Baam! Baam! Baam!Seribu bola api menyerbu tak henti. Qu Cing masih di tempat tak goyah sedikitpun. Lapisan bola cahaya menahan serangan itu dengan kokoh. Sampai lesatan terakhir, Chin Cong mengejutkan Qu Cing dengan serangan pedang api membara.Whuuuuuush!Tiba-tiba, dalam benak Qu Cing terbayang-bayang sebuah tulisan yang menerangkan tentang teknik pelindung. Tentu saja tulisan itu berasal dari Kitab Sang Raja Kera yang telah diserapnya.Menambah lapisan elemen spiritual dapat memperkuat pertahanan. Namun, Qu Cing menemukan sesuatu yang lebih menarik, yaitu memantulkan serangan. Dia bisa memantulkan serangan dengan teknik pelindung dengan sedikit gerakan dari dalam. Yakni, gerakan yang berbobot dan mampu menekan serangan tersebut dengan tenaga dalam."Bola cahaya seratus lapis!"Pelindung bola cahaya, menebal semakin kokoh. Kepalan kedua tangan Qu Cing yang menyatu, merenggang dan dia menyatukannya kembali dengan posisi telapak tangan seperti bertapa. Kemudian, anak itu melangkahkan
"Ka-kau!" Mata Ben Cong melotot. Tubuhnya sedikit gemetar melihat sosok lelaki itu. "Nie Lee!"Padahal, dia telah menghancurkan tubuh dan wajahnya agar tidak ada siapapun yang bisa mengenalinya. Bagaimana bisa wajah dan postur tubuhnya kembali seperti sedia kala? Pikir Ben Cong."Siapa pria itu?" tanya Chin Cong kepada Qu Cing."Dia adalah guruku, Kepala Perguruan Lee," jawab Qu Cing meringis.Tak lama kemudian, Gu Wang datang mengekor Nie Lee. "Aku tidak boleh melewatkan pertunjukan menarik," gumamnya tersenyum simpul.Untuk memastikan bahwa itu benar-benar Nie Lee, Ben Cong beranjak mendekati lelaki itu. Lalu, ia menyerangnya dengan serangan kejutan.Whuuuuuush!Seratus ekor burung api, terbang cepat mengepakan sayap ke arah Nie Lee. Setiap satu kepakan sayap, mengeluarkan satu ring api yang akan langsung melesat ke arah target.Syuuut syuuut syuuut!Mata Nie Lee menyipit. Ia bersiap dengan posisi kuda-kuda. Menggerakkan salah satu tangannya ke depan. Kelima jari saling berhimpitan
Hari liburan pun tiba. Sebagian besar para murid, pulang ke kampung halaman untuk melepas rindu terhadap keluarga mereka. Namun, tidak dengan Qu Cing dan Bau Ba Chin.Meskipun Guru Shi tidak lagi menjadi guru mereka setelah kenaikan kelas, mereka tetap menyempatkan diri untuk berkunjung ke kediamannya. Mereka berdua memanfaatkan sebagian waktu libur untuk berlatih bersama Nie Lee.Kedua bocah itu beradu tanding dengan sang guru. Nie Lee sengaja melakukan itu untuk mengetes sejauh mana kemampuan mereka."Serang aku! Jika kalian bisa menggoreskan sedikit luka di tubuhku, aku akan membawa kalian pergi ke pusat perbelanjaan Kota Ni, untuk membeli banyak makanan enak. Ehem!" Nie Lee mendekatkan kepalan tangan ke depan mulut. "Tan-pa tong-kat sak-ti!" lanjutnya, yang seketika itu membuat Qu Cing dan Bau Ba Chin tampak bersemangat. Kota Ni adalah kota terdekat, yang terletak di bagian selatan Perguruan Long Ji. Kota ini, didominasi oleh Klan Ma, yaitu klan tempat Nie Lee tumbuh besar."Sabi
Dua buah sabit, yaitu dari kekuatan spiritual cahaya dan kegelapan, bersatu memutar spiral membentuk seperti ujung tombak. Semakin melesat mendekati Nie Lee, semakin kedua sabit itu membesar. Bukan hanya bentuknya yang membesar, tapi juga berbobot.Nie Lee bersiap menerima serangan itu, dengan gigih menyilangkan kedua tangan di dalam bola pelindung.Pyaaaar!Serangan mereka berhasil menembus pertahanan Nie Lee dan bola pelindung pun hancur. Mata pria itu seketika membulat. Serangan itu membuat tubuhnya terdorong hingga beberapa meter. Tanpa ia sadari, ujung mulutnya mengalirkan darah segar sampai ke dagu dan menetes ke tanah.Kemudian, pria itu tersenyum simpul dan berkata, "bagus! Ha ha ha." Dia tertawa puas.Setelah latihan selesai, Nie Lee langsung mengajak mereka ke sebuah rumah makan di Kota Ni. Mereka memilih duduk di bagian sudut ruangan dekat jendela.Seorang pelayan datang membawa papan pipih berbentuk petak. Selembar lontar bertuliskan beberapa menu makanan terselip pada pap
Spontan, gadis itu berbalik dan lari. Dia tidak ingin Qu Cing melihat keadaan yang seperti ini.Dahi Qu Cing berkerut. "Cing Ge?" Hanya satu orang yang memanggilnya dengan sebutan itu. Dia pun beranjak lari mengejar gadis itu. "Siapa yang membuatmu menjadi seperti ini, Jie Jie?" tanya Qu Cing dengan cepat berhasil menghadangnya.Shi Jie terperanjat. Lalu kepalanya menunduk tanpa kata-kata. Kakinya melangkah mundur berusaha menghindar. Dia kembali membalikan badannya dengan cepat, akan tetapi Qu Cing tiba-tiba sudah berada di hadapannya. Anak itu menyentuh hidung mungilnya dan energi penyembuh milik Qu Cing pun menyebar perlahan ke permukaan kulit."Dasar bodoh! Mengapa kau malah sembunyi dan menghindar dariku?!" Qu Cing mencubit kedua pipi gadis itu dengan gemas sekaligus untuk menyembuhkannya.Gadis itu merasa, Qu Cing telah melakukan sesuatu terhadap wajahnya. "Apa yang Cing Ge lakukan terhadap wajahku?" ujarnya sembari menyentuh kedua pipi setelah Qu Cing mencubitnya."Pulanglah d
Qu Cing memanggil sang tongkat sakti, lalu melesat cepat. Karena jarak Hutan Lembah Siluman sudah dekat, hanya dengan beberapa kejapan mata, anak itu pun sampai di depan kediaman sang raja ular."Apa yang membuatmu begitu tergesa-gesa datang ke tempatku, teman kecil?" ujar Raja Tham Fan tampak sedang duduk santai sembari menikmati secangkir cairan merah kecoklatan di depan kediamannya."Bersiaplah! Musuh akan datang!""Apa!" Raja Tham Fan menegakkan tubuhnya. Secangkir minuman yang baru saja ia nikmati, seketika tak lagi berselera untuk menikmatinya. Lalu, dia berdiri dan berkata, "siapa yang akan datang?""Bell Lee Yong. Dia meminta bantuan kepada anak tertua dari Klan Dhulam untuk membunuh Anda!" ungkap Qu Cing menjelaskan.Mata sang raja terbelalak. Lalu, bibirnya mengantup dan kedua tangan mengepal erat. Ia pun berpaling dari Qu Cing dan memerintahkan seluruh pasukannya untuk bersiap-siap menyambut musuh di perbatasan. "Aku
Beberapa saat sebelum Bau Phe Sing menyerang, Qu Cing melihat raut wajah Bau Ba Chin penuh dendam. Ia menepuk sisi bahunya. "Apa yang membuatmu begitu membenci pria itu?" "Seluruh manusia di Kediaman Bau, menganggapku sebagai anak yang akan mendatangkan malapetaka. Tapi, sebagian mereka ada yang menampakkan rasa iba terhadapku, sehingga aku hanya diasingkan dari kediaman. Jikalau, Kakak Tertua tidak membuat masalah dan melimpahkan semua kesialan dikarenakan kehadiranku, Keluarga Bau tidak akan sampai merencanakan tindakan pembunuhan terhadapku," terang Bau Ba Chin. "Aku ... ingin membunuhnya!" Tangan anak berkulit hitam itu mengepal kuat. Matanya mulai menghintam seperti kejadian saat bertarung dengan Du Bai dan teman-temannya waktu itu. Jika sang kegelapan telah menguasai dirinya, maka pikirannya akan terkontaminasi. Dia tidak akan berhenti bertarung, sampai salah satu dari mereka mati. Qu Cing menepuk punggungnya. "Tenanglah! Itu akan ada saatnya nanti, Teman. Kita harus lebih
"Fokuslah, Tuanku! Pelajari teknik mata cahaya dalam Kitab Sang Raja Kera! Teknik itu bisa membantumu melihat meski dalam gumpalan kegelapan yang sangat pekat! Aku akan menghalau segala serangan yang mendekatimu," ujar sang tongkat sakti turut membantu memberikan petunjuk, di kala Qu Cing kebingungan.Teknik mata cahaya?Qu Cing memejamkan mata sembari bergumam, "tunjukan padaku teknik mata cahaya!"Sosok bayangan hitam, muncul di alam bawah sadarnya mengajarkan teknik tersebut. Dalam sekali percobaan, Qu Cing meniru gerakannya. Seketika, matanya terbelalak dalam kenyataan memancarkan aliran cahaya.Gumpalan kabut kegelapan, kini tidak lagi menjadi masalah baginya. Dia melihat Nie Lee tampak terus menambalkan lapisan pelindungnya yang retak."Guru, apakah Anda baik-baik saja?""Jangan pedulikan aku! Bantulah raja ular! Sekarang, dia pasti sudah terpengaruh. Jangan sampai pria dari Keluarga Bau itu berhasil mendapatkan mustika hitam miliknya! Ini akan lebih berbahaya!" balasnya.Qu Cin
Setelah perjalanan panjang, mereka akhirnya kembali ke Perguruan Long Ji. Qu Cing dan Bau Ba Chin melapor langsung kepada sang guru. Nie Lee duduk tenang di atas kursi meditasi batu yang dibalut akar pohon spiritual tua. Jubah panjangnya berkibar pelan karena angin pegunungan, tapi sorot matanya tajam penuh rasa puas saat melihat dua muridnya kembali dengan selamat.“Kerja yang sangat baik,” ucapnya pelan. “Bukan hanya kalian berhasil menghancurkan Master Pengubah Wajah, tapi kalian juga membawa bukti utuh dari pengkhianatan Ben Cong. Perguruan ini… berutang banyak pada kalian.”Bau Ba Chin hanya mengangguk ringan, sementara Qu Cing membungkuk penuh hormat.Nie Lee menepuk bahu keduanya. “Kalian telah melewati ujian yang bahkan para tetua pun belum tentu sanggup jalani di usia kalian. Mulai hari ini, kalian dibebaskan dari pelatihan hingga liburan selesai. Gunakan waktu ini untuk menenangkan jiwa kalian. Kalian pantas mendapatkannya.”Tak lama kemudian, seorang penjaga gerbang perguru
Qu Cing berdiri diam, matanya menatap sangkar cahaya yang berputar di hadapannya. Energinya masih mengalir pelan dari telapak tangan, menghubungkan dirinya dengan jaring-jaring bercahaya itu. Ia tidak menyangka—teknik sangkar cahaya yang ia serap dari lawan, kini tumbuh menjadi bagian dari kekuatannya.Cahaya dari sangkar terus berdenyut. Setiap denyutnya menyedot energi dari tubuh Master Pengubah Wajah yang terkurung di dalam. Pria itu tak lagi bisa melawan. Tubuhnya berlutut, wajahnya pias, tak ada lagi kekuatan tersisa."Pantas saja Bibi Miao tidak berdaya berada dalam sangkar ini," gumam Qu Cing mengepalkan tangan.Angin yang tadinya berputar liar kini mulaimeredaa. Debu yang berterbangan perlahan turun.Arena pelatihan Klan Naar menjadi sunyi. Tempat itu porak-poranda. Pilar-pilar batu runtuh. Permukaan tanah penuh retakan. Pohon-pohon di sekelilingnya hangus. Namun di tengah kehancuran itu, berdiri satu titik terang—Qu Cing, bocah dengan tongkat pusaka yang ia tenggerkan di atas
Dalam sekejap, ratusan klon tanah meledak bagaikan pecahan kaca rapuh tersentuh cahaya suci. Debu dan pecahan batu beterbangan, mengguratkan lengkung kehancuran di angkasa, seolah langit dan bumi bersaksi atas kekuatan yang bangkit dari tubuh seorang bocah.Master Pengubah Wajah terpental ke belakang. Tubuhnya terguling di tanah yang retak, wajahnya yang tertutup debu menampakkan raut ngeri—seperti melihat takdirnya sendiri mulai runtuh.“Tidak mungkin… bagaimana bocah ini bisa mencapai titik ini?!”Dengan susah payah, ia menegakkan tubuhnya. Jemarinya menggenggam tanah, bergetar karena campuran marah dan takut yang menyesakkan dada.“Anak sialan… kau kira, ini sudah berakhir?” ucap sang master dengan satu hentakan kedua telapak tangan ke bumi.DUUM!Sebuah gemuruh dalam tanah menjalar ke seluruh tempat pelatihan. Retakan terbuka lebar, dan dari kedalamannya, puluhan pilar batu mencuat ke atas, menjulang laksana tombak surgawi yang hendak menembus cakrawala.Namun Qu Cing berdiri tena
"Itu… sumber kekuatannya!”Inti itu tiba-tiba meledakkan energi. Fragmen-fragmen batu di sekitarnya langsung menyusun kembali bentuk tubuh baru yang jauh lebih cepat, lebih padat, dan lebih tajam dari sebelumnya. Tubuh monster itu tidak sebesar yang tadi, tapi lebih ramping dan agresif, dengan lengan-lengan panjang yang tajam seperti tombak batu.“Versi kedua?” Bau Ba Chin mendecak. “Sekarang kau jadi lebih menyebalkan.”Monster tanah melemparkan tubuhnya ke depan, menebas udara dengan dua bilah tangannya yang tajam!CLANG!Bau Ba Chin menahan serangan itu dengan tongkat besinya, namun kekuatannya luar biasa—kedua kakinya sampai menyeret tanah, menciptakan dua alur panjang di permukaan arena.WUSH!Monster itu langsung menghilang masuk ke dalam tanah, lalu muncul di belakang Bau Ba Chin!WHAAAM!Sebuah tebasan horizontal nyaris menyayat punggung Bau Ba Chin, namun bocah itu menghilang dalam kabut hitam detik terakhir!Sosoknya muncul di sisi kanan monster."Terlalu lambat."Tongkatnya
Dengan kecepatan kilat, Qu Cing bergerak mengejar sosok itu. "Bertanding kecepatan? Kau akan menyesal!" Dalam beberapa kejapan mata, Qu Cing berhasil menghadang pria itu. "Aku tidak akan membiarkanmu kabur lagi, Tuan!" Bocah itu tersenyum meringis.Sementara Bau Ba Chin memblokir akses belakang sang Master Pengubah Wajah.Lawan mereka kali ini adalah, sesosok pria dengan wajah samar. Dia menyamarkan wajah aslinya dan membentuk wajah lain dengan tekstur elemen tanah. Umumnya, membentuk wajah membutuhkan konsentrsi dan ketelitian, sehingga memakan waktu hingga tiga sampai lima menit untuk meniru wajah seseorang. Namun, pria ini mampu merubah wajahnya dalam sekali pandangan mata, hanya dalam waktu setengah menit.Menurut informasi yang diberikan oleh Penjaga Perpustakaan Gu, Master Pengubah Wajah adalah seorang pria impoten. Dia senang bermain wanita, namun tidak sampai kehubungan yang lebih intens."Cih! Bocah sialan!" decak pria itu menggertakkan gigi. Ia menggerakkan tangannya seperti
"Tidak bisa membiarkan serangan itu terjadi! Kita harus segera mencegahnya!" seru Qu Cing.Bau Ba Chin langsung paham. Mereka harus menyerang sebelum teknik itu selesai!WUSSH!Kedua bocah itu melesat dalam waktu yang bersamaan!Ben Cong mengerahkan seluruh kekuatannya, tapi di saat yang sama, tubuhnya mulai menunjukkan efek samping dari pembakaran darah. Urat-uratnya terlihat semakin menonjol, dan wajahnya mulai menua dengan cepat.Namun, itu tidak menghalangi niatnya untuk membunuh mereka!"MATI!"Ben Cong mengayunkan tangannya, melepaskan semburan api hitam raksasa ke arah mereka!BOOOOM!Ledakan dahsyat terjadi!Namun, ketika asap mulai menghilang…Swish!Qu Cing muncul tepat di belakang Ben Cong!Matanya berkilat dingin."Ini akhirnya."Dengan secepat kilat, ia menghantam ulu hati Ben Cong dengan tongkatnya!CRACK!Ben Cong terbatuk darah. Matanya melebar tak percaya.Namun, sebelum tubuhnya jatuh, Bau Ba Chin muncul dari bayangan di bawahnya."Giliranmu!" seru Qu Cing.Bau Ba Ch
Mata Qu Cing menyipit. Ia segera mengenali sosok itu. "Kau selalu bergerak seperti seorang pengecut. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan. Mungkin, orang lain tidak melihat gerakanmu, tapi langkah itu sangat jelas di mataku, Tuan Ben Cong!" Dengan tubuh Pou Cong yang masih terluka parah dan dalam keadaan lemah, ini adalah saat yang sempurna bagi Ben Cong untuk menyingkirkannya. Jika ia berhasil membunuh kakaknya, maka secara otomatis ia akan menjadi pemimpin baru Klan Naar! Namun— CLANG! Sebuah tongkat besi melesat, menghentikan serangan Ben Cong tepat sebelum menyentuh tubuh Pou Cong! Ben Cong tersentak mundur, matanya melebar melihat sosok anak lelaki berkulit hitam yang kini berdiri di hadapannya. "Kau?!" Bau Ba Chin menatapnya dingin. "Guru akan senang jika kami pulang membawa mayatmu, Tuan Ben Cong." Semua orang di arena mulai berbisik, menyadari bahwa ini bukan sekadar pengkhianatan biasa. Semua tahu bahwa Ben Cong adalah wakil kepala Perguruan Long Ji. Pou Cong yang
Pou Cong tidak memberi Qu Cing kesempatan untuk bernapas. Begitu melihat bocah itu bangkit dengan tongkat bercahaya di tangannya, ia langsung mengayunkan tangannya ke depan. Wooosh! Semburan api melesat dari telapak tangannya, membentuk naga raksasa yang mengaum dan menerjang ke arah Qu Cing. Boom! Ledakan besar mengguncang arena, membuat para murid Klan Naar menjerit dan mundur lebih jauh. Asap hitam mengepul, menutupi seluruh area tempat Qu Cing berdiri. Pou Cong tersenyum dingin. "Kau boleh cepat, tapi kau bukan tandinganku, Bocah!" Namun, senyum itu seketika menghilang ketika sebuah bayangan tiba-tiba melesat dari dalam asap. Swish! Pou Cong nyaris tak sempat bereaksi saat cahaya oranye berkelebat di sisinya. Instingnya menendang masuk, dan ia segera berbalik, mengayunkan pukulan berapi ke arah bayangan itu. Boom! Udara di sekitarnya meledak akibat panas dari pukulannya. Namun, serangannya hanya mengenai udara kosong. "Mustahil…" Pou Cong menyipitkan mata, mencoba mencar
Angin berhembus pelan, membawa ketegangan yang semakin memuncak di halaman pelatihan Klan Naar. Para anggota klan yang menyaksikan pertarungan ini menahan napas mereka, mata mereka terpaku pada sosok kecil yang berdiri di hadapan pemimpin klan mereka.Pou Cong, seorang pria yang dikenal sebagai salah satu pengendali api terkuat, menatap Qu Cing dengan tajam. Ia sama sekali tidak menganggap serius bocah ini. Namun, saat Qu Cing berdiri dengan penuh percaya diri, sesuatu di dalam dirinya berkata bahwa anak ini bukan lawan biasa."Jika kau benar-benar ingin menantangku, maka buat aku jatuh ke tanah hingga mengalami luka yang cukup serius."Kata-kata itu masih terngiang di udara ketika Qu Cing mulai bergerak.Wuussh!Dalam sekejap, tubuhnya menghilang dari pandangan!Pou Cong mengerutkan kening. Cepat!Tiba-tiba—Slash!Sebuah luka tipis muncul di bahu kanan Pou Cong, darah segar menetes ke tanah. Semua orang yang menyaksikan tersentak kaget.Pou Cong menggerakkan kepalanya dengan cepat, m