Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Warisan Artefak Kuno: Chapter 161 - Chapter 170

410 Chapters

Negosiasi.

Malam itu, Rong Guo hampir tidak dapat memejamkan mata. Ia selalu bermimpi mengalami pertempuran berulang kali melawan Zhang Long Jin dan Rahib Kangkay.Dalam mimpi itu ia selalu di ujungtanduk, membuat keringat dingin membasahi tubuhnya, dan jantungnya berdegup kencang, seolah-olah setiap detik adalah pertarungan hidup dan mati.Setelah mengalami mimpi buruk untuk kedua kalinya, dan pada saat itu ayam jantan sudah berkokok menandakan fajar, Rong Guo memutuskan untuk berjalan-jalan dan melihat-lihat Kota Hanjiang.Udara dingin menyapa wajahnya, membuatnya menggigil meskipun ia sudah memakai mantel tebal.“Kota yang ditutupi salju, bahkan hampir sepanjang tahun,”Kata-kata Du Fu pada malam itu terngiang di telinga Rong Guo, ketika ia pertama kali menginjakkan kaki di jalanan Kota Hanjiang.Rong Guo melihat hamparan salju tebal yang menyelimuti tanah dan pepohonan, menciptakan pemandangan yang indah namun sepi. “Salju begini tebal, bagaimana caranya bepergian antar kota?” pikirnya.Sema
last updateLast Updated : 2024-07-30
Read more

Perjalanan Mendaki Gunung Wushen.

Tak lama kemudian, setelah bekerja selama tidak lebih dari dua minggu di Paviliun Purnama Dingin, Rong Guo dipanggil oleh Wang Wei, kepala restoran. Paviliun itu tenang, dengan suasana hangat dan aroma dupa cendana yang samar-samar tercium di udara.Saat itu, duduk di depan manajer paviliun - Wang Wei yang tampak mendominasi dengan tatapan tajamnya, Rong Guo terlihat sangat rendah hati.Penampilan jagoan kita kini jauh berbeda dengan gayanya ketika masih menjadi seorang ahli tingkat tinggi di Kekaisaran Yue Chuan.Wang Wei sendiri duduk di balik meja besar yang dipenuhi gulungan kertas dan alat tulis mewah.Rong Guo saat itu duduk dengan sopan menunggu perintah Wang Wei, dia terlihat polos dan lugu. Matanya bersinar seperti seorang remaja, tidak lagi memperlihatkan kilatan kekejaman dan kebengisan seperti ketika dia berwujud Raja Kelelawar Hitam.Orang bijak berkata, "Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung," bukan? Rong Guo merenungkan pepatah tersebut dalam hatinya, mencoba m
last updateLast Updated : 2024-07-31
Read more

Pertarungan Mematikan.

Yun dan Akai adalah dua petarung yang sangat berpengalaman dalam pertarungan di Hutan Pegunungan Wushen. Bukan hanya sekali dua kali mereka meliwati jalur antara Kota Hanjiang dan Lengyang.Konon, di Pegunungan Wushen terdapat berbagai macam makhluk iblis, dari peringkat rendah hingga yang sangat tinggi. Namun sepemahaman dua petarung itu, mahluk iblis paling tinggi disana berada pada ranah Pendekar Harimau Giok saja. Itupun jarang sekali kelihatan berkeliaran.Namun, pada malam yang dingin dan berangin ini, kemunculan Serigala Iblis menghadang perjalanan kereta yang mereka tumpangi, membuat Si Tua Yan, kusir kereta, sangat ketakutan. Angin malam membawa suara-suara aneh dari pepohonan, menciptakan suasana yang semakin mencekam."Sepuluh serigala iblis?" teriak Si Tua Yan dengan suara bergetar. Suara geraman dari sepuluh serigala iblis itu, seperti panggilan dari alam bawah – dunia orang mati, membuat tubuh Tua Yan gemetar ketakutan.Dengan tangan gemetar, dia mengetuk tirai yang memb
last updateLast Updated : 2024-08-01
Read more

Hutan Tanxiang.

Rong Guo membuka matanya dan mendengar suara air mengalir yang tenang, seperti terapi bunyi yang menenangkan baginya. Suara gemericik air memenuhi udara, memberikan perasaan damai di dalam hati Rong Guo.Dia membuka mata dan melihat samar-samar dua petarung—Jun dan Akai—serta Kusir Tua Yan mengelilinginya. “Aku... di mana ini?” suaranya terdengar lemah dan kebingungan.Mendengar suara Rong Guo, wajah semua orang yang tadinya sangat khawatir, kini terlihat lega.“Adik Guo, syukurlah Anda sudah sadar!” Suara Petarung Yun terdengar jelas di telinga, membuat Rong Guo tersadar sepenuhnya akan kejadian semalam.Wajah Rong Guo meringis menahan sakit, namun bukannya mengeluh, justru hal lain yang ia tanyakan.“Bagaimana nasib delapan serigala iblis itu? Sepertinya aku berhasil membunuh mereka. Namun... apakah ada yang menjadi korban di pihak kita?” tanyanya dengan suara yang masih lemah, ekspresi cemas tak mampu disembunyikan dari wajahnya.Dia langsung duduk, menatap satu per satu orang di h
last updateLast Updated : 2024-08-02
Read more

Seorang Talisman Master?

Malam di Hutan Tanxian amatlah dingin. Angin malam menusuk kulit, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang berguguran. Tak ada sepercik cahaya sedikit pun di jalanan berbatu yang menuruni lereng Gunung Wushen, menambah kesan misteri yang menyelimuti tempat itu.Hanya cahaya lampion di sisi kiri dan kanan kereta kuda yang melaju, samar-samar memberi penerangan jalan ke depan. Keheningan di Hutan Tanxian hanya dipecahkan oleh suara burung hantu, yang sesekali bersiul menambah kelam dan ngeri suasana. Udara malam semakin terasa berat dengan kabut tipis yang perlahan menyelimuti hutan.Tiba-tiba, suara kusir kereta, si Tua Yan, berteriak dengan nada panik."Semuanya perhatian! Ada dua hantu lapar dan satu hantu penasaran sedang menghadang perjalanan kita. Petarung Yun, cepat turun dan lakukan sesuatu!"Rrrr.Saking paniknya, Tua Yan menggedor tirai pembatas antara kursi kusir dengan gerbong kereta tempat tiga orang lainnya duduk di dalamnya. Tirai itu bergoyang keras, hampir robek oleh
last updateLast Updated : 2024-08-03
Read more

Pemburu Hantu.

Hutan Tanxiang, dini hari. Udara di Hutan Tanxiang begitu dingin, diselimuti embun pagi yang tebal.Suara dentingan pedang yang bersahut-sahutan serta seruan dan teriakan dua petarung—Yun dan Akai—terdengar menggetarkan malam yang sunyi di Hutan Tanxiang.Saat itu, duduk di dalam gerbong kereta yang tersembunyi di antara pepohonan, Rong Guo menganalisis situasi dengan penuh kegelisahan.Dia menduga bahwa kedua petarung, Yun dan Akai, saat ini sedang keteteran."Dari cara mereka berteriak dan suara pedang yang semakin melemah, jelas mereka sudah mulai kehabisan tenaga," pikirnya.Dari balik dinding gerbong kereta, terdengar kekehan tiga hantu kelaparan yang penuh rasa penasaran. Suaranya mirip desahan angin malam yang menambah keseraman suasana, sementara suara desingan pedang para petarung sudah lenyap.Artinya, dua petarung itu tinggal mengandalkan kegesitan untuk menghindari serangan tiga hantu."Bagaimana mungkin tingkat kepandaian mereka yang seperti itu bisa melawan makhluk iblis
last updateLast Updated : 2024-08-04
Read more

Sepuluh Hantu Kelaparan.

Dalam perjalanan menembus hutan yang lebat dan penuh misteri, Rong Guo mendapati kenyataan yang membuat hatinya girang.Udara dini hari yang dingin menyusup di antara pepohonan, membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang membusuk, menciptakan suasana yang menyeramkan. Kabut tebal melayang rendah, membuat setiap bayangan tampak seperti hantu yang mengintai."Asalkan kesehatanku pulih," gumam Rong Guo sambil melompat dari satu dahan ke dahan lain, merasakan kekuatan di kakinya. "Meskipun tidak dapat memanfaatkan energi hawa murni sejati, namun ketrampilan meringankan tubuhku masihlah piawai."Setiap gerakan meringankan tubuh Rong Guo tampak ringan, seperti burung layang-layang saja.“Well, meskipun ketrampilan meringankan tubuhku kini tidak sehebat ketika menjadi Raja Kelelawar, namun untuk disandingkan dengan ahli-ahli kelas Pendekar Lotus Emas, aku masih mampu bertanding kecepatan," lanjutnya dengan senyum tipis menghiasi wajahnya. Matanya berbinar menatap kegelapan hutan.Ini adalah
last updateLast Updated : 2024-08-05
Read more

Kota Lengyang.

“Adik Guo! Apa yang terjadi?” Suara Petarung Yun penuh kekhawatiran.Saat itu matahari pagi mulai menyinari hutan. Wajahnya tampak terkejut ketika menyadari bahwa sosok misterius yang baru datang ternyata adalah Rong Guo. Ia sampai tidak bisa berkata-kata lagi sesudah berbicara tadi.Giliran petarung Akai dengan keterkejutannya...“Kamu – kamu... Bagaimana bisa kamu terlihat sesegar ini?” tanya Petarung Akai, ekspresi keheranan mendalam terlihat jelas di wajahnya. Dia mendekati Rong Guo dengan langkah cepat, mengamati dari wajah hingga tangan Rong Guo dengan penuh perhatian. “Biasanya anda sepucat mayat hidup!” katanya dengan suara serak.“Kamu tidak lagi pucat seperti mayat, adik kecil. Kamu tampak segar bugar, seperti bayi yang baru lahir!” desis Akai, matanya membelalak, menunjukkan kekaguman yang mendalam.Sudah hilang ketegangannya, Petarung Yun menimpali. “Jangan-jangan... kamu melakukan hal yang sama seperti semalam? Menghabisi hantu-hantu kelaparan di tengah hutan?” tanya Peta
last updateLast Updated : 2024-08-05
Read more

Koi Keberuntungan Cabang Lengyang.

Di persimpangan jalan, tepat di gerbang Utara Kota Lengyang, matahari senja mulai tenggelam, mewarnai langit dengan semburat oranye dan merah. Angin dingin bertiup, membawa kesegaran khas musim dingin yang menggigit kulit.“Well... Petarung Yun, Petarung Akai, dan Paman Yan,” kata Rong Guo, suaranya terdengar tenang di antara desiran angin senja. Rambutnya berkibar sehingga menambah kesan dramatis Jika dilihat dari kejauhan.Saat itu, jalanan di Kota Lengyang mulai sepi. Hanya sesekali ada kereta kuda yang berlalu lalang, atas sejumlah orang yang tampaknya baru selesai berdagang pulang ke rumah. Rong Guo, Petarung Yun, dan Akai, serta Kusir Yan diatas kereta, tampak berdiskusi.Lampu-lampu minyak satu per satu dinyalakan di depan rumah penduduk, menciptakan cahaya hangat yang menari-nari di dinding rumah penududuk. Hanya mereka bertiga yang berdiri di jalanan yang lengang, dengan bayangan panjang yang mengikuti gerak-gerik mereka.“Aku harus mengucapkan selamat berpisah. Sudah saatnya
last updateLast Updated : 2024-08-06
Read more

Kehebohan DI Lobby.

Di Kota Lengyang yang sedang dilanda krisis talisman, kebutuhan akan benda ini sangat mendesak. Kota yang terkenal dengan banyak sekte dan akademi bela diri ini sangat mengandalkan talisman untuk melindungi dan memperkuat para prajurit di medan laga.Beberapa waktu yang lalu, Li Shangyin, pemimpin dari Aula Koi Keberuntungan, melakukan perjalanan ke Dataran Tengah.Perjalanan ini awalnya tidak dianggap istimewa.Namun, kabar menyebar dengan cepat bahwa tujuan perjalanan itu adalah untuk mencari seorang master talisman yang akan dipekerjakan di Aula Koi Keberuntungan. Desas-desus itu mengundang kehebohan di kalangan paviliun pesaing.Paviliun Merak, sebagai pesaing utama Aula Koi Keberuntungan, tentu saja tidak tinggal diam. Dengan langkah cepat dan penuh rahasia, pihak yang berwenang dari Paviliun Merak juga melakukan perjalanan ke Dataran Tengah untuk merekrut master talisman yang dianggap sangat kompeten.“Kita jangan kalah cepat dari pihak Aula Koi Keberuntungan! Biar mereka tahu s
last updateLast Updated : 2024-08-07
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
41
DMCA.com Protection Status