Home / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Chapter 191 - Chapter 200

All Chapters of Warisan Artefak Kuno: Chapter 191 - Chapter 200

410 Chapters

Salinan Kitab Long Xuan Shu.

Suara angin menderu seperti badai di musim salju terdengar menggema di sekitar lembah, saat Telapak Vajra menghantam Pedang Halilintar yang dikendalikan oleh Imam Tao.Kekuatan yang terpancar dari benturan itu menciptakan ledakan yang memekakkan telinga, seolah-olah langit dan bumi bertabrakan. Cahaya kilat yang menyilaukan meledak di udara, menyinari seluruh lembah Sungai Han Fenghe dengan kilauan yang memancar hingga kejauhan.Imam Tao dan Nelayan Yang sama-sama terlempar mundur oleh kekuatan benturan itu, menunjukkan betapa seimbangnya kekuatan dua pendekar sakti ini.Tubuh mereka melayang ke belakang, tetapi mata mereka tetap fokus, penuh dengan tekad yang tak tergoyahkan.Namun, dalam waktu yang sangat singkat, tidak lebih dari sekejap mata, kedua sosok Kaishi yang bertikai itu kembali melesat maju.Mereka memperpendek jarak tempur dengan kecepatan yang hampir mustahil diikuti oleh mata biasa, pedang dan telapak tangan saling menindih dalam pertempuran yang penuh dengan energi da
last updateLast Updated : 2024-08-18
Read more

Mengapa Dihancurkan?

Rong Guo segera melangkah keluar dari tempat persembunyiannya begitu mendengar namanya disebut-sebut.Hawa malam yang sejuk menerpa wajahnya, sementara matanya tertuju pada cakrawala yang berkilauan di kejauhan. Di sana, dua sosok setengah abadi melayang-layang dengan keanggunan yang luar biasa.Jubah mereka berkibar lembut di udara malam, seolah-olah terbuat dari sutra tipis yang bersinar, sementara lengan baju mereka yang lebar semakin menegaskan kesan, bahwa mereka seolah-olah dewa-dewa yang turun dari langit.Rong Guo menelan ludah, kemudian dengan penuh penghormatan, dia membungkukkan badan dalam-dalam, tangan ditangkupkan di depan dada."Dua abadi yang mulia," suaranya lambat namun penuh hormat, mengalun pelan di antara desiran angin yang membawa aroma tanah basah."Apa gerangan yang membuat orang kecil seperti saya dipanggil? Sesungguhnya, saya hanyalah manusia biasa, tak memahami seni bela diri yang tinggi. Mohon belas kasihan, jangan mempersulit orang kecil ini," lanjutnya de
last updateLast Updated : 2024-08-19
Read more

Pembukaan Titik Akupunktur.

Rong Guo terpaksa bermalam di pulau kecil yang terpencil itu, berlindung di dalam sebuah bangunan tua yang masih memancarkan sisa-sisa kemegahan masa lalu. Anehnya, perahu yang dipakai oleh Nelayan Yang beberapa waktu lalu untuk mengangkutnya kini lenyap tanpa jejak, seolah ditelan oleh kabut misterius yang menyelimuti danau."Apakah Nelayan itu sengaja menghilangkan perahu, agar aku terperangkap di pulau sunyi ini?" gumamnya dengan nada cemas, sambil menatap sekeliling dengan kewaspadaan yang meningkat.Seketika, wajah Rong Guo berubah pucat, ketakutan merayapi pikirannya.Sebelumnya, ia berpikir setidaknya bisa menggunakan perahu milik Nelayan Yang untuk meninggalkan pulau ini, namun harapan itu kini hancur berkeping-keping.Saat berdiri termenung di tepi danau yang gelombangnya tak henti-hentinya memukul pantai, tiba-tiba perutnya berbunyi nyaring, mengingatkannya pada kenyataan yang tak bisa dihindari—kelaparan yang mulai menyerangnya."Aku lapar. Sejak pagi belum makan. Sebaiknya
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

Pagi Yang Mengejutkan.

"Siapa di sana?" teriak Rong Guo dengan nada yang penuh kekuatan. Keheningan yang tadinya melingkupi danau itu mendadak terpecah oleh suaranya, mendatangkan aura mencekam yang menyelimuti sekeliling.Tanpa membuang waktu, Rong Guo segera berlari menuju sumber suara yang terdengar samar di antara desir angin malam.Dalam jarak sekitar sepuluh meter, matanya menangkap sosok Nelayan Yang, seorang setengah abadi yang mengenakan jubah sederhana, tampak mengambang di atas permukaan air danau. Arus Sungai Han Fenghe yang deras tampaknya siap menyeret tubuhnya yang lemah ke kedalaman."Pegang ini!" teriak Rong Guo, dengan cepat melempar sejalinan akar tua yang ia lilitkan menjadi tali darurat. Akar itu melayang di udara, sebelum mendarat tepat di jangkauan Nelayan Yang.Dengan sisa kekuatan yang ada, Nelayan Yang berhasil meraih akar tersebut, meski tubuhnya mulai melemah.Rong Guo segera menariknya dengan sekuat tenaga, merasakan beban berat seiring tubuh Nelayan Yang terangkat ke tepian dan
last updateLast Updated : 2024-08-20
Read more

Malam Terakhir.

Melihat dua sosok setengah abadi yang awalnya sudah mulai pulih namun kini muntah darah, Rong Guo segera bergegas menghampiri mereka. Wajahnya seketika pucat, dan tangannya gemetar ketika ia mencoba memeriksa nadi kedua setengah abadi itu."Meridian mereka benar-benar kacau balau, tubuh mereka sedingin es. Aku tak bisa memastikan apakah mereka akan selamat atau tidak," batin Rong Guo dengan panik. Kecemasan menguasai dirinya, dan pikirannya berputar-putar mencari cara untuk menolong."Seandainya saja aku memiliki sedikit energi Qi, mungkin aku bisa memberikan sedikit kekuatan untuk menyelamatkan kedua Senior ini. Namun apalah dayaku, hanya seorang yang tak lebih dari manusia fana biasa," pikir Rong Guo dengan kesedihan yang mendalam.Hatinya terasa berat oleh ketidakmampuannya. Menyesalpun tak bisa, dia tak bisa mengalirkan energi Qi, meski ada beberapa titik akupunktur yang baru-baru ini terbuka. Itu adalah sangat jauh dari jumlah energi Qi yang dibutuhkan.Akibatnya, meskipun mataha
last updateLast Updated : 2024-08-21
Read more

Dua Batu Nisan.

Di sana, di tepi danau, Rong Guo menyaksikan dua setengah abadi itu—Nelayan Yang dan Imam Qiu—sedang bertempur. Gerakan mereka sangat cepat. Energi berhamburan membuat air danau bergolak, bahkan sebagian air tampak terciprat ke udara.Namun, dalam pertarungan kali ini, ada yang berbeda dari sebelumnya.Keduanya bertarung dengan wajah yang terlihat penuh kegembiraan, hampir seperti sepasang teman lama yang bersuka ria dalam adu keahlian.Sesekali terdengar mereka saling memberi koreksi, ketika salah satu tertindih oleh serangan pedang, atau serangan telapak tangan yang penuh tenaga dalam.“Nelayan miskin! Seni telapakmu masih memiliki banyak kekurangan! Aku tak heran, kalau kamu lari seperti kucing hutan, dikejar-kejar para praktisi pemula dari Langit Biru,” ejek Imam Qiu dengan nada mengejek.Sementara pedangnya berkilat di udara, membentuk tembok pedang bercahaya, dan kecepatannya mengalir seperti cahaya kilat yang tiba-tiba menghantam Nelayan Yang.Sebaliknya, dengan gerakan yang te
last updateLast Updated : 2024-08-21
Read more

192, Meninggalkan Pulau.

Sebelum memakamkan dua ahli yang telah setengah abad menjadi bagian dari dunia kultivasi, Rong Guo mendapatkan catatan yang ditulis oleh masing-masing dari mereka.Dengan hati yang berat, ia memilih untuk membaca surat dari Imam Qiu terlebih dahulu.Pesan dari Imam Qiu tertulis dengan tangan yang mulai rapuh, namun tetap kuat dalam setiap goresan tinta."Anak muda, aku tahu kamu mengalami kemunduran dalam kultivasimu. Ada sesuatu yang telah mengganggu aliran energi internalmu. Namun, salinan buku Long Xuan Shu yang telah kau baca, aku yakin, akan membantumu perlahan-lahan untuk kembali menerobos batas dan menjadi seorang ahli yang tak tertandingi.""Bersama surat ini, aku menitipkan sebuah pedang – Pedang Halilintar. Aku harap kamu bersedia membantuku dengan mengembalikannya ke Sekte Pedang Emas. Selain itu, aku telah berbicara dengan Nelayan Yang. Kami berdua sepakat untuk menurunkan dua jenis ilmu yang kami miliki kepadamu.""Dariku, tentu saja, adalah Teknik Pedang Halilintar. Meng
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

Kapal Penyelamat.

Perjalanan menuju Kota Baiyung Chen, meskipun melalui jalur air tawar, diperkirakan oleh Rong Guo akan memakan waktu seminggu penuh. Waktu itu bisa lebih lama lagi jika ia hanya mengandalkan dahan pohon Willow yang diambilnya dari pulau terpencil sebagai tumpuan."Menggunakan Qinggong dan terbang di atas air seperti ini sangat menguras energi sejatiku. Apalagi, proses penyembuhan luka dalam ini belum mencapai optimal," keluhnya dalam hati, seraya merasakan denyut perih yang masih menyiksa di dadanya.Angin yang menerpa wajahnya dingin, membawa aroma lembab dari sungai yang deras mengalir di bawahnya.Namun, sungai itu sudah tidak sebuas sebelumnya, arusnya kini lebih tenang, membantu mempercepat perjalanan meski tetap menguras tenaga.Rong Guo terus melayang di atas air, hanya bertumpu pada sedikit energi spiritual yang ia kumpulkan. Setiap gerakan kecil terasa seperti beban berat, namun tekadnya tidak goyah.Pada hari kedua perjalanannya yang lambat, sebuah suara keras mencabik keten
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

Pandai Besi Zhou.

"Siapa di sana?" tanya Rong Guo, suaranya tenang namun penuh waspada saat ia melihat sosok tubuh seorang pria tua yang meringkuk di pojok buritan kapal.Hanya suara batuk-batuk yang terdengar sebagai jawaban."Uhuk – uhuk!"Rong Guo segera melangkah mendekati pria tua itu, yang tergeletak di atas lantai kapal, hanya beralaskan selimut tipis yang sudah lusuh dan hampir lapuk oleh waktu."Yeye... Anda sakit. Mengapa hanya tidur di sini? Angin malam sangat kencang, udara dingin tidak baik bagi kesehatan. Tidakkah Anda memiliki bilik kamar di kapal ini?" tanya Rong Guo dengan nada prihatin.Dia seketika berjongkok di sebelah pria tua tersebut, mengecek kesehatan pria itu.Pria tua itu tetap tidak menjawab, batuknya terus berlanjut, semakin terdengar lemah dan menyedihkan.Rong Guo, dengan hati-hati, meraba dahi pria tua itu untuk merasakan suhu tubuhnya. Sentuhan dingin kulitnya terasa kontras dengan panas yang meradang dari dahi pria tersebut."Panas sekali!" gumamnya, wajahnya berubah s
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

Kuil Hati Suci.

Berpikir sampai di sana, Rong Guo bersikap lebih hati-hati terhadap orang tua yang tampak sakit-sakitan. Mata pria tua itu terkadang tampak kosong, seolah memikirkan hal-hal yang jauh di luar jangkauan Rong Guo, membuatnya semakin waspada.Karena hanya merupakan penumpang kapal mendadak dan tidak membeli tiket sejak dari pelabuhan keberangkatan, Rong Guo tidak punya kamar.Dengan membayar separuh harga, Rong Guo terpaksa menginap di emperan kapal, sama seperti beberapa orang yang juga membayar harga murah, termasuk Pandai Besi Zhou Lianghua, atau yang lebih akrab disapa Pandai Besi Zhou.Emperan kapal yang mereka tempati beralaskan kayu keras yang dingin, dan angin malam yang bertiup dari sungai terasa menusuk hingga ke tulang."Yeye... jika kamu lapar, makanlah makanan kering yang aku miliki," kata Rong Guo pada sang pandai besi ketika jam makan tiba. Tangannya mengeluarkan potongan roti kering dari kantongnya, menawarkan dengan tatapan penuh pengertian.Pandai Besi Zhou sejenak ragu
last updateLast Updated : 2024-08-24
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
41
DMCA.com Protection Status