Bau Ba Chin tersenyum dan berkata, "kau lihat kan! Sudah ku bilang, dia pasti datang!" ujarnya kepada sang raja kegelapan. "Huh!" Raja kegelapan mendengus. "Lalu, apa kau pikir bocah ingusan sepertinya mampu mengalahkan orang yang telah berhasil menundukan sang raja kematian? Ckck," ucapnya sinis. Dengan entengnya, Bau Ba Chin menjawab, "kau tidak tahu! Pendekar Cahaya memiliki banyak keberuntungan!" Tak lama kemudian, Qu Cing datang menghampiri Bau Ba Chin. Dia berjongkok dengan salah satu lutut sebagai tumpuan menyentuh tanah. Lalu, bocah itu menyentuh dada Bau Ba Chin. Baru sebagian ia memulihkan tubuhnya, putera tertua dari Keluarga Bau, muncul di belakang Qu Cing dengan mengendalikan seribu pedang tulang kegelapan di atasnya. Whuuuuuush! Pedang tulang kegelapan itu menyerbu mereka. Bau Ba Chin terbelalak. Ia segera menghentikan penyembuhannya dan merangkul Qu Cing berguling ke samping seraya berseru, "awaaas!" Syuuut syuuut syuuut! Sssssssh! Pedang-pedang tulang
Beberapa waktu yang lalu sebelum Qu Cing terkurung di suatu ruang misterius, yaitu ketika hari menjelang malam, tiba-tiba tanah Lembah Siluman Kera sedikit berguncang. Hal ini membuat Lu Tung meningkatkan kewaspadaannya. Ia mengumpulkan para kera di satu tempat."Kita harus berhati-hati! Mungkin akan ada serangan kejutan!" ujar Lu Tung kepada para kera.Setelah beberapa saat, mereka tidak kunjung mendapat serangan apapun. Namun, perasaan buruk terus menghantui Lu Tung sebab guncangan tadi.Apa yang sebenarnya terjadi? Pikir kera hitam itu."Sepertinya serangan itu tidak ditunjukan untuk kita, melainkan untuk para siluman ular. Jika kau memberi perintah kepadaku untuk mengecek ke Lembah Siluman Ular, aku akan pergi ke sana sekarang juga!" ucap seekor kera kecil berbulu cokelat."Hmm, itu ide yang bagus. Pergilah! Dan, segera kembali! Kabarkan kepada kami apa yang terjadi di sana!" perintah Lu Tung lantang.Kera kecil itu segera pergi tanpa menunda sedetikpun. Dia melompat ranting demi
"Perintahkan mereka agar kembali bersiul lebih keras, untuk mengacaukan gelombang ilusi raja kematian!" teriak Nie Lee kepada Qu Cing. Pria itu berusaha keras membentuk dinding air penghalang, sehingga semua makhluk yang berada di belakangnya termasuk sang raja ular terhalang dari ilusi itu."Laksanakan apa yang Guru perintahkan!" ucap Qu Cing kepada Lu Tung dan para kera."Guru?" Lu Tung menyahut dengan penuh tanda tanya."Benar. Guruku, adalah guru kalian! Aku memintanya, agar dia berkenan mengajari kalian suatu ilmu. Dan tujuan kami yang sebenarnya adalah Hutan lembah Siluman Kera untuk memenuhi janjiku. Tapi, karena kami mendapat kabar buruk bahwa peperangan akan terjadi di Lembah Ular, kami pun menghentikan langkah dan singgah di sini sampai saat ini," jelas Qu Cing.Lu Tung tersenyum. "Ayo lakukan!" serunya kepada para kera. Mereka menghimpun tenaga dalam sesaat, lalu bersiul mendenging dengan suara yang sangat keras. Gelombang ilusi sang raja kematian pun hancur.Bau Phe Sing
Beberapa saat sebelum Qu Cing dan Bau Ba Chin datang, Bery Tha sedang duduk santai bersenda gurau bersama kedua orang tua dan adik perempuannya. Tiba-tiba, tiga pengawal datang ke rumahnya."Tuan Wisa Tha, Anda diduga telah melakukan tindakan pembunuhan terhadap Pemimpin Klan. Atas perintah putera tertua sang pemimpin, kami menangkap Anda untuk menjalankan eksekusi. Saat ini, Pemimpin sakit parah karena terkena racun. Dan racun itu telah diselidiki berasal dari senjata yang Anda buat," kata sang pengawal."Apa? Bagaimana mungkin? Aku sungguh tidak mengerti, bagaimana bisa ada racun di sana?" ujar Wisa Tha (ayah Bery Tha) kebingungan. Wajahnya tampak cemas hingga keringat mengalir di pelipisnya.Tanpa berkata-kata lagi, ketiga pengawal itu langsung menyeret pria paruh baya itu keluar dan membawanya ke Kediaman Keluarga Rhi. Bery Tha berusaha mencegah. Akan tetapi dia didorong keras hingga terjatuh tersungkur.Gigi anak itu menggertak. Dia bangkit merangkak, lalu membentuk tangga tanah
Sejak berada di luar bangunan ini, Qu Cing sudah merasa ada yang aneh. Dari setiap tempat di Kediaman Keluarga Rhi yang terlihat megah dan indah, hanya Kediaman Kaktius Berdu Rhi yang memancarkan energi gelap.Langkah Qu Cing terhenti. Dia menatap tajam pedang yang bertengger itu."Mata cahaya!"Tak disangka, pandangannya berhasil menembus suatu ruang dari pedang tersebut. Tampak sosok makhluk hitam bersayam di sana."Itu adalah ras iblis hitam!" ucap sang tongkat sakti. "Kembalilah, Tuanku! Kabarkan hal ini kepada Tuan Muda Rhi. Biarkan dia yang mengurusnya. Anda hanya cukup membuktikan bahwa ayah dari teman Anda tidak bersalah, bukan?""Kau benar. Untuk apa aku bersusah payah mengurus sesuatu hal yang bukan urusanku. Tapi, bagaimana cara aku harus menunjukkannya?""Anda bisa menyalurkan energi dan meminjamkan mata cahaya sejenak sampai dia mengeluarkan makhluk itu dari pedang tersebut, Tuanku."Qu Cing pun berbalik arah dan keluar dari tempat itu. Di depan kediaman, ternyata Nang Bu
Qu Cing terperanjat bangkit. Celananya terbakar api membara yang tiba-tiba keluar dari tempat duduknya, hingga tampak daging empuk yang sedikit matang dan terasa hangat. Ukiran aneh yang melekat di sana pun seketika hangus. "Ini ..." "Ha ha ha ha ha!" Suara Qu Cing rertahan karena tawa teman-teman sekelasnya yang menggelegar. "Lihatlah pantatnya! Ha ha ha!" teriak salah satu dari mereka. Qu Cing meraba bagian belakang yang mulai terasa dingin berangin-angin. "Oh, astaga!" Anak itu segera menutup celana berlubangnya dengan energi cahaya, sehingga tampaklah pantat indah nan bercahaya. Kemudian, Qu Cing menatap tajam teman-temannya itu. "Hehe." Dia nyengir sembari menjentikkan jari. Lalu, muncul lima bola cahaya yang masing-masing mendekati kelima temannya. "Pantat, dibalas dengan pantat!" ujar Qu Cing melesatkan kelima bola itu ke pantat mereka. Mereka menjerit ketakutan lari pontang-panting dikejar bola cahaya milik Qu Cing. Segera mereka memohon ampun agar Qu Cing men
"Aku hanya ingin memastikan bahwa kau adalah pendekar cahaya!"Qu Cing melesat cepat dengan langkah cahaya ke sisi Du Bai. "Lalu, apa kau sudah sangat yakin dengan dugaanmu?"Du Bai sedikit tersentak dengan kehadiran anak itu yang tiba-tiba berada di sisinya. "Hmm. Ya, aku sangat yakin. Benar, kan?""Hehe." Qu Cing hanya meringis tersenyum simpul. Tanpa menjawab rasa penasaran Du Bai, anak itu pun menghilang bagai kilat."Huh!" Du Bai mendesah. Dia merasa bahwa Qu Cing masih belum bisa menerima dirinya sebab perilakunya dulu. Padahal ia sangat ingin berteman.Sementara itu, Qu Cing kembali ke kelas 3F untuk mendapatkan pengajaran. Berkat kelima teman sekelasnya, kini dia mendapat bekal lima tanda. Tanda api membara dari Jien Jing. Gadis berambut ikal itu mengajari Qu Cing secara detail bagaimana susunan titik, garis dan lengkungan yang dipadukan ke dalam sebuah kertas spiritual.Kemudian, setelah coretan tanda itu selesai, untuk mengaktifkan tanda, harus menggunakan sedikit kekuatan
"Kau adalah orang pertama yang berani mengusik kesenanganku!" ucap Jee Gang dengan gigi menggertak.Kemudian, salah seorang teman Jee Gang menepuk punggungnya dan berbisik, "dia adalah murid kesayangan kepala perguruan.""Apa kau bilang? Si anak kotoran itu?""Benar. Dia yang kini jadi pembicaraan hangat di kalangan para murid."Seketika itu dahi Jee Gang berkerut. Dia hanya bisa berdecak kesal sambil berpaling. "Cih! Lain kali, aku akan membuat perhitungan denganmu!" umpatnya.Kemudian, anak itu berlalu meninggalkan Qu Cing dan teman-temannya. Begitu pula dengan Phi Rang dan juga teman sekelasnya. Mereka pergi mengikuti Jee Gang.Phi Rang sempat terhenti dan berkata kepada adik sepupunya. "Beruntung kau berteman dengannya!"Phi San hanya terdiam. Dia sendiri tidak tahu, mengapa dirinya bisa berteman dengan anak itu. Padahal beberapa hari kemaren, dia dan anak satu kelas 3F lainnya ingin menjahili Qu Cing. Akan tetapi, semua keadaan justru berbalik dengan cepat. Mereka terasa seperti
Di garis depan, Qu Cing berlari dengan langkah cahaya, bergerak seperti kilat di antara musuh. Ia mememukul dan menusuk, meninggalkan jejak kekacauan. Matanya bersinar menembus kelemahan musuh. Tongkat saktinya berputar di tangannya, memancarkan energi yang membelah udara.Sementara Bau Ba Chin, tak jauh dari Qu Cing, bergerak sejajar dengan langkah bayangan. Mereka berlari beriringan menembus pasukan dengan cepat hingga ke barisan belakang."Aku akan membantu An Cang menghadapi Jendral Tao Cang. Kau, siapkanlah serangan kejutan untuk melemahkannya!" ucap Bau Ba Chin kepada Qu Cing.Qu Cing mengangguk. "Cepatlah! An Cang dalam bahaya!" Matanya melihat gadis itu tengah kesulitan menggerakan tubuhnya.Bau Ba Chin pun melangkah lebih dulu menghampiri An Cang. Tepat waktu dia berdiri di depan gadis itu sebelum pedang mencapainya.“Tangan raja kegelapan!” Bau Ba Chin menahan ujung pedang dengan telapak tangan kosong. Perlahan, angin yang menyelimuti pedang, meraung pergi, terkikis digantik
Mata Tao Cang menyipit curiga. "Tidak datang sendiri katamu?" Ia melirik ke belakang dan terkejut melihat Qu Cing, Bau Ba Chin, Du Bai, We Ling, Shaka, dan Ashe Li berdiri dengan sikap siaga.“Ck ck," geram Tao Cang, amarahnya membuncah. Ia mengenali para murid dari Perguruan Long Ji, namun kehadirannya di sini, membela Klan Hawa, sungguh tak terduga.Shaka maju selangkah, menatap lurus ke arah Tao Cang. "Jendral, kau telah dibutakan oleh ambisi. Kekejamanmu tidak bisa dibenarkan. Kami di sini untuk menghentikanmu." Dia memandang sang jendral dengan tatapan muak. Tutur kata yang biasanya memanggil dengan sebutan ‘kakak', kini enggan terucap. Tak ada lagi rasa hormat pada dirinya terhadap Tao Cang.Tao Cang tertawa sinis. "Menghentikanku? Kalian anak-anak ingusan ini? Jangan bercanda. Ha ha ha! Kalian tidak tahu dengan siapa kalian berurusan!"Saat itulah Shaka membuat pengungkapan yang mengejutkan. "Jendral, gadis yang berdiri di hadapanmu adalah anak perempuan yang telah kau buang, A
“Apa yang kau pikirkan? Pemimpin klan tidak akan menyalahkan kita karena telah membunuh Bell Lee Yong,” tegas Nie Lee. “Bergabunglah dengan mereka, dan tunjukan bahwa anak-anak dari perguruan ini memiliki masa depan yang cemerlang!”“Tentu saja, Guru.” Qu Cing pun bergegas pergi bersama Bau Ba Chin menyusul yang lain.Sementara itu, di kediaman Klan Hawa, debu mengepul memenuhi angkasa, bercampur asap dari bangunan yang terbakar, melukiskan neraka di Kediaman Klan Hawa. Pekik kesakitan dan raungan amarah berbaur menjadi simfoni kematian yang memekakkan telinga.Di tengah kekacauan itu, Jenderal Tao Cang berdiri tegak, matanya menyala-nyala dengan ambisi yang membara. Pedangnya berlumuran darah, senyum sinis tersungging di bibirnya saat ia menyaksikan pasukannya merangsek maju, menghancurkan segala yang menghalangi jalan mereka.Dinding-dinding kediaman, yang dulunya megah dan kokoh, kini penuh dengan retakan dan lubang menganga akibat hantaman kekuatan spiritual dan senjata. Mayat-maya
Seketika We Ling merasa risih. “Pergilah ke kamarmu sendiri!” ucap gadis itu berpaling pergi.Sementara Du Bai masih berdiri di sana hingga gadis itu hilang dari pandangannya. Terukir senyum di wajahnya, ia pun kembali ke tempat peristirahatan.Setelah mendapat izin dari kepala perguruan, Shaka menginap bermalam di kamar asrama Qu Cing. Bocah itu mempersilakannya untuk tidur di dipan, akan tetapi Shaka menolak.“Tidurlah! Aku akan tidur di tikar,” ujarnya. Tubuh lelaki itu dipenuhi luka. Dia terlelap sangat cepat, mungkin kelelahan. Tanpa sepengetahuannya, Qu Cing menyembuhkan seluruh luka yang diderita.Keesokan harinya, mereka terbangun dalam keadaan bugar dan sehat.“Apa yang terjadi pada tubuhku semalam?” ujar Shaka mendapati seluruh luka di tubuhnya menghilang. Matanya beralih menatap sebuah dipan tempat tidur Qu Cing yang telah kosong. Di mana anak itu? Pikirnya.Shaka bangun dan keluar dari kamar. Tampak seorang bocah sedang berlatih di halaman. Kilatan-kilatan, jejak bayangan
Beberapa saat sebelumnya."Kak Shaka?"Saat Tao Cang mengayunkan pedangnya ke arah Shaka, Qu Cing segera memerintahkan sang tongkat sakti."Patahkan!" seru anak itu penuh amarah.Tongkat sakti pun melayang ke udara, membesar seperti batang pohon yang kokoh dan menjulang tinggi."Aku adalah sang raja tongkat. Benda pusaka legendaris tiada tanding!" Sang tongkat menghempas cepat menghantam pedang yang di genggam Tao Cang hingga terjatuh dan patah."Du Bai, tangkap ini!" Qu Cing melemparkan We Ling ke arah Du Bai yang saat itu sedang terkagum-kagum dengan kekuatan sang tongkat."Hah? Apa?" jawab Du Bai linglung. Ia mendapati We Ling menjerit dan jatuh ke tanah dengan wajah melompong. "Ups, maaf. Aku tak fokus." Du Bai pun turun untuk membantu gadis itu.Di sisi lain, Qu Cing mengejar sang tongkat sembari menarik kainnya untuk menutupi wajah. Ia berdiri di ujung tongkat dengan gagah berani menatap tajam Tao Cang.“Si-siapa kau?” suara Tao Cang menggema, diwarnai kebingungan dan kemarahan
Sebuah pedang perak berkilau putih dikendalikan oleh seorang pria paruh baya yang mengenakan baju zirah. Pedang perak itu melayang di atas dengan arah mata pedang tertuju ke arah tubuh We Ling, menampakkan raungan jiwa-jiwa yang telah banyak menelan korban.“Tieng An, kupersembahkan darah gadis muda ini kepadamu!” ucap si pria menyebut nama pedang itu.‘Pedang Tieng An?’ We Ling terbangun setengah sadar mendengar ucapan itu. Ia mengetahui, bahwa satu-satunya pemilik pedang perak bernama Tieng An adalah Jendral Tao Cang.We Ling terbaring tak berdaya di altar, rasa putus asa menyelubungi dirinya saat pedang perak meluncur dengan kecepatan yang mengguncang jiwanya. Ingin ia berteriak mengeluarkan seluruh kekuatannya, tapi suaranya tercegat. Tenggorokannya seperti tercekik terengah-engah dengan napas yang tak beraturan.Di tengah kegelapan malam yang menyelimuti kesadarannya, We Ling merasakan kehadiran sesuatu yang lain, seolah ada cahaya yang ingin mengusir bayang-bayang gelap itu.Qu
Beberapa saat sebelumnya, di kamar asrama putri, seseorang pria dengan pakaian hitam tertutup menyelinap masuk ke kamar We Ling.Gadis itu yang sedang tertidur lelap, dikagetkan oleh suara gesekan pintu yang terbuka. We Ling terbangun dalam keadaan bingung, otaknya masih berusaha menggapai kenyataan di sekelilingnya. Saat We Ling merasakan kekuatan tangan asing membungkam mulutnya, ketakutan meluap dalam dirinya. Dia berusaha melawan, tetapi pria berpakaian hitam itu terlalu kuat. Dalam sekejap, dunia di sekelilingnya menjadi gelap seiring dengan kesadarannya yang memudar.Saat We Ling terbangun kembali, dia mendapati dirinya berada di sekitar asrama putra. Angin malam berhembus kencang, dan suara deru dari jauh seolah mengiringi ketegangan di dalam dirinya. Dia merasa lemah, tetapi instingnya memberitahu bahwa dia harus bertindak cepat. Saat pria itu kembali berusaha membungkamnya, We Ling mengambil kesempatan. Dengan segenap tenaga, dia menghembuskan napasnya, mencoba mengeluarkan
'Tanda itu ...' Mata sang raja kegelapan membulat. Seketika, firasat buruk yang terus menghantuinya sejak melihat tanda itu semakin kuat. Sebuah simbol misterius yang bisa melahap cahaya dan melenyapkan kegelapan."Tunggu!" kata raja kegelapan, membuat Qu Cing teralihkan."Bau Ba Chin benar-benar berteman baik dengan orang yang tepat. Aku berubah pikiran. Singkirkan tanganmu sekarang! Sesuai keinginan kalian, aku akan menyatukan diri dengan Bau Ba Chin," ujar sang raja kegelapan.Namun, saat dia berbicara, dia tidak bisa menghilangkan rasa takut yang menguasainya. Simbol matahari yang bersinar terang di telapak tangan kanan Qu Cing memancarkan kehangatan dan kekuatan yang tidak asing bagi sang raja kegelapan. Rasanya seperti cahaya matahari menusuk jiwanya, membuatnya rentan dan terpapar.'Bagaimana mungkin seorang bocah 9 tahun memiliki kekuatan seperti itu?' Pikirannya merinding. Dia bisa merasakan bayangan di sekelilingnya bergetar, seolah-olah bahkan mereka pun takut akan cahaya y
Beberapa saat sebelumnya di alam bawah sadar Bau Ba Chin. Anak itu sedang berjuang keras untuk menaklukkan sang raja kegelapan.Namun, rupanya itu sangat sulit. Raja kegelapan sangat berambisi untuk menguasai tubuhnya. Beberapa kali Bau Ba Chin hendak melawan, itu justru berakibat melukai dirinya sendiri."Bagaimana mungkin? Aku sama sekali tidak bisa menyentuhnya." Bau Ba Chin tertunduk merenung, wajahnya pucat dan nafasnya tersenggal-senggal. Darah segar mengalir dari sudut mulutnya karena terkena serangannya sendiri."Ha ha ha. Dasar bodoh! Kekuatanmu belum cukup untuk bisa menghadapiku, Bocah! Ragamu ini juga masih terlalu lemah untuk menampung kekuatanku," kata sang raja kegelapan."Tunggu beberapa tahun lagi, ketikan tubuhmu sudah benar-benar matang, aku akan mengambil alih dan membalaskan dendam kepada seluruh Klan Dhulam. Aku akan menjadikan tanah kediaman mereka sebagai kuburan! Ha ha ha!" imbuh sang raja kegelapan.Kebangkitan sang raja kegelapan adalah malapetaka bagi Klan D