Beranda / Fantasi / Warisan Artefak Kuno / Bab 141 - Bab 150

Semua Bab Warisan Artefak Kuno: Bab 141 - Bab 150

409 Bab

Restoran Manyue Zhulin.

Angin musim gugur berhembus tajam, menusuk tulang hingga ke sumsum. Bunga-bunga persik yang mulai layu berguguran di tanah, menyebarkan aroma khas yang manis dan lembut. Daun-daun pohon maple yang menguning bertebaran di sepanjang jalan, menciptakan pemandangan indah seperti permadani alami yang menyelimuti jalanan di Kota Daqi.Pagi itu, kejadian yang melibatkan gerbong kereta kuda milik Ekspedisi Kuda Perak di warung Jin Hua naynay, akhirnya menjadi skandal besar yang mengguncang Ibukota Daqi.Di pagi hari, seorang pelayan muda membuka pintu gerbang manor yang mewah, bertuliskankan ‘Manor Keluarga Tang.’Sambil membawa sapu ditangan, ia menggerutu tak habis-habisnya. "Daun-daun maple ini seperti tak ada habisnya. Baru saja kemarin aku sapu bersih, kini sudah menumpuk lagi, membuat pemandangan tak sedap dipandang!" keluhnya dengan nada kesal.A'hao, nama pelayan itu, baru saja membersihkan dedaunan maple dan bunga magnolia di halaman dalam manor. Hatinya langsung jatuh dalam keputus
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-17
Baca selengkapnya

Tiga jenius dan Hutan Osmanthus.

Selama berjalan di jalanan Kota Daqi yang terlihat menguning dengan daun maple, Rong Guo sengaja berjalanberputar-putar. Kadang ia masuk lorong sempit dan kumur, kadang juga menembus ke jalanan besar. Jika tidak kenal siapa dia, pasti orang menyimpulkan Rong Gu ini sudah gila, tampak seperti orang kebingungan.Namun dibalik semua itu, ia menyadari kalau sedang di buntuti oleh mata-mata.Ketika ia berdiridi Gerbang Timur, sesekali melempar senyum kearah belakang... lalu fokus berjalan.Tak lama kemudian, ia sudah berjalan melewati Hutan Osmantus, hutan di pinggi Gerbang Timur yang pada musim gugur itu tampak mulai meranggas, terlihat aneh dan misterius.Udara pagi yang sejuk menyentuh kulitnya, dan aroma bunga osmantus yang manis tercium lembut di udara, memberikan kontras yang tajam dengan sikap acuh tak acuh yang ia tampilkan.Tiba-tiba, Rong Guo berhenti dan menoleh ke sekitar dengan tatapan tajam.Suaranya menggema di antara pepohonan ketika ia berteriak keras, "Sudah sejak tadi me
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-17
Baca selengkapnya

Taiji Yinyang dan Dua Jenius.

Wajah Teng Jiyun dan Zhong Da berubah menjadi jelek ketika mereka melihat imam muda yang mereka pandang rendah itu ternyata memiliki kepandaian di luar dugaan.Bahkan, sang imam sanggup mengeksekusi ilmu pedang langka – Chun Yang Jian Fa (Ilmu Pedang Matahari Murni) – yang hanya diajarkan langsung oleh Pemimpin Sekte pada murid pilihan.“Dari mana imam buruk rupa itu mempelajari Chun Yang Jian Fa?” Pertanyaan ini menggelayut di hati Teng Jiyun. Dia seketika dibakar rasa cemburu yang mendalam.Sudah sekian lama diangkat dan dipilih langsung menjadi murid langsung Pemimpin Sekte Wudang, namun Chun Yang Jian Fa ini belum pernah diajarkan pada dirinya.Dan ketika melihat imam muda itu menguasai ilmu yang sangat diidamkannya, hatinya terasa diremas-remas oleh cemburu dan rasa tidak percaya.Namun, Zhong Da membuyarkan lamunannya, dan berekasi dengan cepat, sehingga Teng Jiyun menjadi sadar siapa imam kecil itu.“Kamu... kamu....” kata Zhong Da terbata-bata. Matanya terbelalak dengan ekspre
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-18
Baca selengkapnya

Akhir Jiga Jenius.

Hahaha!Suara tawa yang terbahak-bahak menggema di dalam Hutan Osmanthus, memecah keheningan dengan cemoohan yang tajam."Ternyata, Imam Sesat Kecil yang digembar-gemborkan sebagai jenius paling berbahaya dari aliran hitam, hanyalah seorang murid buangan dari Sekte Wudang kami!" cibir Teng Jiyun dengan wajah penuh ejekan.Dia meludah ke tanah, menambahkan hinaannya kepada Rong Guo."Bahkan dengan menggunakan Ilmu Pedang Chun Yang Jian Fa hasil curian dari Imam Zhang si penghianat, kau tetap tak mampu membendung seni pedang Taiji Yinyang!""Kalau aku jadi kamu, aku sudah memenggal kepala sendiri karena hidup penuh kesia-siaan. Tak diterima di Sekte Wudang, menjadi buronan, dan akhirnya bergabung dengan orang-orang buangan aliran sesat!" Teng Jiyun mengakhiri orasi penuh penghinaan dengan senyuman ejekan.Padahal, kata-kata makian dan umpatan ini keluar dari mulut Teng Jiyun, murid nomor satu Sekte Wudang.Perilakunya sungguh tidak pantas.Ia bahkan memaki Imam Zhang adik seperguruan Pe
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-19
Baca selengkapnya

Kehebatan Tapak Angin Puyuh.

Sementara itu.Nasib Zhong Da pun tidak kalah apes dibanding Teng Jiyun. Zhong Da bahkan terjatuh sambil bergulingan. Senjata pedangnya sudah sejak awal ia lepaskan, tak sanggup menahan rasa sakit akibat bentrokan pedang.Sepuluh tarikan napas berlalu, dan Teng Jiyun serta Zhong Da perlahan berdiri sambil menahan sakit. Pedang di tangan mereka telah terlepas, dan satu-satunya jalan yang tersisa adalah menggunakan seni bela diri tangan kosong. Meski begitu, kesombongan Teng Jiyun belum juga hilang. Dengan arogan, ia mengancam Rong Guo."Bocah busuk! Jangan dikira setelah mengalahkan kami berdua, dirimu akan selamat. Sesungguhnya, kamu harus berterima kasih dan menyerahkan nyawa kepada kami berdua. Namun... tampaknya, jalan kematian mengenaskan yang kamu pilih.” Sambil mengulas senyuman keji, tangan teng Jiyun terangkat keatas, ada sesuatu yang mencurigakan dalam genggamannya.Rong Guo menyipitkan mata, berusaha menebak apa maksud kata-kata teng Jiyun.“Karena kekerasan kepalamu, baikla
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-19
Baca selengkapnya

Keributan di Hutan Xiang.

ARC : Peristiwa Laut Donghai.Sejak kejadian itu, sekte-sekte aliran Putih semakin dilanda kemarahan yang mendalam, terutama Sekte Wudang. Pemimpin sekte dan Wakil Pemimpin Sekte semuanya diliputi amarah yang membara dan perangpun pecah antara dua aliran yang bertolak belakang itu.---Semua bermula ketika tiga gerobak yang membawa jenasah tiga jenius Sekte Wudang tampak diletakkan di kaki gunung, tepat di pintu gerbang, oleh pihak Ekspedisi Elang Sakti.Kala itu, hari sudah senja, dan suasana semakin suram saat dua puluh petugas Ekspedisi Elang Sakti ditahan di kaki gunung. Diantara bunyi gemersik dedaunan Hutan Mulberry, murid-murid Sekte Wudang berteriak menegur dua puluh anggota ekspedisi."Berhenti!" teriak salah satu murid Sekte Wudang dengan suara lantang. "Apa yang kalian bawa?"Puluhan murid Sekte Wudang berbaris rapi dengan seragam putih ala Imam Tao, pedang mereka teracung, memancarkan kilauan tajam yang membuat dua puluh petugas ekspedisi menggigil ketakutan."Maafkan kami
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-19
Baca selengkapnya

Kemenangan Mutlak.

Suasana berubah mencekam ketika aura pedang yang dipancarkan oleh dua pendatang baru—Yan Bai dari sekte Wudang, dan Master Gao Li dari sekte Zhonglu—mulai terasa. Keduanya: wakil pemimpin dan pemimpin sekte ini, masing-masing dari ranah pendekar Lotus Emas level akhir dan Pendekar Kuasi Naga Giok, memancarkan ketegangan yang tak bisa diabaikan.Dalam satu tarikan napas, kedua sosok yang baru datang itu sudah langsung mengelilingi Raja Kelelawar Hitam. Mereka berdiri sigap dalam gaya dan kuda-kuda sipa bertempur.Ketegangan pun dengan cepat mencapai puncaknya, udara di sekitar mereka terasa berat dan penuh tekanan."Kamu tidak memiliki kesempatan lagi untuk melarikan diri!" Suara Master Gao Li dari sekte Zhonglu terdengar dingin, namun tegas. Tangannya sudah menggenggam sebilah pedang yang berkilauan di bawah sinar bulan."Dengar-dengar kamu memiliki nyawa cadangan!” kata Gao Li pemimpin Sekte Zhonglu.“Pernah mati di tangan dua wakil pemimpin sekte Kunlun dan Hua Shan di Gurun Gobi, n
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-20
Baca selengkapnya

Rencana Ke Kota Tangye.

Raja Kelelawar Hitam tidak menjawab. Ia hanya mendekati Yan Bai lebih dekat lagi, membuat wakil pimpinan Sekte Wudang itu semakin ketakutan. Napas Yan Bai tersengal-sengal, bayangan kematian terasa semakin nyata di hadapannya."Kamu... kamu... tidakkah kamu takut? Akan diburu Pemimpin dunia persilatan jika membunuhku? Kamu sungguh tidak tahu malu! Mencuri ilmu pedang sekte kami, dan jurus tangan kosong Sekte Khong Tong. Kamu dasar penjahat tidak beretika!" Suara Yan Bai penuh dengan rasa takut dan kemarahan.PLAK!Yan Bai terdiam seketika. Tamparan Raja Kelelawar Hitam terasa pedih, membuat mulutnya berdarah. Beberapa butir giginya copot. Rasa malu menyelimutinya, dipermalukan seperti itu di hadapan lawannya. Namun, ia tak berdaya karena keahlian Raja Kelelawar Hitam jauh di atas kemampuannya.Dengan dingin, Raja Kelelawar Hitam mencengkeram leher Yan Bai, mengangkatnya dengan mudah dan bersuara dengan nada yang lebih dingin dari es, "Sekarang juga, kuperintahkan menarik anak buahmu S
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-20
Baca selengkapnya

Kota Tangye.

Kota Tangye adalah sebuah kota kecil jika dibandingkan dengan Kota Daqi.Rong Guo memasuki gerbang kota dengan langkah-langkah kecil. Matanya berkeliling mengamati bangunan dan kehidupan di sekitarnya. Hiruk-pikuk aktivitas warga kota yang sederhana ini membuatnya merasa lega.Dalam hati, ia menyimpulkan."Bagus. Tempat ini sangat cocok bagiku untuk menyembunyikan diri dari pengawasan mata-mata aliran putih, juga dari kejaran dua tokoh paling hebat dari aliran tersebut. Di sini, aku juga dapat berlatih semua seni pedang dan seni tangan kosong!"Rong Guo sudah berulang kali merenungi kemampuannya dalam seni pedang dan seni tangan kosong yang ia latih berdasarkan salinan di sabuk Khongjian.Ia merasa pemahamannya masih sebatas permukaan, hanya menguasai kulit luar dari inti ilmu-ilmu tersebut. Jika ingin berhadapan dengan dua Monster aliran Puith dari Wudang dan Kuil Teratai Perak? Hmmm rasanya kemampuannya masih jauh dari dua monster aliran putih itu."Mungkin dengan menyendiri di temp
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-21
Baca selengkapnya

Dikantor Cabang Kota Tangye.

Di pagi yang dingin ini, Rong Guo membersihkan halaman Kuil Sanqing dengan cepat. Udara terasa menusuk kulit, membuat napasnya tampak seperti uap tipis di udara.Meski sudah pertengahan musim dingin, salju belum turun, dan daun-daun pohon maple yang ditanam di halaman kuil sudah meranggas. Terlihat kering kerontang tanpa dedaunan, memberikan kesan sunyi dan beku.Rong Guo tetap menyapu dan menata halaman kuil agar terlihat rapi dan bersih saat para peziarah datang bersembahyang. Suara sapu yang menggesek tanah bergema lembut, bersatu dengan desiran angin yang berhembus pelan. Aroma tanah basah dan dedaunan kering memenuhi udara, menambah keheningan pagi itu.Rong Guo bahkan menancapkan Hio berbau aroma cendana di aula doa. Asap tipis dari Hio berputar-putar, menyebarkan aroma menenangkan yang menyatu dengan keharuman kayu tua kuil. Setelah memastikan semuanya rapi, barulah dia pergi.Dia memiliki rencana tersendiri pada hari ini, dalam rangka mewujudkan impiannya.+++Berjalan di jala
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1314151617
...
41
DMCA.com Protection Status