Semua Bab Ketika Selingkuhan Suamiku Mengurus Bayiku : Bab 121 - Bab 130

145 Bab

Maafkan Aku, Mas

Bab 122Semoga saja semua ini cepat berakhir. Aku tidak bisa membayangkan akan jadi seperti apa hubunganku dengan putriku jika waktuku selalu tersita untuk pekerjaan. Ini benar-benar melelahkan.Aku baru saja selesai berkemas saat ponselku kembali berdering. Dengan malas, aku mengambil ponsel dari dalam tas, lalu mengusap layarnya."Ya Mas Evan, ada apa?""Maaf Nyonya, nanti malam akan ada pertemuan dengan para pemegang saham....""Kamu bisa mengurusnya, kan?" selaku cepat. Aku memijat kepalaku. Pusing sekali rasanya. Aku sudah seharian bekerja. Masa iya harus di tambah lagi dengan nanti malam?"Tidak bisa, Nyonya. Harus Nyonya sendiri yang menghadiri mewakili Tuan Ibra.""Aku tidak mengerti soal itu, Mas Evan. Aku bukan suamiku," ketusku. Terus terang stok kesabaranku sudah menipis. Aku sudah lelah, lelah tubuh juga pikiran."Nyonya hanya perlu hadir dan beramah tamah dengan mereka. Sisanya saya yang akan handle," bujuk Evan.Ya Tuhan... ingin rasanya aku menyumpah pada asisten priba
Baca selengkapnya

Penyekapan

Bab 123Belum sempat mas Yanto menjawab pertanyaanku, tiba-tiba pintu di samping kemudi terbuka. Seorang lelaki merengsek masuk dan menempelkan sesuatu ke hidung pria itu yang seketika membuatnya terkulai, dan belum habis rasa kagetku, pintu di sampingku pun terbuka. Lalu setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi.Aku terbangun dengan kepala yang sedikit pusing. Mataku mengerjap berkali-kali, terkejut mendapati diriku berada di suatu ruangan yang tidak kuketahui. Seorang pria datang dan dan menghampiriku."Siapa kamu?" Spontan pertanyaan itu meluncur dari mulutku. Aku menggerakkan tubuh, berusaha untuk duduk."Nyonya rupanya sudah bangun. Sekarang minumlah, supaya rasa pusing di kepala Nyonya sedikit berkurang." Dia menyodorkan sebotol air mineral, yang dari kemasannya saja aku tahu bahwa minuman itu masih tersegel.Tidak mungkin ada racun atau obat aneh-aneh masuk ke dalam minuman itu.Merasa minuman itu cukup aman, aku menerimanya, namun tidak segera meminum. Mataku nyalang menatap p
Baca selengkapnya

Semangat, Kayla!

Bab 124"Apa kamu tahu yang harus kamu lakukan, Mas?" Aku baru saja selesai menceritakan peristiwa malam itu kepada Evan sebelum akhirnya mengangkat bahuku sedikit.Dengan berat hati aku mengundang Evan ke ruang kerjaku. Ini untuk pertama kalinya aku lakukan selama mas Ibra berada di Riyadh, karena kurasa keadaan ini sangat mendesak. Hanya Evan yang bisa menyelesaikan masalah ini. Sebenarnya Mas Ibra sudah menjanjikan pulang dua minggu ke depan, meskipun tentu saja aku belum bisa mempercayai janjinya. Kondisi Almeera Oil Company memerlukan waktu untuk bisa bangkit kembali seperti semula.Heran, semua orang kompak mengandalkan mas Ibra, padahal posisinya di dalam keluarga besar Al-Maliki tidak terlalu menonjol mengingat garis keturunan di tarik dari pihak laki-laki, sedangkan mas Ibra lahir dari rahim Putri Azizah, buah pernikahannya dengan suami pertamanya yang hanya orang biasa.Kadang aku merasa ini tidak adil. Di saat sedang susah, barulah ia di butuhkan. Sedangkan di sisi lain, m
Baca selengkapnya

Kejutan

Bab 125Aku menatap takjub isi meja makan. Tidak salah jika aku memilih perempuan paruh baya ini sebagai asisten rumah tangga kami. Dia memang piawai melakukan pekerjaannya.Sejauh ini bik Jum belum pernah melakukan kesalahan fatal, demikian pula mbak Ranti sebagai pengasuh putriku. Mereka bekerja sangat baik. Aku bersyukur dikelilingi orang-orang baik yang mau membantuku dengan tulus, meski dibalik itu tetap saja gaji mereka aku bayarkan ditambah dengan bonus, karena kenyataannya hasil pekerjaan mereka memang sangat memuaskan.Setelah menjanjikan akan segera makan setelah selesai mandi nanti, aku segera beranjak menuju kamarku. Sementara itu, mbak Ranti mendudukkan Keisha di stroller. Dia harus menyiapkan makan sore untuk putriku.Sebagai pengasuh, mbak Ranti dibekali pengetahuan soal gizi anak. Jadi dia paham betul apa yang harus dia lakukan. Memasak makanan bayi sudah menjadi kesehariannya dan nyatanya, Keisha tumbuh menjadi balita yang sehat dan aktif. Tumbuh kembang yang bagiku s
Baca selengkapnya

Kontraksi

Bab 126"Kalian sudah menikah?" basa-basi Ibra sembari menatap lurus asisten pribadinya. Kini mereka berada di ruang kerja pria itu di rumah ini. Dua cangkir teh nampak tersaji di meja depan tempat mereka tengah duduk berhadapan.Namun ternyata Evan menggeleng. "Saya belum berminat untuk menikahinya. Dia memang tinggal di sini atas perintah ibuku," jelas Evan."Kenapa dia mau? Tidak baik laki-laki dan perempuan tinggal satu atap tanpa ikatan pernikahan." Sungguh, Ibra tidak bermaksud untuk turut campur. Namun mengingat dulu dia pernah menjodohkan Evan dengan Gita, Ibra merasa perlu mempertanyakan hal ini.Dia tahu persis sebab bercerainya Evan dengan Gita adalah karena perempuan bernama Mira itu hadir di dalam kehidupan mereka."Saya tahu, tetapi saya selalu bisa menjaga diri. Saya juga tidak berminat dengannya. Dia bukan tipe saya. Namun saya tidak bisa mengusir, karena itu berkaitan dengan ibu saya sebagai orang tua satu-satunya saat ini.""Tapi sekali-sekali kamu bisa khilaf, Eva
Baca selengkapnya

Kontraksi 2

Bab 127"Tidak ada bantahan, Sayang. Kamu harus ke rumah sakit sekarang. Mau lahiran atau enggak, pokoknya harus ke rumah sakit," tegas pria itu.Aku terpaksa memijit tombol di gelang dan tidak sampai 10 menit, mas Yanto sudah muncul di depan pintu unit kami. Mas Ibra menggendongku, sementara mas Yanto membawa koper besar berisi perlengkapan.Bik Jum dan Mbak Ranti aku suruh stand by di rumah dan menjaga Keisha. Cukuplah aku didampingi mas Ibra saja. Lagipula, belum tentu juga aku mau lahiran. HPL aku masih tiga minggu lagi.Mobil membawaku dengan kecepatan tinggi. Mas Ibra mewanti-wanti mas Yanto agar membawa mobil dengan kecepatan tinggi tetapi tetap aman. Mungkin khawatir karena melihat aku yang terus merintih. Gelombang kontraksi itu kian cepat dan membuatku terus meringis. Namun tak ada cairan pun yang kurasakan keluar dari inti kewanitaanku.Aku menjadi ragu, apakah aku akan melahirkan? Sementara dulu waktu kelahiran Keisha, ciri-ciri melahirkan berupa keluar cairan dari inti ke
Baca selengkapnya

Kelahiran

Bab 128Detik demi detik terus berlalu. Aku merasa itu sangat lambat. Jujur aku merasa gugup. Baru pertama kali ini aku berurusan dengan ruang operasi, karena dulu aku melahirkan Keisha secara normalMembayangkan pisau bedah menyayat perut bagian bawahku rasanya sudah terasa ngilu. Meski tidak akan sakit karena di bawah pengaruh obat bius, tetapi tetap saja aku merasa takut."Ibu tenang saja. Proses ini cukup aman, selama dikerjakan sesuai dengan prosedur," ucap dokter Nita. Wanita paruh baya itu malah mengusap kepalaku sebelum seorang asisten membentangkan kain dinding pembatas yang menghalangi penglihatanku dengan bagian bawah perutku.Aku berusaha untuk pasrah, tenang dan tidak gugup lagi. Mas Ibrahim berulang kali mengusap kepalaku seraya merapal doa-doa.Tak sampai beberapa menit, suara tangis bayi terdengar."Selamat, Bapak, Ibu, bayinya perempuan, sehat, tidak kurang suatu apapun," seru dokter Nita.Alhamdulillah. Rasanya lega sekali setelah mendengar tangis bayiku meski proses
Baca selengkapnya

Kelahiran 2

Bab 129"Kapan kamu pulang ke Riyadh, Ibra?" Suara ummi Azizah langsung terdengar nyaring karena mas Ibra menghidupkan speaker pada ponselnya."Aku tidak tahu pastinya kapan, Ummi. Saat ini Kayla baru saja melahirkan," jawabnya. Dia terlihat menghela nafas seraya memandangku.Aku sengaja memasang ekspresi datar, tak mau turut campur urusan antara ibu dan anak itu."Kuat, Kayla. Kamu harus kuat!" Aku menyemangati diriku sendiri. Aku bukan perempuan manja. Dulu pun saat melahirkan Keisha, aku juga sendiri. Mas Gilang tidak menunggui saat lahiran dan perawatan di rumah sakit, beralasan sibuk kerja, dan belakangan aku ketahui jika dia bukan sibuk kerja, tapi sibuk bercinta dengan Anggi.Tidak cuma itu. Aku juga yang memonopoli semua keperluan Keisha. Untungnya saat itu aku memiliki penghasilan sendiri yang, dan itu tidak di ketahui oleh mas Gilang.Jika sekarang mas Ibra meninggalkanku, kembali ke Riyadh, bukankah sama saja?"Kayla baru melahirkan? Benarkah?"Suasana hening sejenak. Rupan
Baca selengkapnya

Bidadari Mungilku

Bab 130"Masih sakit, Sayang?" Pria itu tersenyum sembari menghampiriku.Namun aku segera menggeleng. "Nggak, Mas. Nggak terasa sakit sama sekali dari tadi, padahal reaksi obat biusnya mungkin sudah hampir habis, Aku sudah bisa menggerakkan kaki," ujarku menenangkan, meski sebenarnya ada rasa nyeri sedikit dari bekas luka sayatan yang baru saja dijahit.Pria itu membungkukkan badan sembari menggenggam erat tanganku. Dia mengecup keningku lama sekali. "Sebentar lagi kamu akan boleh duduk. Mungkin nanti ada seorang perawat yang akan membantu kamu untuk duduk. Mas mengusahakan yang terbaik untuk kamu, biar kamu bisa segera menyusui adek," tuturnya."Benarkah?" Bibirku mengurai senyuman. "Yang aku tahu biasanya pasien yang menjalani operasi caesar harus berbaring satu kali 24 jam sebelum diperbolehkan untuk duduk.""Itu tidak berlaku untukmu. Kamu memakai metode eracs. Dua jam setelah selesai operasi kamu boleh belajar duduk, kemudian berdiri dan berjalan pelan-pelan. Mas ingin memasti
Baca selengkapnya

Jodoh Itu Misteri

Bab 131Gita terdiam mendengar ucapanku. Seolah tak ingin menanggapi, ia malah memfokuskan diri ke bayiku. Tangannya yang sudah terulur kini menyentuh pipi lembut itu.Matanya nampak berkaca-kaca. Entah apa yang ia rasakan. Aku sendiri tidak tahu. Sejauh yang aku tahu, Gita hanya menginginkan seorang anak. Katanya bayi itu makhluk yang lucu. Tapi ah, sudahlah. Aku tidak ingin banyak berpikir.Keduanya hanya sebentar di ruangan ini. Setelah itu pamit pulang. Namun sebelum pulang, mas Gilang masih sempat mengusap pipi bayiku, kemudian mengulas senyum. Entah maksudnya apa. Dia hanya menganggukkan kepala, lalu berbalik menggandeng Gita keluar dari ruangan itu, setelah sebelumnya kembali menyalami suamiku.Aku merasa hubungan mas Gilang dengan Gita baik-baik saja, dan sepertinya mas Gilang memang sudah move on. Aku berharap dugaanku ini benar. Aku sudah lelah dengan drama. Masih segar di benakku ucapan mas Gilang dulu dan bagaimana sikapnya saat dia mengejarku pada waktu itu. Aku sudah di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
101112131415
DMCA.com Protection Status