Bab 116Namun Mas Ibra justru tertawa. Saking kerasnya suara tawanya, justru membuat Keisha menangis lantaran kaget."Kamu itu bukan Cinderella. Kamu adalah seorang putri," ujar mas Ibra seraya meraih tanganku dan membimbingku menuju pembaringan.Dia mendudukkan Keisha di pembaringan, lalu mengecup keningku sekilas."Tapi dibandingkan dengan nasab Mas Ibra, aku belum apa-apanya," sahutku "Aku bukan pria Arab yang terkenal sangat mementingkan nasab. Apalah artinya sebuah nasab, jika perilaku kita tidak terpuji. Bukankah dulu Baginda Nabi pernah berkata, yang intinya seandainya putrinya, Fatimah mencuri, maka tidak perlu orang lain, tetapi beliau sendiri yang akan memotong tangannya.""Itu Baginda Nabi, bukan kita. Bukankah kita sendiri yang terlibat menyembunyikan Fahda yang sampai hamil lantaran berzina?"Pria itu menghela nafasnya dalam-dalam. "Rasa sayang seorang kakak itu tidak bisa diukur, Sayang. Jujur, kita memang bukan Baginda Nabi yang bisa tegas. Seharusnya waktu itu aku me
Read more