Home / Fantasi / Thai Qu Cing Si Anak Kotoran / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of Thai Qu Cing Si Anak Kotoran: Chapter 31 - Chapter 40

61 Chapters

31. Unjuk bakat

Dalam Kitab Sang Raja Kera dia pernah mempelajari bahwa kekuatan spiritual dapat dipatahkan hanya dengan menggunakan tenaga dalam. Hal ini berlaku hanya untuk orang-orang yang memiliki tenaga dalam yang kuat. Tak sia-sia berhari-hari Qu Cing berlatih di Hutan Lembah Siluman Kera.Sejak pertarungan dimulai, Qu Cing sudah terbayang-bayang segala gerakan lawan. "Sangat lemah!" gumamnya. Ia mendapati intensitas tenaga dalam kekuatan spiritualnya sangat sedikit. "Cukup hanya dengan satu ujung jari telunjuk!"Pyaaaar!Bola spiritual air terpecah menghilang tak bersisa.Mata Qu Cing menyipit. Ia bergerak satu langkah maju sembari melayangkan kakinya. "Sekarang, giliranku!" Anak itu memusatkan tenaga dalam pada tendangannya. Lalu menendang dada anak dari kelas 1D itu dengan kuat.Bugh!Anak kelas 1D itu terhempas hingga keluar ring. Tidak hanya itu, ia merasakan rongga dadanya sesak hingga pingsan."Oh, apakah aku menendangnya terlalu keras?" Qu Cing berlari menghampiri anak itu untuk melihat
Read more

32. Melawan Du Bai

Masih terlihat lemah! Batin Qu Cing saat melihat serangan lesatan beberapa bola api yang terbang melesat ke arahnya. Kekuatan spiritualnya sama sekali tidak berbobot."Kau seharusnya berlatih beberapa teknik untuk memperkuat tenaga dalam terlebih dahulu!" ujar Qu Cing saat berada di hadapan Ji Thu sembari melayangkan sebuah tinju.Buak!"Ugh, sial! Bagaimana dia bisa sekuat itu?!" gerutu Ji Thu tersangkut di atas pohon. Dia merasa sangat malu telah dikalahkan oleh bocah itu, sehingga lebih memilih pura-pura pingsan di atas pohon.Kekuatan spiritual tanpa tenaga dalam diumpamakan seperti daging tanpa tulang. Tulang yang kuat, akan membentuk otot-otot pada daging membentuk suatu daya tahan dan kekuatan yang besar.Ji Thu ataupun anak dari kelas 1D yang Qu Cing hadapi, adalah anak-anak yang terlalu fokus berlatih kekuatan spiritual. Mereka melupakan dasar yang lebih penting, sehingga dapat dengan mudah dikalahkan."Luar Biasa!" gumam Du Bai. "Dia berkembang cepat dengan memahami dasar ke
Read more

33. Mengaku kalah

"Suara ini ...!" Du Bai berbalik sembari menghempaskan lengan ke belakang. Kekuatan tenaga dalamnya cukup berbobot. Meskipun ia mengenali suara itu, ia tak ragu menyerang. "Aku tidak akan mengaku kalah tanpa mencoba beberapa serangan!" ucapnya.Hap!Qu Cing menangkis lengan Du Bai dengan punggung tangan, lalu menghempaskan lutut ke depan mengenai perutnya. Setelah Du Bai membungkuk kesakitan memegang perut, Qu Cing menggerakkan siku dari atas ke bawah mengenai punggung anak itu.Buak!Du Bai tertohok memuntahkan darah. Hampir saja ia terjatuh, tangan kirinya menahan ke lantai. Kepalanya mendongak menatap Qu Cing. "Hebat! Benar-benar hebat!" ucapnya menyunggingkan senyum menampakkan giginya yang penuh darah. Kemudian, anak itu berguling mundur menjaga jarak dengan Qu Cing dan bangkit seraya berkata, "sekarang, coba hentikan ini!" Dia mengeluarkan seratus bola cahaya. Bola-bola itu melayang tinggi, lalu melesat cepat secara berbondong-bondong menghujani Qu Cing.Di samping itu, Qu Cing
Read more

34. Melawan Dewi Chin

Tubuh Bau Ba Chin terdorong hingga keluar ring pertempuran dan menghancurkan pedang api milik Chin Cong di luar ring. Dia pun berkata kepada gadis itu sembari tersenyum tipis, "selamat, kau mengalahkanku!""Apa-apaan ini?" Dahi Chin Cong berkerut. Ia merasa tidak terima menang dengan cara wseperti itu. "Apa kau sedang mempermainkanku?" gertaknya mengepal kedua tangan."Mempermainkanmu? Aku sama sekali tidak ada maksud seperti itu," sahut Bau Ba Chin."Cih!" Chin Cong mengeluarkan sebuah pedang api yang lebih besar dari sebelumnya. Ia menggenggam erat pedang itu dan mengarahkannya ke leher Bau Ba Chin yang berada di luar ring. "Bertarunglah dengan benar!"Bau Ba Chin pun menatap gadis itu tanpa rasa takut. "Bintang panggung unjuk bakat kali ini adalah saudaraku, Qu Cing. Kau seharusnya menantangnya bertarung, bukan menantangku!""Qu Cing? Haha!" ejek Chin Cong tertawa. "Apa yang bisa dia lakukan? hanya sebuah trik murahan! Ckck.""Trik murahan?" Gigi Bau Ba Chin menggertak kesal dengan
Read more

35. Kekalahan Dewi Chin

Baam! Baam! Baam!Seribu bola api menyerbu tak henti. Qu Cing masih di tempat tak goyah sedikitpun. Lapisan bola cahaya menahan serangan itu dengan kokoh. Sampai lesatan terakhir, Chin Cong mengejutkan Qu Cing dengan serangan pedang api membara.Whuuuuuush!Tiba-tiba, dalam benak Qu Cing terbayang-bayang sebuah tulisan yang menerangkan tentang teknik pelindung. Tentu saja tulisan itu berasal dari Kitab Sang Raja Kera yang telah diserapnya.Menambah lapisan elemen spiritual dapat memperkuat pertahanan. Namun, Qu Cing menemukan sesuatu yang lebih menarik, yaitu memantulkan serangan. Dia bisa memantulkan serangan dengan teknik pelindung dengan sedikit gerakan dari dalam. Yakni, gerakan yang berbobot dan mampu menekan serangan tersebut dengan tenaga dalam."Bola cahaya seratus lapis!"Pelindung bola cahaya, menebal semakin kokoh. Kepalan kedua tangan Qu Cing yang menyatu, merenggang dan dia menyatukannya kembali dengan posisi telapak tangan seperti bertapa. Kemudian, anak itu melangkahkan
Read more

36. Kemunculan Nie Lee

"Ka-kau!" Mata Ben Cong melotot. Tubuhnya sedikit gemetar melihat sosok lelaki itu. "Nie Lee!"Padahal, dia telah menghancurkan tubuh dan wajahnya agar tidak ada siapapun yang bisa mengenalinya. Bagaimana bisa wajah dan postur tubuhnya kembali seperti sedia kala? Pikir Ben Cong."Siapa pria itu?" tanya Chin Cong kepada Qu Cing."Dia adalah guruku, Kepala Perguruan Lee," jawab Qu Cing meringis.Tak lama kemudian, Gu Wang datang mengekor Nie Lee. "Aku tidak boleh melewatkan pertunjukan menarik," gumamnya tersenyum simpul.Untuk memastikan bahwa itu benar-benar Nie Lee, Ben Cong beranjak mendekati lelaki itu. Lalu, ia menyerangnya dengan serangan kejutan.Whuuuuuush!Seratus ekor burung api, terbang cepat mengepakan sayap ke arah Nie Lee. Setiap satu kepakan sayap, mengeluarkan satu ring api yang akan langsung melesat ke arah target.Syuuut syuuut syuuut!Mata Nie Lee menyipit. Ia bersiap dengan posisi kuda-kuda. Menggerakkan salah satu tangannya ke depan. Kelima jari saling berhimpitan
Read more

37. Latihan

Hari liburan pun tiba. Sebagian besar para murid, pulang ke kampung halaman untuk melepas rindu terhadap keluarga mereka. Namun, tidak dengan Qu Cing dan Bau Ba Chin.Meskipun Guru Shi tidak lagi menjadi guru mereka setelah kenaikan kelas, mereka tetap menyempatkan diri untuk berkunjung ke kediamannya. Mereka berdua memanfaatkan sebagian waktu libur untuk berlatih bersama Nie Lee.Kedua bocah itu beradu tanding dengan sang guru. Nie Lee sengaja melakukan itu untuk mengetes sejauh mana kemampuan mereka."Serang aku! Jika kalian bisa menggoreskan sedikit luka di tubuhku, aku akan membawa kalian pergi ke pusat perbelanjaan Kota Ni, untuk membeli banyak makanan enak. Ehem!" Nie Lee mendekatkan kepalan tangan ke depan mulut. "Tan-pa tong-kat sak-ti!" lanjutnya, yang seketika itu membuat Qu Cing dan Bau Ba Chin tampak bersemangat. Kota Ni adalah kota terdekat, yang terletak di bagian selatan Perguruan Long Ji. Kota ini, didominasi oleh Klan Ma, yaitu klan tempat Nie Lee tumbuh besar."Sabi
Read more

38. Gadis buruk rupa

Dua buah sabit, yaitu dari kekuatan spiritual cahaya dan kegelapan, bersatu memutar spiral membentuk seperti ujung tombak. Semakin melesat mendekati Nie Lee, semakin kedua sabit itu membesar. Bukan hanya bentuknya yang membesar, tapi juga berbobot.Nie Lee bersiap menerima serangan itu, dengan gigih menyilangkan kedua tangan di dalam bola pelindung.Pyaaaar!Serangan mereka berhasil menembus pertahanan Nie Lee dan bola pelindung pun hancur. Mata pria itu seketika membulat. Serangan itu membuat tubuhnya terdorong hingga beberapa meter. Tanpa ia sadari, ujung mulutnya mengalirkan darah segar sampai ke dagu dan menetes ke tanah.Kemudian, pria itu tersenyum simpul dan berkata, "bagus! Ha ha ha." Dia tertawa puas.Setelah latihan selesai, Nie Lee langsung mengajak mereka ke sebuah rumah makan di Kota Ni. Mereka memilih duduk di bagian sudut ruangan dekat jendela.Seorang pelayan datang membawa papan pipih berbentuk petak. Selembar lontar bertuliskan beberapa menu makanan terselip pada pap
Read more

39. Anak tertua Keluarga Bau

Spontan, gadis itu berbalik dan lari. Dia tidak ingin Qu Cing melihat keadaan yang seperti ini.Dahi Qu Cing berkerut. "Cing Ge?" Hanya satu orang yang memanggilnya dengan sebutan itu. Dia pun beranjak lari mengejar gadis itu. "Siapa yang membuatmu menjadi seperti ini, Jie Jie?" tanya Qu Cing dengan cepat berhasil menghadangnya.Shi Jie terperanjat. Lalu kepalanya menunduk tanpa kata-kata. Kakinya melangkah mundur berusaha menghindar. Dia kembali membalikan badannya dengan cepat, akan tetapi Qu Cing tiba-tiba sudah berada di hadapannya. Anak itu menyentuh hidung mungilnya dan energi penyembuh milik Qu Cing pun menyebar perlahan ke permukaan kulit."Dasar bodoh! Mengapa kau malah sembunyi dan menghindar dariku?!" Qu Cing mencubit kedua pipi gadis itu dengan gemas sekaligus untuk menyembuhkannya.Gadis itu merasa, Qu Cing telah melakukan sesuatu terhadap wajahnya. "Apa yang Cing Ge lakukan terhadap wajahku?" ujarnya sembari menyentuh kedua pipi setelah Qu Cing mencubitnya."Pulanglah d
Read more

40. Bersekutu

Qu Cing memanggil sang tongkat sakti, lalu melesat cepat. Karena jarak Hutan Lembah Siluman sudah dekat, hanya dengan beberapa kejapan mata, anak itu pun sampai di depan kediaman sang raja ular."Apa yang membuatmu begitu tergesa-gesa datang ke tempatku, teman kecil?" ujar Raja Tham Fan tampak sedang duduk santai sembari menikmati secangkir cairan merah kecoklatan di depan kediamannya."Bersiaplah! Musuh akan datang!""Apa!" Raja Tham Fan menegakkan tubuhnya. Secangkir minuman yang baru saja ia nikmati, seketika tak lagi berselera untuk menikmatinya. Lalu, dia berdiri dan berkata, "siapa yang akan datang?""Bell Lee Yong. Dia meminta bantuan kepada anak tertua dari Klan Dhulam untuk membunuh Anda!" ungkap Qu Cing menjelaskan.Mata sang raja terbelalak. Lalu, bibirnya mengantup dan kedua tangan mengepal erat. Ia pun berpaling dari Qu Cing dan memerintahkan seluruh pasukannya untuk bersiap-siap menyambut musuh di perbatasan. "Aku
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status