Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Warisan Artefak Kuno: Chapter 181 - Chapter 190

410 Chapters

Kematian Sang Pembunuh Bayaran.

“Si—siapa kamu? Bukankah kamu sudah mati? Ba—bagaimana bisa hidup lagi?”Pembunuh bayaran itu menatap dengan mata yang melebar, kebingungan meliputi wajahnya. Dia bukanlah orang yang percaya pada sihir atau ilmu hitam. Baginya, di dunia ini, kekuatan sejati terletak pada kemampuan menguasai seni bela diri.Tidak ada ruang untuk takhayul dalam benaknya yang keras dan penuh dengan logika tempur.Ketika sosok Talisman Master itu berjalan pelan mendekatinya, setiap langkahnya terasa menggema di malam yang sunyi.Bayangan tubuhnya yang tinggi menjulang terlihat jelas di bawah sinar rembulan yang pucat, menambah kesan angker pada dirinya.Pembunuh bayaran itu dengan cepat mengeluarkan belatinya. Cahaya bulan memantul pada bilah belati itu, memancarkan kilauan tajam yang menegaskan niatnya untuk melawan.“Jangan mendekat!” ancamnya dengan suara gemetar yang tak bisa disembunyikan, mencoba memulihkan ketenangan dalam dirinya. “Aku petarung dari ranah Pendekar Merak Emas. Satu lambaian tangan
last updateLast Updated : 2024-08-12
Read more

Iring-iringan Yang membuat Heboh.

Kecakapan para pekerja di Aula Koi Keberuntungan memang patut dipuji; gerakan mereka cekatan dan terampil, seolah-olah perintah Rong Guo, adalah bagian dari pekerjaan sehari-hari.Perlengkapan seperti peti mati, dan kereta kuda seketika di sipakan, penuh dengan bendera dan simbol kedukaan, untuk mengiringi sang pembunuh bayaran ituMalam pun berlalu, tak ada lagi hal yang mengejutkan yang terjadi.Keesokan harinya, saat fajar masih menyelimuti Kota Lengyang dengan kabut tipis, sebuah kereta kuda yang ditarik seekor kuda perlahan melintasi jalanan yang sunyi.Suasana pagi yang sepi diperkuat oleh udara dingin yang menusuk, membuat napas terlihat seperti asap tipis.Namun, yang menarik perhatian adalah iring-iringan pengawal Aula Koi Keberuntungan yang berjalan dengan tertib, langkah mereka teratur dan penuh kehormatan.Derap kaki mereka yang teratur, menggema di sepanjang jalan seperti bunyi tambur, menambah kesan angker pada suasana kota yang masih terlelap.Dari balik jendela yang te
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more

Pertikaian Dua Aula.

Waktu berlalu, kira-kira seberapa lama diperlukan untuk meneguk secangkir teh hingga habis. Namun, sosok yang dinantikan untuk bertemu—Master Dhuan—tak kunjung keluar menemui Ming San dan para pengawal dari Aula Koi Keberuntungan.Ketenangan yang tadinya menyelimuti suasana kini mulai terasa tegang, seolah-olah setiap detik yang berlalu memperbesar ketegangan di udara.Kegelisahan mulai merayap di antara kerumunan yang semakin bertambah banyak. Rasa ingin tahu yang begitu besar membuat mereka tak sabar, ingin segera melihat akhir dari drama misterius yang berlangsung di pagi itu.Bisikan-bisikan mulai terdengar, dan tak lama kemudian, teriakan-teriakan provokatif mulai muncul dari tengah kerumunan, semakin memperkeruh suasana.“Ayo... keluarkan Master Dhuan itu! Jangan hanya bersembunyi di dalam Paviliun saja!” teriak seorang pria tua dengan suara serak yang menggelegar, matanya tajam menatap pintu gerbang Paviliun Merak yang tertutup rapat.“Apakah pihak Paviliun Merak sudah begitu k
last updateLast Updated : 2024-08-13
Read more

Akhir Drama Di Pavilliun Merak.

“Master Guo!” Teriakan Dhuan Jiexin menggema di seluruh halaman Pavilliun Merak.Suaranya lantang dan penuh amarah. Wajahnya merah padam, dengan alis yang berkerut dalam, memperjelas betapa marahnya dia.“Apa-apaan denganmu, dan Aula Koi Keberuntungan ini!” kata Dhuan Jiexin, tangannya terlipat di depan dada, tubuhnya sedikit condong ke depan dalam posisi menantang. Matanya menyala-nyala, seolah api kemarahan membara di dalam dirinya.“Pengawal kalian menuduhku sebagai otak di balik penyerangan yang dilakukan oleh orang bertopeng ini! Ini adalah tuduhan yang tak berdasar, sebuah tindakan ilegal, menuduh tanpa ada bukti yang jelas, tanpa ada saksi!” Suara Dhuan Jiexin semakin parau, napasnya mulai tersengal-sengal.“Aku bisa membawa kasus ini ke pengadilan. Dan kamu... kamu beserta Aula Koi Keberuntunganmu akan menjadi tersangka pencemaran nama baik!” Suaranya menggelegar, memberi ancaman yang membuat semua penonton merasa ketegangan yang mencekam.Keheningan itu terasa berat, seolah w
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

Info Pertemuan Naga.

Kejadian di Paviliun Merak dengan cepat terlupakan, seolah-olah disapu bersih oleh angin musim semi dari Selatan, membawa kabar itu jauh dari ingatan semua orang.Kisah dan desas-desus tentang serangan Paviliun Merak ke Aula Koi Keberuntungan, yang sebelumnya menggemparkan, perlahan memudar seperti embun yang menghilang saat matahari pagi mulai menyinari bumi. Seolah-olah peristiwa itu hanya bayangan samar yang muncul sekejap, lalu lenyap tanpa jejak.Kini, perhatian semua orang tertuju pada kabar yang lebih besar dan mengguncang, yaitu mengenai Pertemuan Naga yang akan segera digelar di Ibukota Xuefeng Du.Pertemuan ini bukanlah acara biasa, melainkan pertemuan akbar antara para ahli bela diri dan kaum spiritual dari seluruh Kekaisaran Jin Shuang. Gema antisipasi dan kegembiraan menyelimuti setiap sudut kota, dari pasar yang ramai hingga aula-aula sekte yang penuh dengan para murid berlatih keras mempersiapkan diri.Konon, dalam Pertemuan Naga kali ini, Kaisar Su Weizhong akan membuk
last updateLast Updated : 2024-08-15
Read more

Perjalanan Ke ibukota.

"Apa? Anda akan mengundurkan diri? Berniat mengikuti Pertemuan Naga?"Wajah Tuan Li Shangyin segera berubah suram, saat Master Talisman Guo, berdiri tegak di hadapannya di dalam ruang kerjanya yang berwibawa itu.Pancaran kemarahan mulai terlihat di balik sorot matanya yang tajam."Tapi..." Li Shangyin tergagap, suaranya bergetar penuh kebingungan. "Bukankah Anda sudah menandatangani kontrak dengan pihak Koi Keberuntungan? Anda berjanji akan bekerja selama dua tahun, setelah menerima begitu banyak fasilitas dan sumber daya berlimpah dari kami. Bagaimana mungkin Anda tiba-tiba datang kepadaku, ingin memutus kontrak sepihak?"Tangan Li Shangyin bergerak cepat, merogoh laci meja kayu yang diukir halus di hadapannya.Suara derit kayu terdengar saat dia menarik laci itu dengan kuat.SRRRT.Sepucuk kertas kontrak, dengan cap merah dan tulisan yang terukir rapi, segera tergelar di atas meja.Kontrak itu jelas-jelas menunjukkan kesepakatan antara Rong Guo dan Koi Keberuntungan Cabang Lengyang
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

Pelarian Seorang Master.

Pada periode Chou Shi, sekitar pukul 01.00 hingga 03.00 pagi, kereta kuda mendaki jalan curam Gunung Lingxiao, batas antara Lengyang dan Baiyung Chen. Langit malam dipenuhi bintang, dan cahaya lampu minyak di dalam kereta bergetar mengikuti guncangan.Derap kaki kuda dan bunyi roda yang membentur batuan membuat perjalanan menjadi sangat tidak nyaman, mengguncang para penumpangnya di dalam kereta.Di luar kereta, Zhang Li, sebagai kusir, mengendalikan kuda dengan ketangkasan yang tenang. Meski jalan berbatu dan curam membentang di depannya, ia terlihat tenang. Dalam hati, menunggu momen yang tepat untuk menjalankan rencana mereka.Di dalam kereta, suasana semakin tegang.Song Hui memandang Rong Guo yang terlelap akibat obat penenang, sementara cahaya lampu minyak yang bergetar menambah kegelapan dan kekacauan dalam ruangan sempit itu.“Master Guo! Master Guo!” seru Song Hui, suaranya tegas dan tidak menunjukkan kekhawatiran. Ia menggoyang tubuh Rong Guo, seolah-olah tidak peduli dengan
last updateLast Updated : 2024-08-16
Read more

Ajal Dhuan Jiexien.

Kereta kuda itu melaju perlahan melalui jalur berbatu yang menanjak menuju puncak Gunung Lingxiao. Suara roda kayu yang membentur batu menimbulkan bunyi keras dan menyeramkan, seolah mengundang rasa takut dari kegelapan malam.Di puncak gunung, udara semakin dingin, seolah menusuk kulit dengan kejam. Langit masih diselimuti kegelapan malam, meskipun di cakrawala, cahaya pagi mulai muncul, memberikan sedikit tanda akan datangnya hari.Dhuan Jiexin memandang dengan penuh antusias saat kereta tiba dari arah utara. Matanya yang cerah terlihat bersinar dalam gelap malam, menunjukkan betapa senangnya dia menunggu kedatangan kereta tersebut.“Akhirnya kalian tiba juga,” kata Dhuan Jiexin memecah keheningan malam. Suaranya menunjukkan rasa puas yang mendalam. “Aku sempat khawatir kalian tidak bisa menyingkirkan master talisman yang lemah itu.”“Ah, tidak mungkin aku gagal. Sudah ratusan kali aku melakukan pekerjaan ini, jadi bagaimana bisa gagal kali ini?” jawab kusir kereta dengan nada datar
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

Bangunan di Tengah Danau.

Di tengah kebingungan yang melanda jiwa Rong Guo, tiba-tiba ia dikejutkan oleh suara teguran yang tegas dan jelas dari arah sebuah perahu kecil yang melayang di permukaan danau. Suara itu menembus keheningan pagi yang dingin dan sepi, memecah suasana tenang yang membungkus danau.“Anak muda, apakah kamu berniat menyeberang ke pulau di tengah sana?” Suara itu mengalun lembut namun berwibawa, penuh keyakinan. “Berikan satu koin emas, dan aku akan membawamu ke sana!”Rong Guo menoleh dengan cepat, terkejut oleh kehadiran seorang pria yang tiba-tiba muncul di sampingnya. Pria itu berdiri di kepala perahu kecil yang mengapung di permukaan danau, mengenakan pakaian kelabu dari bahan kasar yang tampak usang dan penuh noda.Pria itu tampak berusia sekitar lima puluh tahun.Pria itu tampak berusia sekitar lima puluh tahun. Dia mengenakan topi anyaman bambu lebar yang menutupi sebagian besar wajahnya. Topi tersebut menutupi hampir seluruh wajahnya, menyisakan sedikit bagian yang terlihat samar.
last updateLast Updated : 2024-08-17
Read more

Duel Dua Kaishi .

Rong Guo seketika bangkit dari tempat duduknya dengan waspada, sesungguhnya tubuhnya masih terasa lemah akibat luka dalam yang belum sembuh.Dadanya berdebar-debar saat ia mendengar suara yang begitu mengintimidasi dari luar, suaranya begitu kuat hingga membuat genteng-genteng di atap bergetar halus."Aku harus melihat ini. Jika aku melewatkannya, aku akan menyesal!" gumamnya, meski rasa takut dan penasaran berkecamuk di dalam hatinya.Di Benua Longhai, seperti yang sudah dikenal luas, setiap jendela rumah atau bangunan, tak peduli seberapa sederhana atau mewahnya, pasti dilengkapi dengan kisi-kisi yang rapat. Kisi-kisi ini biasanya dilapisi dengan kertas Xuan, yang tipis tapi kuat, berfungsi untuk menjaga privasi sekaligus melindungi dari angin dan debu.Rong Guo tahu bahwa suara di luar sana bukan berasal dari orang biasa. Sosok itu jelas menguasai seni bela diri yang luar biasa, terlihat dari cara aura yang menggetarkan jiwa menyelimuti setiap kata yang diucapkannya.Dengan hati-ha
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
41
DMCA.com Protection Status