Masih terlihat lemah! Batin Qu Cing saat melihat serangan lesatan beberapa bola api yang terbang melesat ke arahnya. Kekuatan spiritualnya sama sekali tidak berbobot."Kau seharusnya berlatih beberapa teknik untuk memperkuat tenaga dalam terlebih dahulu!" ujar Qu Cing saat berada di hadapan Ji Thu sembari melayangkan sebuah tinju.Buak!"Ugh, sial! Bagaimana dia bisa sekuat itu?!" gerutu Ji Thu tersangkut di atas pohon. Dia merasa sangat malu telah dikalahkan oleh bocah itu, sehingga lebih memilih pura-pura pingsan di atas pohon.Kekuatan spiritual tanpa tenaga dalam diumpamakan seperti daging tanpa tulang. Tulang yang kuat, akan membentuk otot-otot pada daging membentuk suatu daya tahan dan kekuatan yang besar.Ji Thu ataupun anak dari kelas 1D yang Qu Cing hadapi, adalah anak-anak yang terlalu fokus berlatih kekuatan spiritual. Mereka melupakan dasar yang lebih penting, sehingga dapat dengan mudah dikalahkan."Luar Biasa!" gumam Du Bai. "Dia berkembang cepat dengan memahami dasar ke
"Suara ini ...!" Du Bai berbalik sembari menghempaskan lengan ke belakang. Kekuatan tenaga dalamnya cukup berbobot. Meskipun ia mengenali suara itu, ia tak ragu menyerang. "Aku tidak akan mengaku kalah tanpa mencoba beberapa serangan!" ucapnya.Hap!Qu Cing menangkis lengan Du Bai dengan punggung tangan, lalu menghempaskan lutut ke depan mengenai perutnya. Setelah Du Bai membungkuk kesakitan memegang perut, Qu Cing menggerakkan siku dari atas ke bawah mengenai punggung anak itu.Buak!Du Bai tertohok memuntahkan darah. Hampir saja ia terjatuh, tangan kirinya menahan ke lantai. Kepalanya mendongak menatap Qu Cing. "Hebat! Benar-benar hebat!" ucapnya menyunggingkan senyum menampakkan giginya yang penuh darah. Kemudian, anak itu berguling mundur menjaga jarak dengan Qu Cing dan bangkit seraya berkata, "sekarang, coba hentikan ini!" Dia mengeluarkan seratus bola cahaya. Bola-bola itu melayang tinggi, lalu melesat cepat secara berbondong-bondong menghujani Qu Cing.Di samping itu, Qu Cing
Tubuh Bau Ba Chin terdorong hingga keluar ring pertempuran dan menghancurkan pedang api milik Chin Cong di luar ring. Dia pun berkata kepada gadis itu sembari tersenyum tipis, "selamat, kau mengalahkanku!""Apa-apaan ini?" Dahi Chin Cong berkerut. Ia merasa tidak terima menang dengan cara wseperti itu. "Apa kau sedang mempermainkanku?" gertaknya mengepal kedua tangan."Mempermainkanmu? Aku sama sekali tidak ada maksud seperti itu," sahut Bau Ba Chin."Cih!" Chin Cong mengeluarkan sebuah pedang api yang lebih besar dari sebelumnya. Ia menggenggam erat pedang itu dan mengarahkannya ke leher Bau Ba Chin yang berada di luar ring. "Bertarunglah dengan benar!"Bau Ba Chin pun menatap gadis itu tanpa rasa takut. "Bintang panggung unjuk bakat kali ini adalah saudaraku, Qu Cing. Kau seharusnya menantangnya bertarung, bukan menantangku!""Qu Cing? Haha!" ejek Chin Cong tertawa. "Apa yang bisa dia lakukan? hanya sebuah trik murahan! Ckck.""Trik murahan?" Gigi Bau Ba Chin menggertak kesal dengan
Baam! Baam! Baam!Seribu bola api menyerbu tak henti. Qu Cing masih di tempat tak goyah sedikitpun. Lapisan bola cahaya menahan serangan itu dengan kokoh. Sampai lesatan terakhir, Chin Cong mengejutkan Qu Cing dengan serangan pedang api membara.Whuuuuuush!Tiba-tiba, dalam benak Qu Cing terbayang-bayang sebuah tulisan yang menerangkan tentang teknik pelindung. Tentu saja tulisan itu berasal dari Kitab Sang Raja Kera yang telah diserapnya.Menambah lapisan elemen spiritual dapat memperkuat pertahanan. Namun, Qu Cing menemukan sesuatu yang lebih menarik, yaitu memantulkan serangan. Dia bisa memantulkan serangan dengan teknik pelindung dengan sedikit gerakan dari dalam. Yakni, gerakan yang berbobot dan mampu menekan serangan tersebut dengan tenaga dalam."Bola cahaya seratus lapis!"Pelindung bola cahaya, menebal semakin kokoh. Kepalan kedua tangan Qu Cing yang menyatu, merenggang dan dia menyatukannya kembali dengan posisi telapak tangan seperti bertapa. Kemudian, anak itu melangkahkan
"Ka-kau!" Mata Ben Cong melotot. Tubuhnya sedikit gemetar melihat sosok lelaki itu. "Nie Lee!"Padahal, dia telah menghancurkan tubuh dan wajahnya agar tidak ada siapapun yang bisa mengenalinya. Bagaimana bisa wajah dan postur tubuhnya kembali seperti sedia kala? Pikir Ben Cong."Siapa pria itu?" tanya Chin Cong kepada Qu Cing."Dia adalah guruku, Kepala Perguruan Lee," jawab Qu Cing meringis.Tak lama kemudian, Gu Wang datang mengekor Nie Lee. "Aku tidak boleh melewatkan pertunjukan menarik," gumamnya tersenyum simpul.Untuk memastikan bahwa itu benar-benar Nie Lee, Ben Cong beranjak mendekati lelaki itu. Lalu, ia menyerangnya dengan serangan kejutan.Whuuuuuush!Seratus ekor burung api, terbang cepat mengepakan sayap ke arah Nie Lee. Setiap satu kepakan sayap, mengeluarkan satu ring api yang akan langsung melesat ke arah target.Syuuut syuuut syuuut!Mata Nie Lee menyipit. Ia bersiap dengan posisi kuda-kuda. Menggerakkan salah satu tangannya ke depan. Kelima jari saling berhimpitan
Hari liburan pun tiba. Sebagian besar para murid, pulang ke kampung halaman untuk melepas rindu terhadap keluarga mereka. Namun, tidak dengan Qu Cing dan Bau Ba Chin.Meskipun Guru Shi tidak lagi menjadi guru mereka setelah kenaikan kelas, mereka tetap menyempatkan diri untuk berkunjung ke kediamannya. Mereka berdua memanfaatkan sebagian waktu libur untuk berlatih bersama Nie Lee.Kedua bocah itu beradu tanding dengan sang guru. Nie Lee sengaja melakukan itu untuk mengetes sejauh mana kemampuan mereka."Serang aku! Jika kalian bisa menggoreskan sedikit luka di tubuhku, aku akan membawa kalian pergi ke pusat perbelanjaan Kota Ni, untuk membeli banyak makanan enak. Ehem!" Nie Lee mendekatkan kepalan tangan ke depan mulut. "Tan-pa tong-kat sak-ti!" lanjutnya, yang seketika itu membuat Qu Cing dan Bau Ba Chin tampak bersemangat. Kota Ni adalah kota terdekat, yang terletak di bagian selatan Perguruan Long Ji. Kota ini, didominasi oleh Klan Ma, yaitu klan tempat Nie Lee tumbuh besar."Sabi
Dua buah sabit, yaitu dari kekuatan spiritual cahaya dan kegelapan, bersatu memutar spiral membentuk seperti ujung tombak. Semakin melesat mendekati Nie Lee, semakin kedua sabit itu membesar. Bukan hanya bentuknya yang membesar, tapi juga berbobot.Nie Lee bersiap menerima serangan itu, dengan gigih menyilangkan kedua tangan di dalam bola pelindung.Pyaaaar!Serangan mereka berhasil menembus pertahanan Nie Lee dan bola pelindung pun hancur. Mata pria itu seketika membulat. Serangan itu membuat tubuhnya terdorong hingga beberapa meter. Tanpa ia sadari, ujung mulutnya mengalirkan darah segar sampai ke dagu dan menetes ke tanah.Kemudian, pria itu tersenyum simpul dan berkata, "bagus! Ha ha ha." Dia tertawa puas.Setelah latihan selesai, Nie Lee langsung mengajak mereka ke sebuah rumah makan di Kota Ni. Mereka memilih duduk di bagian sudut ruangan dekat jendela.Seorang pelayan datang membawa papan pipih berbentuk petak. Selembar lontar bertuliskan beberapa menu makanan terselip pada pap
Spontan, gadis itu berbalik dan lari. Dia tidak ingin Qu Cing melihat keadaan yang seperti ini.Dahi Qu Cing berkerut. "Cing Ge?" Hanya satu orang yang memanggilnya dengan sebutan itu. Dia pun beranjak lari mengejar gadis itu. "Siapa yang membuatmu menjadi seperti ini, Jie Jie?" tanya Qu Cing dengan cepat berhasil menghadangnya.Shi Jie terperanjat. Lalu kepalanya menunduk tanpa kata-kata. Kakinya melangkah mundur berusaha menghindar. Dia kembali membalikan badannya dengan cepat, akan tetapi Qu Cing tiba-tiba sudah berada di hadapannya. Anak itu menyentuh hidung mungilnya dan energi penyembuh milik Qu Cing pun menyebar perlahan ke permukaan kulit."Dasar bodoh! Mengapa kau malah sembunyi dan menghindar dariku?!" Qu Cing mencubit kedua pipi gadis itu dengan gemas sekaligus untuk menyembuhkannya.Gadis itu merasa, Qu Cing telah melakukan sesuatu terhadap wajahnya. "Apa yang Cing Ge lakukan terhadap wajahku?" ujarnya sembari menyentuh kedua pipi setelah Qu Cing mencubitnya."Pulanglah d
'Di-dia ...' Mata Ghen Dong menyipit tajam menatap seorang bocah yang berdiri gagah menangkis serangannya. Makhluk itu merasa tidak asing. 'Tongkat sakti itu ...' Sang iblis mengingat, bahwa ia pernah menjumpainya sebelum ini. Pikirannya terus menjelajah hingga menemukan suatu ingatan yang tak terlupakan. "Heh, dia adalah anak itu!" gumam Ghen Dong sedikit menyunggingkan senyum. "Anak yang pernah menggagalkan rencanaku saat hendak menguasai tubuh Kaktius Berdu Rhi sepenuhnya." Giginya menekan, tangannya menggerakkan jari secara perlahan mengepal. Seketika, raut wajahnya berubah menjadi tawa, ketika mata Ghen Dong tertuju pada sebuah tongkat sakti milik Sun Ji Gong. "Pfffft! Ha ha ha ha! Benar-benar lucu, mereka menggangkat anak kecil sepertimu menjadi raja mereka, hanya karena kau memegang tongkat Sun Ji Gong?" ejeknya. Qu Cing hanya tersenyum simpul menanggapi ejekannya. Dia juga mendapat informasi dari sang tongkat sakti bahwa iblis yang di hadapannya saat ini adalah soso
Sementara itu, di perbatasan menuju lapisan kedua Lembah Siluman, Qu Cing diikuti oleh Du Bai bersembunyi di balik semak-semak. Sosok makhluk-makhluk bertanduk dengan sekujur tubuh berwarna hitam, secara membabi buta memporak porandakan Lembah Siluman Kera. "Ha ha ha! Menyerahlah kalian, dan tunduklah kepada kami! Aku akan menjadi pemimpin kalian yang baru!" seru Go Dong begitu percaya diri. "Ckck. Kematian Sun Ji Gong adalah kebangkitan kami. Ingin berkuasa di sini? Kau harus mampu membunuhku dulu, Pangeran Kecil!" balas Lu Tung. Mereka pun bertarung adu kekuatan. Pasukan siluman kera juga tak mau kalah. Mereka yang telah mendapat ajaran ilmu spiritual tentu saja sangat bersemangat. Mayoritas para siluman kera memiliki kekuatan spiritual angin, kecuali satu kera kecil yang ditugaskan untuk meminta bantuan. Kabarnya, si kecil itu baru saja memunculkan inti spiritual cahaya seperti milik Sun Ji Gong. Sesuatu hal yang sangat mengejutkan bagi Pangeran Go Dong. Makhluk itu hampir menc
Jia Gong An adalah anak pertama dari walikota Al. Sosok gadis yang ramah dan mudah bergaul dengan siapapun. Menginjak usia 15 tahun, dia menuntut ilmu di Perguruan Long Lu, perguruan elit tingkat atas. Perguruan itu terletak di sebelah barat Kota Al dekat perbatasan Lembah Siluman.Saat gadis itu sedang serius berlatih menyendiri di hutan, tanpa sadar dia melewati perbatasan dan masuk ke Lembah Siluman Ular. "Sepertinya, aku sudah masuk terlalu jauh," gumamnya.Setelah sadar, Jia Gong An mencari jalan pulang dan bertemu dengan seorang gadis berambut putih seumurannya. Dia terlihat sedang duduk termenung menyembunyikan wajahnya diantara tumpukan tangan yang ia sandarkan di atas lutut.Gadis itu tampak menyadari keberadaan Jia Gong An. "Sudah ku bilang, kan. Aku tidak mau pulang sebelum Kakak mengizinkanku keluar dari perbatasan!" ujarnya masih dalam keadaan tertunduk tanpa melihat siapa yang hadir di sisinya.'Dia mengira bahwa aku adalah kakaknya?' Jia Gong An berjongkok di hadapannya
"Lima tahun? Ha ha ha! Bocah tengik sepertimu, apa yang kau tahu? Apa kau pikir menaklukan raja kegelapan adalah perkara yang mudah?" Nada bicaranya penuh dengan ejekan. Pemimpin Klan itu akhirnya berbalik berkacak pinggang berhadapan dengan Qu Cing. "Sepuluh tahun yang akan datang pun, belum tentu dia bisa menaklukannya. Bicaramu hanya omong kosong!"Kemudian, mereka pergi meninggalkan tempat itu. Sedangkan Qu Cing tersenyum tipis melihat punggung mereka yang semakin menjauh."Pak Tua bodoh! Cara berpikirnya begitu kolot dan sangat mudah dipengaruhi! Dia tidak sadar, bahwa dia telah dibodohi oleh orang-orang di kediamannya sendiri!" celetuk Raja Tham Fan berdiri di sisi Thai Qu Cing."Apa yang Anda maksud dengan dibodohi oleh orang-orang di kediamannya sendiri, Yang Mulia?" ujar Qu Cing mendongakkan kepala menatap pria tinggi di sisinya. Desiran angin menerpa rambut merah kecoklatan itu, membuat wajah tampannya semakin mempesona."Jika kau tertarik dengan Klan Dhulam, mungkin sesekal
Beberapa saat sebelumnya, Du Bai melangkahkan kakinya di lembah siluman ular dengan tubuh gemetar. Pandangannya senantiasa waspada, campur sedikit kekhawatiran kalau-kalau ada sosok siluman ular yang menyerang.Dia sengaja melalui jalur yang berbeda melewati Kota Tu, agar Klan Dhulam tidak mencurigai pergerakannya.Meskipun rasa takut menghantui pikiran, dia tidak bisa mengabaikan masalah ini. "Huh! Di mana istana gua siluman ular?" keluh anak itu sembari menghembuskan napas lelah.Tiba-tiba, Du Bai mendengar suatu pertempuran di perbatasan. Dia mengecek sebentar dan melihat Qu Cing sedang meluncurkan tongkat saktinya ke arah si botak."Celaka! Kekuatan satu klan tidak bisa dianggap remeh! Aku harus segera bertindak!" Dengan langkah cahaya, Du Bai berkeliling menelusuri lembah siluman ular untuk mencari kediaman sang raja ular. "Aku tidak akan mengecewakanmu, Teman," gumamnya.Pergerakan anak itu, tentu saja memicu perhatian para siluman ular yang melihatnya. "Apa yang sedang anak it
Sempat beberapa kali Qu Cing menahan dan menghantam rantai-rantai itu dengan tongkat saktinya. Namun itu sia-sia. Perbedaan kekuatan anak itu dan si botak bukanlah hal yang bisa digapai dalam sekejap."Sudah ku bilang, seharusnya kau pergi saja. Sekarang, semua malah menjadi semakin rumit. Jika kau pergi, kau tidak akan merasakan sakit seperti ini." Wajah Jia Gong An menengadah pasrah."Rasa sakit yang seperti ini, bukanlah apa apa bagiku, Guru. Aku bahkan, pernah merasakan rasanya berada di ujung kematian. Keadaan ini terjadi karena aku terlalu lemah. Aku sangat menyesali diri sendiri. Aku bahkan tidak bisa menahan satu serangan pun meski hanya sekejap saja." Qu Cing tertunduk sayu. "Maafkan aku, Guru!"Meskipun dalam keadaan tubuhnya yang kacau, Qu Cing masih tetap berusaha menyembuhkan diri agar tetap berada dalam kesadaran.Tiba-tiba ...PraaaaankFormasi pecah dan belenggu rantai pun hancur. Qu Cing dan Jia Gong An terbebas dan terjatuh.Di hadapan Qu Cing, muncul seorang pria mu
"Heh! Sangat mengganggu! Tangkap juga bocah itu!" perintah sang pemimpin klan kepada para bawahannya. Saat ketujuh pengikutnya bergerak, Jia Gong An menghadang mereka. "Langkahi dulu mayatku!" Matanya menyala membentangkan kedua tangan. Energi hijau keluar dari telapak tangan, terkumpul membentuk tumbuhan raflesia yang menyala. "The Power of Rafflesia!" Baaam! Tak disangka dirinya mampu memukul mundur ketujuh orang itu. 'Kesempatan bagus!' Jia Gong An melancarkan serangan lanjutan. Wanita itu merentangkan tangan. Lalu bergerak seperti seorang pemanah yang menarik busurnya. "Cactus thorns!" Syuuut syuuut syuuut! Lesatan cepat duri-duri kaktus yang tipis dan tajam mampu meremukan besi sekalipun dalam sekali hantaman. "Benar-benar merepotkan!" Sang pemimpin klan akhirnya turun tangan. Dia bergerak mengayunkan sebuah tinju bayangan. Energi hitam memutar spiral mengitari telapak tangannya. Dia melompat dan memblokir serangan Jia Gong An dengan mudah. Tidak berhenti di situ. Mata pr
Drap! Drap! Drap!Qu Cing menyusul Jia Gong An dengan teknik gerakan cahaya kilat. Dia melihat jejak wanita itu mulai samar.Guru An tidak mungkin melewati Kota Tu, karena di sana telah di dominasi oleh kekuatan dari Klan Dhulam! Pikir Qu Cing.Anak itu berbelok ke arah tenggara, tepatnya ke sebuah kota bernama Al, sebelah timur kota Tu. Benar saja, Qu Cing melihat beberapa pengawal dari Klan Dhulam berjaga di perbatasan Kota Al dan Kota A. Dia berasumsi bahwa Jia Gong An telah melewati perbatasan."Mereka juga pasti telah mengepung Guru An dari perbatasan Lembah Siluman!" Qu Cing bergerak lebih cepat dari sebelumnya untuk mencari sang guru ke seluruh penjuru kota Tu hingga waktu pagi pun tiba."Aku harus menemukannya sebelum ia sampai ke perbatasan!" guman Qu Cing mulai lelah, haus, dan lapar. Ia terus berjalan ke arah selatan dengan wajah lesu. Tiba-tiba, seseorang memanggilnya. "Hei, Dik. Apa kau lapar?" tanya seorang lelaki muda, berambut perak, bermata biru dengan pakaian putih
Teknik bayangan murni adalah sebuah teknik khusus yang hanya bisa dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kekuatan spiritual cahaya atau kegelapan. Ini merupakan teknik tingkat tinggi yang bisa dipelajari setelah seseorang mencapai ranah spiritual tingkat empat.Menyinkornkan kekuatan spiritual dengan tubuh, dan membentuk bayangan transparan dalam waktu tertentu. Kekuatan spiritual kegelapan, akan membentuk bayangan transparan hitam gelap. Sedangkan kekuatan spiritual cahaya, akan membentuk bayangan transparan putih terang.Belum sempat Qu Cing dan Du Bai bersembunyi, mereka dikejutkan oleh kehadiran pria botak berkulit hitam itu."Kami baru saja lewat hendak menuju ke kamar kami. Mengapa Anda begitu panik, Paman?" ucap Du Bai tampak tenang."Baru saja lewat? Benarkah?" Mata pria itu menyelidik."Tentu saja. Tidak ada alasan untuk kami terus berada di tengah jalan karidor seperti ini! Inu sudah malam, Paman. Kami sangat mengantuk." Anak itu menguap sambil salah satu tangannya memberi