Share

Hari Yang Berat

Penulis: Jannah Zein
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bab 112

"Mau apa kamu datang kemari?!"

Meski mendongkol, aku tetap mempersilahkan pria ini untuk masuk ke ruang kerjaku. Tidak mungkin aku mengajak orang ini berbicara di luar, karena aku tahu pokok pembahasannya tidak akan jauh-jauh dari soal Seruni.

Ya, akhirnya ketahuan juga jika pria yang sudah menyakiti Seruni ini adalah Andri, yang tidak lain adalah kakaknya Tria. Perusahaannya sempat menjadi rival perusahaan kami sebelum akhirnya bangkrut karena kalah saing.

"Izinkan aku bertemu dengan Seruni dan anakku," ujarnya.

"Anakmu?" Tawaku seketika terdengar. Aku menatap pria itu dalam-dalam. Ini sungguh menggelikan. Bagiku, Andri seperti pahlawan kesiangan. Kalau dia memang menyukai Seruni, maka dia tidak akan menyakitinya.

Tiba-tiba saja aku merasa seperti diposisikan sebagai orang egois yang menghalangi pertemuan antara ayah dan anaknya.

"Ya, dia adalah anakku. Kamu jangan pura-pura tidak tahu, Kayla!"

"Benihnya memang berasal dari kamu, tapi dia bukan anakmu. Dia adalah anak Seruni
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Pertemuan Di Rumah Seruni

    Bab 113Matahari sudah bergulir ke arah barat. Hari sudah petang saat aku, mbak Ranti dan Keisha meninggalkan kantor Almeera Travel. Aku sengaja meminta Keisha dan mbak Ranti menyusulku ke kantor, karena aku tidak bisa pulang siang ini. Apalagi aku sudah janji pada Seruni untuk menjemputnya di rumah sakit. Akan tetapi, janji tinggal janji. Karena padatnya kesibukan, akhirnya aku menyuruh orang untuk menjemput Seruni dan mengantarkannya pulang ke rumah.Mobil meluncur dengan tenang menembus kemacetan lalu lintas. Aku memangku Keisha yang tidak pernah diam berada di dalam pangkuanku. Sebuah boneka berada di dalam genggamannya. Sesekali ia mencium boneka itu, bahkan kadang dia meraba-raba perut besarku."Dik, dik." Suara tawa kami pecah menanggapi celotehannya yang menggemaskan, bahkan mas Yanto yang berada di depan pun tak bisa menahan senyumnya.Akhirnya kami sampai di rumah Seruni. Rumah mungil yang semula dikontrak oleh Seruni, tapi akhirnya aku beli dan surat-menyuratnya pun atas

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Kabar Dari Mas Ibra

    Bab 114Aku langsung tertegun menatap pria yang pernah menjadi teman hidupku ini. Pria itu mengangkat tangan, lalu menurunkannya kembali seraya menghela nafas. Aku bertanya-tanya dalam hati sambil tetap menatap ekspresi wajahnya yang terus berubah-ubah.Apakah mas Gilang tadi bermaksud menamparku, lantaran aku di anggapnya lancang?"Gita mencintaimu dan itu satu-satunya alasan kenapa aku menyuruhmu untuk menikahinya. Lagi pula, tidak ada jeleknya kamu menikahinya. Dia cantik, meskipun sudah tak lagi perawan. Toh, kamu juga bukan perjaka, kan? Sama saja! Mama Kumala pun sudah meninggal dunia. Nggak akan ada orang yang akan merecoki rumah tangga kalian nanti," ujarku panjang lebar. Aku menegakkan tubuh dengan tangan bertumpu di pinggang. Badanku terasa pegal setelah seharian duduk di balik meja, baik itu menghadapi laptop atau menghadapi orang-orangku saat memimpin rapat."Nggak semudah itu, Kayla. Nggak sesederhana yang kamu bayangkan.""Tetapi apa yang buat kamu ragu?" "Aku merasa se

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Merasa Seperti Cinderella

    Bab 115Tak bisa lagi berkata-kata. Aku membiarkan panggilan itu putus begitu saja. Sejenak aku diam, tak bergerak dari tempat dudukku. Mataku menatap Keisha yang tampaknya sudah mulai gelisah. Ah, aku lupa menurunkan Keisha dari stroller.Aku bangkit dan menggendong putriku keluar dari kamar memanggil mbak Ranti dan bik Jum. Aku menyuruh mereka berdua untuk segera bersiap-siap. Mbak Ranti sangat terkejut. Namun terlihat ia berusaha menguasai diri. Mbak Ranti mengambil Keisha dan membawa putri mungilku itu ke dalam kamar.Biarlah pengasuh putriku itu yang mempersiapkan keperluan Keisha dan dirinya sendiri. Aku akan mempersiapkan diri dengan dibantu bik Jum."Saya benar-benar nggak nyangka, Bu," lirih perempuan paruh baya itu, sembari membantuku melipat baju-baju yang aku onggokkan di samping travel bag."Namanya juga umur, Bik. Kita nggak tahu," sahutku."Tetapi apa yang menyebabkan Ummi Wafa sampai meninggal?""Saya nggak tanya soal itu, Bik. Pikiran saya langsung panik, lantaran har

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Bukan Cinderella

    Bab 116Namun Mas Ibra justru tertawa. Saking kerasnya suara tawanya, justru membuat Keisha menangis lantaran kaget."Kamu itu bukan Cinderella. Kamu adalah seorang putri," ujar mas Ibra seraya meraih tanganku dan membimbingku menuju pembaringan.Dia mendudukkan Keisha di pembaringan, lalu mengecup keningku sekilas."Tapi dibandingkan dengan nasab Mas Ibra, aku belum apa-apanya," sahutku "Aku bukan pria Arab yang terkenal sangat mementingkan nasab. Apalah artinya sebuah nasab, jika perilaku kita tidak terpuji. Bukankah dulu Baginda Nabi pernah berkata, yang intinya seandainya putrinya, Fatimah mencuri, maka tidak perlu orang lain, tetapi beliau sendiri yang akan memotong tangannya.""Itu Baginda Nabi, bukan kita. Bukankah kita sendiri yang terlibat menyembunyikan Fahda yang sampai hamil lantaran berzina?"Pria itu menghela nafasnya dalam-dalam. "Rasa sayang seorang kakak itu tidak bisa diukur, Sayang. Jujur, kita memang bukan Baginda Nabi yang bisa tegas. Seharusnya waktu itu aku me

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Permintaan Maaf

    Bab 117Aku tak tahu lagi harus menanggapi seperti apa, tapi yang jelas aku harus berada di tengah keluarga ini, setidaknya sampai tiga hari ke depan. Ini merupakan hal yang berat."Sabar, Sayang. Mas yakin kamu pasti akan kuat. Kamu sudah melewati banyak hal dan kamu pasti akan bisa melewati semua ini.""Bukannya kita hanya butuh restu dari ayah Hafiz dan Ummi Azizah? Begitu, kan, yang selalu Mas bilang kepadaku?" balasku. Aku hanya sebentar ikut dalam acara ramah tamah dengan keluarga setelah makan malam. Aku memilih masuk ke dalam kamarku dan ternyata mas Ibra malah menyusul. Di sinilah akhirnya kami berdua, duduk bersisian di ranjang."Dan kita sudah mendapatkan restu itu. Jika ayah dan ibumu merestui, tak perlu kupinta restu dari seribu wali," imbuhku sembari tersenyum pahit, setelah merebahkan tubuh Keisha yang sudah tertidur pulas."Nah tuh, kamu sudah tahu," kekeh pria itu, lalu membawaku ke dalam pelukannya."Kamu itu istri pilihan Mas. Mas bertanggung jawab atas pilihan yang

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Perjanjian Tetaplah Perjanjian

    Bab 118Aku tidak menyangka akan berada di situasi seperti ini. Dulu aku memang mengetahui jika Gita pernah diminta oleh Andri untuk menjadi wanita simpanannya, bahkan Andri memperkosa Seruni sampai hamil, hanya untuk bisa membuat gadis itu hengkang dari Almeera Travel.Ternyata dunia hitam bisnis itu benar-benar ada dan ini kualami sendiri."Saya senang sekali jika Bu Kayla mau memberikan kesempatan kepada saya untuk tidur dengan sekretaris Anda yang cantik ini." Pria itu menatap Gita dengan kerling matanya yang nakal."Tapi di dalam draft perjanjian kita tidak ada kesepakatan seperti itu, Pak," ucapku sembari berusaha terus menyabarkan diri, walaupun ingin rasanya aku mencakar-cakar muka pria itu yang dengan lancang meminta sekretaris baruku ini untuk menemaninya tidur. Aku mengangkat Gita menjadi sekretaris setelah melalui pertimbangan dan atas saran mas Ibra sendiri yang ingin memberikan kesempatan kepada Gita untuk berkembang. Mas Ibra merasa bersalah karena ikut andil membuat m

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Hadiah Untuk Gita

    Bab 119Aku hanya tersenyum miris. Bayangan demi bayangan masa lalu kembali berkelebatan di benakku. Gita itu gadis yang polos, dan kepolosan itu yang dimanfaatkan oleh ibunya untuk mengambil keuntungan dari kecantikan yang dimiliki oleh gadis ini.Gita memang manja dan sangat bergantung kepada mas Gilang, tapi dia sesungguhnya gadis yang baik. Dia menjadi malas mengerjakan urusan rumah karena hasutan dari ibunya dan mungkin waktu itu aku pun terlalu memanjakannya. Saat pertama kali mengenal Gita sebagai adik mas Gilang, aku merasa dia adalah adikku. Aku tidak pernah menganggapnya sebagai musuh, hanya saja dulu Gita di bawah kendali ibunya dan ikut-ikutan memusuhiku sebagai kakak iparnya.Sesampainya di mobil, aku dan Gita segera masuk dan mobil pun meluncur. Dua motor gede mengiringi kami dari belakang dari jarak yang aman. Aku harus mengantar Gita dulu pulang ke rumahnya, baru kembali ke apartemen.Tidak ada siapa-siapa di rumah kontrakan itu. Rupanya mas Gilang belum pulang kerja.

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Akad Nikah

    Bab 120Apakah ia sedang berhalusinasi, atau pria itu tengah memainkan sebuah drama? Sepasang mata itu mengerjap berkali-kali dengan telinga yang tegak. Gita berusaha mempercayai pendengarannya."Apa yang Mas katakan? Mas dalam keadaan sehat, kan?" Bibirnya bergerak-gerak dengan tubuh gemetar. Bagaimanapun, ini di luar dugaannya. Pria itu sudah berkali-kali menolaknya dan sekarang Gilang justru melamarnya. Apakah pria itu sedang kesambet?"Apa kamu merasa belum jelas?" Tanpa menunggu persetujuan Gita, Gilang meraih jemari gadis itu dan memasangkan cincin ke jari manisnya.Ternyata pas. Tentu saja pas, karena Gilang sudah mengukur jari manis gadis itu secara diam-diam sebelum memutuskan untuk memesan cincin itu.Dia sudah mempersiapkan ini dengan matang."Bukan seperti itu, Mas. Bukannya Mas sudah berkali-kali menolakku?"Gadis itu menatap nanar cincin yang melungkar di jari manisnya. Heran, entah bagaimana caranya sehingga pria itu bisa mendapatkan cincin yang benar-benar pas dengan

Bab terbaru

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Kejutan 2

    Bab 146 "Kejutan apa itu, Mbak?" Benakku langsung membayangkan suasana di apartemen. Mungkin lantaran merasa rindu dengan kami, asisten rumah tangga kami ini berinisiatif mengadakan pesta penyambutan kecil-kecilan dengan memasak masakan kesukaan kami. "Rahasia dong! Kalau saya bilang, berarti bukan kejutan lagi dong!" Perempuan itu tersenyum jahil dan aku tak lagi berniat untuk mendesak. Toh, sebentar lagi kami akan sampai dan aku akan segera tahu apa yang disiapkan oleh asisten rumah tangga kami ini. Mobil perlahan memasuki basement dan akhirnya berhenti. Aku dan mas Ibra keluar dari mobil dan berjalan menuju lift menuju lantai unitku berada. "Tara... kejutan!' seru mbak Ranti setelah ia menekan tombol password di pintu apartemenku. "Mas Gilang, Gita!" Aku sangat kaget, dan refleks menatap mbak Ranti dan bik Jum bergantian. Namun, kedua asisten rumah tanggaku itu malah tersenyum, bahkan ketika aku menatap mas Yanto, pria bertubuh kekar itu juga tersenyum. Ada apa ini? Aku menat

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Tetap Bersyukur

    Bab 145Aku membiarkan Kania digendong oleh Rihanna. Menyaksikan binar matanya yang nampak begitu menyayangi putriku, aku tidak tega untuk mengambilnya. Akhirnya aku memilih mengayunkan kaki menuju kamarku.Biarkan saja Kania bersama dengan Rihanna. Jika putri kecilku haus, Rihanna pasti akan segera mengantarnya kepadaku."Ada sedikit masalah di dalam rahimnya, makanya sampai sekarang Rihanna belum punya anak, padahal kami semua sangat menginginkan keturunan yang berasal dari rahim adikku," ujar mas Ibra ketika aku tanya. "Kalau menang Rihanna ingin bersama dengan Kania selama ia berada di sini, biarkan saja. Rihanna itu sepertinya sosok yang keibuan dan penyayang anak-anak, hanya saja kebetulan memang belum rezeki." "Terima kasih atas pengertiannya, Sayang. Kita berdoa saja semoga disegerakan punya keponakan baru." Pria itu mengecup pelipisku berkali-kali, lalu membimbingku menuju tempat tidur.Ruangan ini sungguh luas. Kamar hotel tipe presiden suite saja masih kalah mewah dengan

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Menantu Keluarga Salim Al-Maliki

    Bab 144Aku tidak bisa berbuat atau berbicara apapun lagi, selain menatap jalanan sembari memangku Kania. Sementara mas Ibra memangku Keisha. Kami memang tidak membawa baby sister dalam perjalanan kali ini untuk alasan kepraktisan, bahkan kami tidak membawa pengawal, kecuali pengawal yang dibawa oleh ummi Azizah dari Mekkah.Kesakitan yang ummi Azizah rasakan menular juga kepadaku, tetapi aku tidak berdaya, hanya mampu menatap suamiku yang dengan segera mengedipkan matanya. Setelah mobil sampai di bandara, kami pun segera berpindah ke pesawat pribadi milik keluarga Salim Al-Maliki. Sudah lama pesawat pribadi itu ada. Sebelumnya, pesawat pribadi dimiliki hanya keluarga Al-Maliki secara umum, tetapi kini Abi Emir sudah membeli pesawat khusus untuk keluarga Salim Al-Maliki, sehingga sedikit demi sedikit mereka mulai melepaskan ketergantungan dengan keluarga itu dan juga Almeera Oil Company.Keterikatan ummi Azizah terhadap perusahaan minyak itu sebatas dia adalah pemegang satu persen sa

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Pengakuan Ummu Fathia

    Bab 143Perempuan tua itu menoleh. Dia mengurungkan niatnya untuk melangkah menuju pintu, tetapi berbalik menghampiri perempuan tua yang duduk santai di sebuah sofa di salah satu sudut ruangan.Ruang tamu khusus laki-laki ini memang sangat luas, memiliki beberapa sofa disusun dari ujung ke ujung, karena seringkali menerima tamu dengan jumlah yang banyak. "Sejak Abi meninggal dunia, aku merasa Ummu, Khaled, dan Waled berubah, kecuali Wafa," ucap ummi Azizah tanpa menuruti permintaan ibu tirinya untuk duduk kembali ke sofa di dekat perempuan tua itu duduk."Itu hanya perasaanmu saja, Azizah," balasnya."Tapi aku merasa dipermainkan di keluarga ini. Keluarga yang kupikir bisa memberikan secercah harapan, tapi ternyata hanya kepalsuan yang kudapatkan. Orang yang benar-benar menyayangiku hanya Abi, hanya syekh Ali yang benar-benar menyayangiku dengan tulus, dan juga adik kecilku, Wafa." Ummi Azizah menjeda ucapannya dengan sentakan nafasnya yang berat. "Namun kalian dengan begitu kejam

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Pengkhianat

    Bab 142Raut wajah pria itu seketika menegang. Tampak sekali ia tengah menahan emosinya. Namun kurasa ia tidak sedang memarahiku, karena kulihat mulutnya bergerak-gerak."Aku tidak tahu, Sayang. Tapi yang jelas, aku harus mengusut semua ini. Sayang sekali di ruangan kerjaku dan di ruangan pribadi itu tidak ada kamera CCTV. Mas juga tidak tahu bagaimana caranya Nona Barbara merekam adegan itu. Mas benar-benar tidak tahu karena Mas tengah tertidur.""Tapi... tunggu Mas!" Otakku segera mencerna kejanggalan yang terjadi, karena bagiku tidak ada alasan untuk tidak mempercayainya. Jika memang Mas Ibra bisa tertidur sampai seperti orang pingsan, apa jangan-jangan ada orang yang memasukkan obat tidur ke dalam minumannya?"Aku rasa ini sudah tidak wajar, Mas. Walaupun Mas sedang tidur, tapi kalau ada orang yang menggerayangi, biasanya Mas akan terbangun, seperti biasanya saat kita sedang bersama," ujarku mengingatkan. Pria itu tampak tercenung sejenak."Omonganmu masuk akal juga, Sayang." Pri

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Bukan Perselingkuhan

    Bab 141"Ya Tuhan!" Aku memekik, refleks jemariku menyentuh layar. Dan adegan demi adegan itu membuat perutku seketika mual. Tubuhku lemas dan akhirnya luruh ke lantai dan tanpa sadar menjatuhkan ponselku yang masih menyala layarnya."Kenapa kamu tega melakukan ini sama aku, Mas? Bahkan aku baru saja melahirkan anak kamu." Aku duduk sembari memeluk betisku. Tangisku pecah seketika.Siapa perempuan itu sebenarnya? Kenapa ia bisa bersama dengan mas Ibra di dalam satu ruangan, bahkan satu ranjang?Aku masih saja merapatkan wajahku dengan lutut, meski terdengar suara ketukan dibalik pintu sampai akhirnya pintu pun terbuka."Ibu kenapa? Ada apa?" Mbak Ranti terlihat kaget saat aku mengangkat wajahku yang bersimbah air mata."Papanya Kania selingkuh, Mbak," lirihku."Selingkuh?" Bibir wanita itu bergerak-gerak. Namun hanya kata selingkuh yang terucap dari bibirnya. Aku menubruk perempuan itu lalu memeluknya. Tangisku kembali pecah. Aku menangis dalam pelukan mbak Ranti. "Kenapa dia begitu

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Memulai Permainan

    Bab 140Ibra tidak menyadari jika dari balik pintu ruang kerjanya muncul sesosok tubuh yang tadi sempat pamit keluar.Sementara itu, pintu ruangan peristirahatannya pun terbuka."Dia sudah tak sadar, Ghazi?" tanya sesosok perempuan yang tepat berdiri di depan pintu ruangan peristirahatan Ibra."Aman, Nona. Dia tidak akan sadar selama beberapa jam dan Nona bisa melakukan apapun," jawab pria itu sembari menyeringai."Bagus. Kerjamu sungguh bagus. Bayaranmu akan segera kamu terima, berikut bonusnya.""Terima kasih, Nona. Sekarang apa yang bisa saya lakukan lagi?""Bawa pria itu ke tempat tidur. Setelah itu kamu boleh keluar. Jangan lupa kunci ruang kerjanya. Nanti jika semuanya sudah selesai, aku akan hubungi lagi. Tetaplah stand by di tempatmu," titah perempuan itu yang ternyata adalah Barbara.Perempuan itu tersenyum manakala menatap pria yang tengah digendong oleh Ghazi. Sebentar lagi rencananya akan terwujud. Ghazi merebahkan Ibra dengan hati-hati ke pembaringan, kemudian segera per

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Tuhan Maha Tahu

    Bab 139Meski penuturan sang paman tidak membuat Ibra terlalu terkejut, tetapi tak urung matanya tetap membulat sempurna. Dia bahkan refleks menjauhkan tubuhnya dari pria tua itu. Ibra berdiri, lalu pindah tempat duduk sehingga kini posisi mereka menjadi berhadapan."Dan Paman pikir aku menerima tawaran itu?" sinisnya."Paman pikir kamu hanya perlu menikahinya sebentar, setelah itu menceraikannya. Lagi pula dia hanya memintamu untuk menjadi suaminya sebentar saja. Pernikahan ini pun juga hanya akan dilaksanakan secara siri," bujuk pangeran Khaled. Dibenaknya tentu deretan angka-angka yang akan segera masuk ke perusahaan jika pernikahan ini benar-benar terjadi.Pria itu pun sebenarnya tidak ingin keponakannya menikahi wanita itu. Namun perusahaan mereka masih dalam kondisi terguncang. Tidak mudah mendapatkan investor kelas kakap seperti Tuan Wiliam.Apa salahnya jika menyuruh keponakannya untuk menikahi wanita itu? Toh, istrinya Ibra berada di Indonesia dan tidak akan tahu jika suaminy

  • Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku    Syarat Dari Tuan Wiliam

    Bab 138Meski cukup banyak perempuan yang tidak memakai jilbab di kota metropolitan Arab Saudi ini, tetapi Ibra merasa cara berpakaian Barbara cukup berani, padahal dia hanya seorang tamu di negara ini.Meski kemungkinan perempuan ini non muslim, tapi seharusnya ia tahu diri dan mengerti situasi, mengingat ia berkunjung ke sebuah negara yang mayoritas penduduk wanitanya harus mengenakan pakaian tertutup.Namun, Ibra tidak menangkap itikad baik dari Barbara, justru perempuan itu bersikap seolah-olah restoran ini berada di negaranya yang menganut paham kebebasan. Lagi-lagi ia mengibaskan rambutnya, sehingga harum helaian itu terendus oleh Ibra dan membuat pria itu seketika menghembuskan nafas."Anda terlalu berlebihan, Nona. Saya hanya orang biasa. Kebetulan saja dua orang pria tua yang telah berbicara dengan ayah anda itu adalah adik dari ibu saya," sahut Ibra. Dia menurunkan tangannya dari meja, lalu menangkupkan telapak tangannya di pangkuannya."Tentu. Saya pun mengenal ibu anda yan

DMCA.com Protection Status