Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Bab 241 - Bab 250

Semua Bab Warisan Artefak Kuno: Bab 241 - Bab 250

412 Bab

Ke Gurun Hadarac.

Dalam kisah ini, untuk mencapai puncak tertinggi dalam kultivasi—yang dikenal sebagai Abadi atau Yongheng—seorang praktisi harus terlebih dahulu melewati dua tahap besar yang disebut sebagai Setengah Abadi atau Demigods.Tahap pertama dikenal sebagai Kaishi, lalu Banxiang, dan terakhir adalah Yongheng, tahap yang sangat diidamkan setiap praktisi.Saat ini, Rong Guo, mengenakan jubah spiritual yang telah bertransformasi menjadi Senjata Kelas Taiyang Guang. Transformasi tersebut otomatis meningkatkan level kultivasinya, membuatnya melampaui batas Pendekar Lotus Emas, dan menyentuh ranah Setengah Langkah Kaishi.Meski bukan Kaishi yang sesungguhnya, kekuatan yang dihasilkannya sudah cukup menggetarkan dan membuatnya layak disebut sebagai seorang Setengah Abadi atau Demigod.Kelak, ketika kultivasi dasarnya meningkat ke tingkat Pendekar Naga Giok, jubah kelelawar putih itu akan memberikan Rong Guo kekuatan untuk mencapai Kaishi yang sesungguhnya.Namun, bahkan dalam keadaannya saat ini, k
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-17
Baca selengkapnya

Pertempuran di Hutan Willow.

Sebelum benar-benar memulai perjalanannya menuju Gurun Hadarac yang jauh dan penuh tantangan, Rong Guo menyempatkan diri untuk singgah di Kota Biratama, kota terdekat yang menawarkan sedikit perbekalan dan persiapan terakhir.Langkahnya kini membawanya ke Pasar Barat, tempat yang lebih sepi dibandingkan keramaian hiruk-pikuk Pasar Timur yang terkenal. Di sini, penduduk kota yang sederhana lalu-lalang dengan barang dagangan yang tampak lebih murah dan bersahaja."Tak akan lagi aku menyamar sebagai seorang Taois," gumam Rong Guo pelan, sambil memandangi kerumunan di sekitarnya. "Lebih baik kali ini aku mengenakan pakaian seperti rakyat jelata, tidak mencolok."Dengan niat itu, ia melangkah ke salah satu kios yang menjual pakaian sederhana. Matanya tertuju pada sebuah busana berpotongan sopan yang tampak biasa saja namun cukup layak.Setelah memutuskan, ia mengambil pakaian tersebut dan berdiri di depan cermin kayu yang agak buram. Kesan yang muncul di pantulannya jauh dari apa yang diha
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-18
Baca selengkapnya

Pertempuran Di Hutan Willow - Dua.

“Pedang Bianglala!”Rong Guo memompa energi sejatinya dari dantian dengan intensitas luar biasa. Tangannya bergetar, penuh dengan hawa murni yang membara, langsung mengalir ke senjata payung karatannya.Saat ia menyapu payung rusak tersebut ke udara, sebuah lengkungan berwarna tujuh warna muncul, memantulkan warna-warna bianglala yang berpendar dalam semburat energi sejati yang dahsyat.TRANG – TRANG!Suara benturan senjata terdengar memekakkan telinga, saat lintasan payung Rong Guo bertemu dengan senjata rahasia yang dilemparkan para murid Sekte Lembah Hijau.Gelombang energinya memapas senjata-senjata An Qi itu seolah-olah mereka hanyalah kertas rapuh, jatuh ke tanah tanpa daya.Dalam sekejap, pedang di tangan gadis Sekte Lembah Hijau terlempar. Pedang tersebut bergetar hebat sebelum lepas dari genggaman tangannya, membuat gadis itu tersentak mundur.“Aduh!” Gadis itu berteriak seraya mundur selangkah.Pandangannya beralih ke telapak tangannya yang kini memerah, lecet akibat bentura
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-18
Baca selengkapnya

Hutan Zhulin.

“Tuan berdua, tampaknya mengikuti Taoist ini sejak dari pelabuhan Kapal Biratama. Ada apakah gerangan?” Rong Guo bertanya, suaranya datar, tanpa menunjukkan sedikit pun emosi di wajahnya.Meski terkesan tenang, ia sudah bisa menebak maksud mereka sejak jauh hari, namun tetap berpura-pura sopan sesuai tata krama Jianghu yang ia junjung.Pendeta Yunho, yang berdiri dengan postur tinggi dan berwibawa, tersenyum tipis. Sinar matahari yang redup di balik awan menyinari punggungnya, menciptakan bayangan panjang yang melambangkan kekuatan misterius di balik sosok religius dari seberang lautan itu.“Bergabunglah bersama kami, Guru Tao Guo,” ucap Pendeta Yunho dengan nada rendah namun sarat makna."Kulihat, Anda memiliki kepandaian yang sangat mumpuni. Namun, jika beraliansi dengan kami, kekuatan Anda akan semakin cemerlang. Ingatlah, di depan sana, banyak ahli-ahli dengan kepandaian tinggi yang menunggu. Bukan hanya dari benua ini, melainkan juga dari kerajaan di seberang lautan!"Ucapannya m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-19
Baca selengkapnya

Hutan Zhulin – Bagian Kedua.

Pada saat itu, suasana di bawah pandangan Rong Guo sangat mengerikan.Mayat-mayat bergelimpangan di tanah, tubuh mereka terbujur kaku dengan luka-luka parah, beberapa bahkan sudah kehilangan nyawa. Darah yang membasahi tanah menciptakan pemandangan mengerikan di bawah sinar rembulan yang redup.Di tengah kekacauan ini, seorang perempuan setengah tua yang berpakaian seperti biarawati terlihat tengah bertempur dengan gigih, perjuangan antara hidup atau mati.Biarawati itu dikelilingi oleh tiga sosok jago yang mengenakan pakaian asing, jelas bukan penduduk asli Benua Longhai. Ketiga jago ini memegang pedang panjang, dikenal sebagai katana, dan keahlian mereka dalam bertempur sangat mematikan.Jauh diketinggian pucuk hutan bambu yang menjulang, Rong Guo terkejut. “Biarawati Zhenxin dari Sekte Gurun Gobi,” desisnya.Dengan mata tajam, ia mengamati pertarungan yang berlangsung di bawahnya. Tubuhnya bergetar halus mengikuti gerakan batang bambu tempatnya berdiri, bergerak perlahan saat terti
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-19
Baca selengkapnya

Sosok Di Pohon Bambu.

Kelakuan orang-orang dari Kekaisaran Taiyang benar-benar biadab. Mereka tak peduli bahwa wanita-wanita yang mereka kalahkan adalah para biarawati suci dari Sekte Gurun Gobi.Di tengah malam yang seharusnya tenang, suara kekehan mereka terdengar nyaring, mencerminkan nafsu yang begitu rendah dan memecah kesunyian Hutan Zhulin. Kegelapan malam seakan menambah kesan betapa keji tindakan mereka."Ayo! Telanjangi wanita-wanita itu! Lihat betapa mereka menantang! Dari luar tampak polos, tapi lebih ganas daripada pramuria di rumah bordil!" seru Hoshino Yuchen, samurai terkuat dalam rombongan, memberi perintah dengan nada penuh gairah.Mendengar perintah tersebut, seolah dilepaskan dari rantai, para pengikut Pangeran Arata menyerbu perempuan-perempuan dari Sekte Gurun Gobi. Bagaikan binatang buas yang kelaparan, mereka menerkam dengan niat busuk yang membara.Jerit tangis dan lolongan perempuan-perempuan yang tak berdaya memenuhi udara, kalah oleh suara liar para praktisi Taiyang yang sedang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya

Gurun Pasir Hadarac.

Pagi harinya, Rong Guo berjalan dengan langkah ringan, meninggalkan Hutan Zhulin yang gelap dan penuh misteri.Udara yang lembab dan aroma tanah basah masih terasa di ujung hidungnya, namun perlahan-lahan pemandangan berubah di depannya. Hutan hijau yang subur kini berganti dengan hamparan tanah yang kering dan berbatu-batu, serasa dunia lain yang baru saja ia masuki."Apakah ini tandanya aku akan segera mencapai Gurun Hadarac?" gumam Rong Guo, menyipitkan mata saat memandang jauh ke depan, ke arah kegersangan yang membentang hingga ke cakrawala.Angin panas tiba-tiba menerpa wajahnya, membawa butiran pasir yang kasar dan menusuk kulit. Rong Guo segera mengeluarkan selembar kain dari dalam pakaiannya, dengan cekatan melilitkannya di sekitar kepala dan menutupi wajahnya.Kain itu tidak hanya melindungi dari sengatan matahari yang terik, tetapi juga dari debu dan pasir yang berterbangan di udara.Matahari yang baru terbit di ufuk timur kini berubah menjadi ancaman lain. Panasnya tak ter
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-20
Baca selengkapnya

Istana Kuno.

Menjelang tengah malam, Gurun Hadarac tampak sunyi senyap di bawah langit berbintang. Angin berhembus perlahan, membawa hawa dingin yang menusuk tulang.Pada beberapa bagian pasir di Gurun Hadarac, lapisan tipis es mulai terbentuk di atas pasir, memberikan kesan kontras dengan panas terik yang mendidih di siang harinya.Suhu ekstrem gurun ini benar-benar memisahkan dua dunia yang berbeda—siang dan malam.Namun, kesunyian di jantung Gurun Hadarac itu tidaklah abadi.Nampak ribuan praktisi, dari berbagai penjuru benua, berkumpul di sana, membentuk lingkaran raksasa yang mengelilingi gunung pasir kecil di pusatnya.Suara bisik-bisik dan langkah kaki terdengar samar di antara hembusan angin malam, menandakan kegelisahan yang terpendam di tengah kerumunan. Semua mata tertuju pada tujuan mereka—peta Airmata Giok Fenghuang.“Apakah semua pecahan peta Airmata Giok Fenghuang sudah lengkap?” tanya seorang pria setengah baya dengan suara serak, nyaris berbisik namun cukup keras untuk menembus ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-21
Baca selengkapnya

Dalam Labirin.

Saat jumlah praktisi yang tersisa mulai menyusut—sekitar seperdelapan dari jumlah awal—Rong Guo mengambil keputusan.Dengan hati-hati, dia melompat ke tengah-tengah area istana yang baru setengah muncul dari dalam tanah. Gerakannya tidak terlalu cepat, memastikan bahwa ia tidak menarik perhatian berlebihan."Harus berhati-hati... mengukur setiap langkah sebelum bertindak," pikirnya dalam-dalam, sambil melayang diatas gundukan pasir, sebentar lagi akan menginjak lantai istana.Namun, firasat buruknya segera terbukti benar.Ketika kaki kanannya menjejak lantai istana yang berbatu suram, ia merasakan arus kuat menariknya ke arah bawah tanpa peringatan. Tubuhnya terseret, meluncur dalam kecepatan yang tak terduga, saat lantai istana terbuka lebar seperti mulut harimau.Saat melayang dengan cambukan angin menerpa pipin, Rong Guo membatin penuh kewaspadaan. "Seperti yang kuduga," batin Rong Guo lagi.Namun, dia tidak panik dengan kajadian tak terduga ini.Sebagai praktisi tingkat Setengah K
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya

Dalam Labirin – Bagian Kedua.

Kondisi Han Seolmin dan Pendeta Yunho benar-benar bagaikan telur di ujung tanduk. Jika tidak ada tenaga bantuan yang datang, mereka berdua akan tewas dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari seperbakaran Hio (Perhitungan waktu setara lima belas menit.)Suasana labirin itu tegang, setiap detak jantung terasa menegangkan, dan aroma kematian tercium semakin dekat.Di sisi lain, beberapa praktisi Taiyang berdiri menonton dengan tatapan tajam, siap turun tangan jika keadaan semakin genting.Di pihak lain, Samurai Sogo mengayunkan katana dengan energi yang mengerikan. Katananya seakan lenyap menjadi bayangan, berdengung seperti angin musim dingin yang mengancam.“Mati!” desis Sogo, suaranya menggeram penuh kebencian saat ia melancarkan serangan ke arah Pendeta Yunho.Dengan kekuatan yang sangat dahsyat, katana Yunho menebas, mengeluarkan aura yang seakan bisa memecah langit. Saking dahsyatnya, lekuatan pedang itu hampir setara dengan ribuan jin beratnya, membuat pedang di tangan Pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-09-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
42
DMCA.com Protection Status