ARC : Peristiwa Laut Donghai.Sejak kejadian itu, sekte-sekte aliran Putih semakin dilanda kemarahan yang mendalam, terutama Sekte Wudang. Pemimpin sekte dan Wakil Pemimpin Sekte semuanya diliputi amarah yang membara dan perangpun pecah antara dua aliran yang bertolak belakang itu.---Semua bermula ketika tiga gerobak yang membawa jenasah tiga jenius Sekte Wudang tampak diletakkan di kaki gunung, tepat di pintu gerbang, oleh pihak Ekspedisi Elang Sakti.Kala itu, hari sudah senja, dan suasana semakin suram saat dua puluh petugas Ekspedisi Elang Sakti ditahan di kaki gunung. Diantara bunyi gemersik dedaunan Hutan Mulberry, murid-murid Sekte Wudang berteriak menegur dua puluh anggota ekspedisi."Berhenti!" teriak salah satu murid Sekte Wudang dengan suara lantang. "Apa yang kalian bawa?"Puluhan murid Sekte Wudang berbaris rapi dengan seragam putih ala Imam Tao, pedang mereka teracung, memancarkan kilauan tajam yang membuat dua puluh petugas ekspedisi menggigil ketakutan."Maafkan kami
Suasana berubah mencekam ketika aura pedang yang dipancarkan oleh dua pendatang baru—Yan Bai dari sekte Wudang, dan Master Gao Li dari sekte Zhonglu—mulai terasa. Keduanya: wakil pemimpin dan pemimpin sekte ini, masing-masing dari ranah pendekar Lotus Emas level akhir dan Pendekar Kuasi Naga Giok, memancarkan ketegangan yang tak bisa diabaikan.Dalam satu tarikan napas, kedua sosok yang baru datang itu sudah langsung mengelilingi Raja Kelelawar Hitam. Mereka berdiri sigap dalam gaya dan kuda-kuda sipa bertempur.Ketegangan pun dengan cepat mencapai puncaknya, udara di sekitar mereka terasa berat dan penuh tekanan."Kamu tidak memiliki kesempatan lagi untuk melarikan diri!" Suara Master Gao Li dari sekte Zhonglu terdengar dingin, namun tegas. Tangannya sudah menggenggam sebilah pedang yang berkilauan di bawah sinar bulan."Dengar-dengar kamu memiliki nyawa cadangan!” kata Gao Li pemimpin Sekte Zhonglu.“Pernah mati di tangan dua wakil pemimpin sekte Kunlun dan Hua Shan di Gurun Gobi, n
Raja Kelelawar Hitam tidak menjawab. Ia hanya mendekati Yan Bai lebih dekat lagi, membuat wakil pimpinan Sekte Wudang itu semakin ketakutan. Napas Yan Bai tersengal-sengal, bayangan kematian terasa semakin nyata di hadapannya."Kamu... kamu... tidakkah kamu takut? Akan diburu Pemimpin dunia persilatan jika membunuhku? Kamu sungguh tidak tahu malu! Mencuri ilmu pedang sekte kami, dan jurus tangan kosong Sekte Khong Tong. Kamu dasar penjahat tidak beretika!" Suara Yan Bai penuh dengan rasa takut dan kemarahan.PLAK!Yan Bai terdiam seketika. Tamparan Raja Kelelawar Hitam terasa pedih, membuat mulutnya berdarah. Beberapa butir giginya copot. Rasa malu menyelimutinya, dipermalukan seperti itu di hadapan lawannya. Namun, ia tak berdaya karena keahlian Raja Kelelawar Hitam jauh di atas kemampuannya.Dengan dingin, Raja Kelelawar Hitam mencengkeram leher Yan Bai, mengangkatnya dengan mudah dan bersuara dengan nada yang lebih dingin dari es, "Sekarang juga, kuperintahkan menarik anak buahmu S
Kota Tangye adalah sebuah kota kecil jika dibandingkan dengan Kota Daqi.Rong Guo memasuki gerbang kota dengan langkah-langkah kecil. Matanya berkeliling mengamati bangunan dan kehidupan di sekitarnya. Hiruk-pikuk aktivitas warga kota yang sederhana ini membuatnya merasa lega.Dalam hati, ia menyimpulkan."Bagus. Tempat ini sangat cocok bagiku untuk menyembunyikan diri dari pengawasan mata-mata aliran putih, juga dari kejaran dua tokoh paling hebat dari aliran tersebut. Di sini, aku juga dapat berlatih semua seni pedang dan seni tangan kosong!"Rong Guo sudah berulang kali merenungi kemampuannya dalam seni pedang dan seni tangan kosong yang ia latih berdasarkan salinan di sabuk Khongjian.Ia merasa pemahamannya masih sebatas permukaan, hanya menguasai kulit luar dari inti ilmu-ilmu tersebut. Jika ingin berhadapan dengan dua Monster aliran Puith dari Wudang dan Kuil Teratai Perak? Hmmm rasanya kemampuannya masih jauh dari dua monster aliran putih itu."Mungkin dengan menyendiri di temp
Di pagi yang dingin ini, Rong Guo membersihkan halaman Kuil Sanqing dengan cepat. Udara terasa menusuk kulit, membuat napasnya tampak seperti uap tipis di udara.Meski sudah pertengahan musim dingin, salju belum turun, dan daun-daun pohon maple yang ditanam di halaman kuil sudah meranggas. Terlihat kering kerontang tanpa dedaunan, memberikan kesan sunyi dan beku.Rong Guo tetap menyapu dan menata halaman kuil agar terlihat rapi dan bersih saat para peziarah datang bersembahyang. Suara sapu yang menggesek tanah bergema lembut, bersatu dengan desiran angin yang berhembus pelan. Aroma tanah basah dan dedaunan kering memenuhi udara, menambah keheningan pagi itu.Rong Guo bahkan menancapkan Hio berbau aroma cendana di aula doa. Asap tipis dari Hio berputar-putar, menyebarkan aroma menenangkan yang menyatu dengan keharuman kayu tua kuil. Setelah memastikan semuanya rapi, barulah dia pergi.Dia memiliki rencana tersendiri pada hari ini, dalam rangka mewujudkan impiannya.+++Berjalan di jala
Malam di puncak Gunung Yinyue, markas Sekte Bulan Perak, pada saat kentungan pertama dibunyikan, suasana sangatlah sepi.Hanya suara angin malam yang bertiup lembut, menimbulkan bunyi desau gemerisik daun-daun pohon pinus yang menambah kesunyian. Sayangnya, embun tebal mulai menutupi dedaunan dan membeku, sehingga aroma segar dari Hutan Pinus seolah tenggelam oleh dinginnya musim dingin.Sesosok tubuh berkelebat cepat melompat-lompat dari satu pohon ke pohon yang lain dengan lincah. Jubahnya yang lebar mengembang menyerupai sayap kelelawar besar, memberikan kesan menakutkan.Ketika sinar rembulan yang muram jatuh ke wajahnya, hanya tampak seraut wajah dingin di balik topeng giok hitam.Dia adalah Bianfu Wang, atau dikenal sebagai Raja Kelelawar Hitam.---Hari itu, ketika pintu gerbang Kuil Sanqing dibuka untuk umum untuk acara sembahyang rutin, Rong Guo ditemui oleh Manager Su. Dari tangan Manager Su inilah ia mendapatkan dua peta sekte aliran putih – Sekte Bulan Perak dan Sekte Zhon
Setelah kejadian di Puncak Gunung Yinyue, dunia persilatan menjadi geger. Peristiwa ini menciptakan gelombang besar dalam masyarakat, menyebabkan bisik-bisik dan diskusi di mana-mana.Kisah-kisah tentang kesaktian Raja Kelelawar Hitam yang berhasil membobol perpustakaan di Puncak Yinyue semakin banyak diperbincangkan. Dari mulut ke mulut, cerita ini terus berkembang, menambah warna dan detail yang memukau pendengarnya.Di restoran, rumah teh, dan berbagai tempat hiburan di seluruh Kekaisaran Yue Chuan, para pendongeng dan seniman keliling bahkan dengan terang-terangan mementaskan opera tentang kesaktian Raja Kelelawar Hitam, dan mereka menggambarkan secara gamblang, betapa bodohnya Sekte Bulan Perak yang ia pecundangi.Saat pentas opera disajikan di panggung, suara merdu para penyanyi dan gerak lincah para penari menggambarkan semua adegan dengan sempurna, betapa luar biasa kemampuan sang Raja Kelelawar Hitam.Raja Kelelawar Hitam akhirnya di gambarkan, seolah-olah tokoh superhero, da
Kali ini, kejadian pembobolan di Perpustakaan di Gunung Zhonglu tidak seheboh kejadian di Gunung Yunyue, ketika peristiwa perusakan perpustakaan Sekte Bulan Perak terjadi.Meskipun demikian, insiden ini tetap membuat banyak orang gelisah.Dan dampaknya, pagi itu juga, Gao Li, pemimpin Sekte Zhonglu, tampak mendaki puncak Wudang dengan langkah penuh kemarahan. Di belakangnya ada beberapa murid Sekte Zhonglu yang membawa satu peti cukup besar, yang dipikul dua orang.Matahari baru saja terbit, cahayanya lembut menyinari punggung gunung, menciptakan bayangan panjang di sepanjang jalan setapak yang dilalui Gao Li dan pengikutnya.Di pintu gerbang sekte, Gao Li disapa oleh murid-murid penjaga di undak-undakan naik ke puncak Wudang. Dengan wajah tegang dan ekspresi yang tak bersahabat, Gao Li hanya menjawab sapaan mereka dengan anggukan singkat, tanpa sepatah kata pun."Ada apa gerangan, yang membuat wajah pemimpin Gao tampak muram?" salah satu murid berbisik kepada rekannya."Dia bahkan ti
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit