.Yara hampir berlari ke arahnya, menatapnya dengan mata yang cemas. "Ada apa?""Nggak apa-apa, ayo ikut aku ke rumah Kakek." Felix tidak berani menatap matanya.Kaki Yara lemas dan hampir terjatuh.Untungnya, Felix cepat tanggap dan dapat menolongnya. "Rara, kuatkan dirimu. Ayo kita ke rumah Kakek dulu."Yara mengangguk. Air matanya sudah mulai pecah.Saat mereka hendak keluar, kebetulan mereka melihat Sophia datang.Melihat wajah Yara yang pucat dan lemah, dia bertanya, "Rara, ada apa? Yudha nggak datang lagi?""Halo, Bu Sophia, ada urusan mendadak di rumah." Felix setengah merangkul Yara dan membantunya menjawab. "Rara juga harus pergi. Maaf, tolong jadwalkan ulang sidangnya untuk lain waktu."Ekspresi Sophia berubah kelam. Dia jarang sekali melihat sidang ditunda-tunda seperti ini. "Kalian ini terlalu main-ma
last updateLast Updated : 2024-09-29
Read more

Bab 0580

Dia maju selangkah. Semakin dekat, dia semakin menyadari bahwa Kakek Susilo yang ada di depannya ini begitu aneh.Seolah semua kerusakan yang disebabkan oleh usia dan penyakit tiba-tiba berlipat ganda.Yara gemetar. Menggenggam tangan Kakek Susilo, dia memanggil sambil terisak, "Kakek, ini Rara. Rara datang."Setelah beberapa saat, Kakek Susilo perlahan membuka matanya. Saat melihat Yara, matanya terlihat lebih cerah."Kakek ..." Yara memanggilnya lagi, tapi tidak bisa berkata-kata dan tidak yakin apa yang harus dia katakan saat ini.Kata-kata penghiburan sudah tidak berarti apa-apa lagi di hadapan kematian.Kakek Susilo berusaha bangkit untuk duduk. Yara bergegas membantu menaikkan ranjang rumah sakit itu."Kakek, begini sudah lebih enak?" Yara bertanya dengan suara lemah.Kakek Susilo mengangguk dan tiba-tiba mengulurkan tangan untuk melepaskan ventilator. Mungkin karena dia tidak bisa bicara sama sekali saat memakai ventilator."Jangan, Kakek, ini nggak boleh dilepas." Yara cepat-ce
last updateLast Updated : 2024-09-30
Read more
PREV
1
...
5657585960
...
63
DMCA.com Protection Status