Home / Fantasi / Thai Qu Cing Si Anak Kotoran / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Thai Qu Cing Si Anak Kotoran: Chapter 41 - Chapter 50

61 Chapters

41. Membunuh rekan sendiri

Beberapa saat sebelum Bau Phe Sing menyerang, Qu Cing melihat raut wajah Bau Ba Chin penuh dendam. Ia menepuk sisi bahunya. "Apa yang membuatmu begitu membenci pria itu?" "Seluruh manusia di Kediaman Bau, menganggapku sebagai anak yang akan mendatangkan malapetaka. Tapi, sebagian mereka ada yang menampakkan rasa iba terhadapku, sehingga aku hanya diasingkan dari kediaman. Jikalau, Kakak Tertua tidak membuat masalah dan melimpahkan semua kesialan dikarenakan kehadiranku, Keluarga Bau tidak akan sampai merencanakan tindakan pembunuhan terhadapku," terang Bau Ba Chin. "Aku ... ingin membunuhnya!" Tangan anak berkulit hitam itu mengepal kuat. Matanya mulai menghintam seperti kejadian saat bertarung dengan Du Bai dan teman-temannya waktu itu. Jika sang kegelapan telah menguasai dirinya, maka pikirannya akan terkontaminasi. Dia tidak akan berhenti bertarung, sampai salah satu dari mereka mati. Qu Cing menepuk punggungnya. "Tenanglah! Itu akan ada saatnya nanti, Teman. Kita harus lebih
Read more

42. Mata cahaya

"Fokuslah, Tuanku! Pelajari teknik mata cahaya dalam Kitab Sang Raja Kera! Teknik itu bisa membantumu melihat meski dalam gumpalan kegelapan yang sangat pekat! Aku akan menghalau segala serangan yang mendekatimu," ujar sang tongkat sakti turut membantu memberikan petunjuk, di kala Qu Cing kebingungan.Teknik mata cahaya?Qu Cing memejamkan mata sembari bergumam, "tunjukan padaku teknik mata cahaya!"Sosok bayangan hitam, muncul di alam bawah sadarnya mengajarkan teknik tersebut. Dalam sekali percobaan, Qu Cing meniru gerakannya. Seketika, matanya terbelalak dalam kenyataan memancarkan aliran cahaya.Gumpalan kabut kegelapan, kini tidak lagi menjadi masalah baginya. Dia melihat Nie Lee tampak terus menambalkan lapisan pelindungnya yang retak."Guru, apakah Anda baik-baik saja?""Jangan pedulikan aku! Bantulah raja ular! Sekarang, dia pasti sudah terpengaruh. Jangan sampai pria dari Keluarga Bau itu berhasil mendapatkan mustika hitam miliknya! Ini akan lebih berbahaya!" balasnya.Qu Cin
Read more

43. Kekuatan raja kematian

Bau Ba Chin tersenyum dan berkata, "kau lihat kan! Sudah ku bilang, dia pasti datang!" ujarnya kepada sang raja kegelapan. "Huh!" Raja kegelapan mendengus. "Lalu, apa kau pikir bocah ingusan sepertinya mampu mengalahkan orang yang telah berhasil menundukan sang raja kematian? Ckck," ucapnya sinis. Dengan entengnya, Bau Ba Chin menjawab, "kau tidak tahu! Pendekar Cahaya memiliki banyak keberuntungan!" Tak lama kemudian, Qu Cing datang menghampiri Bau Ba Chin. Dia berjongkok dengan salah satu lutut sebagai tumpuan menyentuh tanah. Lalu, bocah itu menyentuh dada Bau Ba Chin. Baru sebagian ia memulihkan tubuhnya, putera tertua dari Keluarga Bau, muncul di belakang Qu Cing dengan mengendalikan seribu pedang tulang kegelapan di atasnya. Whuuuuuush! Pedang tulang kegelapan itu menyerbu mereka. Bau Ba Chin terbelalak. Ia segera menghentikan penyembuhannya dan merangkul Qu Cing berguling ke samping seraya berseru, "awaaas!" Syuuut syuuut syuuut! Sssssssh! Pedang-pedang tulang
Read more

44. Pasukan kera

Beberapa waktu yang lalu sebelum Qu Cing terkurung di suatu ruang misterius, yaitu ketika hari menjelang malam, tiba-tiba tanah Lembah Siluman Kera sedikit berguncang. Hal ini membuat Lu Tung meningkatkan kewaspadaannya. Ia mengumpulkan para kera di satu tempat."Kita harus berhati-hati! Mungkin akan ada serangan kejutan!" ujar Lu Tung kepada para kera.Setelah beberapa saat, mereka tidak kunjung mendapat serangan apapun. Namun, perasaan buruk terus menghantui Lu Tung sebab guncangan tadi.Apa yang sebenarnya terjadi? Pikir kera hitam itu."Sepertinya serangan itu tidak ditunjukan untuk kita, melainkan untuk para siluman ular. Jika kau memberi perintah kepadaku untuk mengecek ke Lembah Siluman Ular, aku akan pergi ke sana sekarang juga!" ucap seekor kera kecil berbulu cokelat."Hmm, itu ide yang bagus. Pergilah! Dan, segera kembali! Kabarkan kepada kami apa yang terjadi di sana!" perintah Lu Tung lantang.Kera kecil itu segera pergi tanpa menunda sedetikpun. Dia melompat ranting demi
Read more

45. Dendam Bau Ba Chin

"Perintahkan mereka agar kembali bersiul lebih keras, untuk mengacaukan gelombang ilusi raja kematian!" teriak Nie Lee kepada Qu Cing. Pria itu berusaha keras membentuk dinding air penghalang, sehingga semua makhluk yang berada di belakangnya termasuk sang raja ular terhalang dari ilusi itu."Laksanakan apa yang Guru perintahkan!" ucap Qu Cing kepada Lu Tung dan para kera."Guru?" Lu Tung menyahut dengan penuh tanda tanya."Benar. Guruku, adalah guru kalian! Aku memintanya, agar dia berkenan mengajari kalian suatu ilmu. Dan tujuan kami yang sebenarnya adalah Hutan lembah Siluman Kera untuk memenuhi janjiku. Tapi, karena kami mendapat kabar buruk bahwa peperangan akan terjadi di Lembah Ular, kami pun menghentikan langkah dan singgah di sini sampai saat ini," jelas Qu Cing.Lu Tung tersenyum. "Ayo lakukan!" serunya kepada para kera. Mereka menghimpun tenaga dalam sesaat, lalu bersiul mendenging dengan suara yang sangat keras. Gelombang ilusi sang raja kematian pun hancur.Bau Phe Sing
Read more

46. Membantu teman

Beberapa saat sebelum Qu Cing dan Bau Ba Chin datang, Bery Tha sedang duduk santai bersenda gurau bersama kedua orang tua dan adik perempuannya. Tiba-tiba, tiga pengawal datang ke rumahnya."Tuan Wisa Tha, Anda diduga telah melakukan tindakan pembunuhan terhadap Pemimpin Klan. Atas perintah putera tertua sang pemimpin, kami menangkap Anda untuk menjalankan eksekusi. Saat ini, Pemimpin sakit parah karena terkena racun. Dan racun itu telah diselidiki berasal dari senjata yang Anda buat," kata sang pengawal."Apa? Bagaimana mungkin? Aku sungguh tidak mengerti, bagaimana bisa ada racun di sana?" ujar Wisa Tha (ayah Bery Tha) kebingungan. Wajahnya tampak cemas hingga keringat mengalir di pelipisnya.Tanpa berkata-kata lagi, ketiga pengawal itu langsung menyeret pria paruh baya itu keluar dan membawanya ke Kediaman Keluarga Rhi. Bery Tha berusaha mencegah. Akan tetapi dia didorong keras hingga terjatuh tersungkur.Gigi anak itu menggertak. Dia bangkit merangkak, lalu membentuk tangga tanah
Read more

47. Kembali ke perguruan

Sejak berada di luar bangunan ini, Qu Cing sudah merasa ada yang aneh. Dari setiap tempat di Kediaman Keluarga Rhi yang terlihat megah dan indah, hanya Kediaman Kaktius Berdu Rhi yang memancarkan energi gelap.Langkah Qu Cing terhenti. Dia menatap tajam pedang yang bertengger itu."Mata cahaya!"Tak disangka, pandangannya berhasil menembus suatu ruang dari pedang tersebut. Tampak sosok makhluk hitam bersayam di sana."Itu adalah ras iblis hitam!" ucap sang tongkat sakti. "Kembalilah, Tuanku! Kabarkan hal ini kepada Tuan Muda Rhi. Biarkan dia yang mengurusnya. Anda hanya cukup membuktikan bahwa ayah dari teman Anda tidak bersalah, bukan?""Kau benar. Untuk apa aku bersusah payah mengurus sesuatu hal yang bukan urusanku. Tapi, bagaimana cara aku harus menunjukkannya?""Anda bisa menyalurkan energi dan meminjamkan mata cahaya sejenak sampai dia mengeluarkan makhluk itu dari pedang tersebut, Tuanku."Qu Cing pun berbalik arah dan keluar dari tempat itu. Di depan kediaman, ternyata Nang Bu
Read more

48. Sosok berjubah merah

Qu Cing terperanjat bangkit. Celananya terbakar api membara yang tiba-tiba keluar dari tempat duduknya, hingga tampak daging empuk yang sedikit matang dan terasa hangat. Ukiran aneh yang melekat di sana pun seketika hangus. "Ini ..." "Ha ha ha ha ha!" Suara Qu Cing rertahan karena tawa teman-teman sekelasnya yang menggelegar. "Lihatlah pantatnya! Ha ha ha!" teriak salah satu dari mereka. Qu Cing meraba bagian belakang yang mulai terasa dingin berangin-angin. "Oh, astaga!" Anak itu segera menutup celana berlubangnya dengan energi cahaya, sehingga tampaklah pantat indah nan bercahaya. Kemudian, Qu Cing menatap tajam teman-temannya itu. "Hehe." Dia nyengir sembari menjentikkan jari. Lalu, muncul lima bola cahaya yang masing-masing mendekati kelima temannya. "Pantat, dibalas dengan pantat!" ujar Qu Cing melesatkan kelima bola itu ke pantat mereka. Mereka menjerit ketakutan lari pontang-panting dikejar bola cahaya milik Qu Cing. Segera mereka memohon ampun agar Qu Cing men
Read more

49. Ramuan oj

"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau adalah pendekar cahaya!"Qu Cing melesat cepat dengan langkah cahaya ke sisi Du Bai. "Lalu, apa kau sudah sangat yakin dengan dugaanmu?"Du Bai sedikit tersentak dengan kehadiran anak itu yang tiba-tiba berada di sisinya. "Hmm. Ya, aku sangat yakin. Benar, kan?""Hehe." Qu Cing hanya meringis tersenyum simpul. Tanpa menjawab rasa penasaran Du Bai, anak itu pun menghilang bagai kilat."Huh!" Du Bai mendesah. Dia merasa bahwa Qu Cing masih belum bisa menerima dirinya sebab perilakunya dulu. Padahal ia sangat ingin berteman.Sementara itu, Qu Cing kembali ke kelas 3F untuk mendapatkan pengajaran. Berkat kelima teman sekelasnya, kini dia mendapat bekal lima tanda. Tanda api membara dari Jien Jing. Gadis berambut ikal itu mengajari Qu Cing secara detail bagaimana susunan titik, garis dan lengkungan yang dipadukan ke dalam sebuah kertas spiritual.Kemudian, setelah coretan tanda itu selesai, untuk mengaktifkan tanda, harus menggunakan sedikit kekuatan
Read more

50. Ratu siluman kucing

"Kau adalah orang pertama yang berani mengusik kesenanganku!" ucap Jee Gang dengan gigi menggertak.Kemudian, salah seorang teman Jee Gang menepuk punggungnya dan berbisik, "dia adalah murid kesayangan kepala perguruan.""Apa kau bilang? Si anak kotoran itu?""Benar. Dia yang kini jadi pembicaraan hangat di kalangan para murid."Seketika itu dahi Jee Gang berkerut. Dia hanya bisa berdecak kesal sambil berpaling. "Cih! Lain kali, aku akan membuat perhitungan denganmu!" umpatnya.Kemudian, anak itu berlalu meninggalkan Qu Cing dan teman-temannya. Begitu pula dengan Phi Rang dan juga teman sekelasnya. Mereka pergi mengikuti Jee Gang.Phi Rang sempat terhenti dan berkata kepada adik sepupunya. "Beruntung kau berteman dengannya!"Phi San hanya terdiam. Dia sendiri tidak tahu, mengapa dirinya bisa berteman dengan anak itu. Padahal beberapa hari kemaren, dia dan anak satu kelas 3F lainnya ingin menjahili Qu Cing. Akan tetapi, semua keadaan justru berbalik dengan cepat. Mereka terasa seperti
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status