Mendengar hal tersebut, Li Shangyin segera meninggalkan ruang kerjanya dan melangkah cepat menuju lobi. Setiap langkahnya terasa berat, diiringi dengan ketegangan yang semakin membesar di dalam dirinya.“Celaka, orang tua marga Shu itu. Berani-beraninya membuat kegaduhan di tempatku!” gerutunya dengan marah, wajahnya merah padam.Sebagai tambahan informasi, Paviliun Merak adalah perusahaan yang baru berdiri.Shu Wei, pemimpin cabang Paviliun Merak, dulunya bekerja di Koi Keberuntungan. Namun, seiring berjalannya waktu, keluarga bangsawan Shu memilih untuk membuka usaha sendiri. Shu Wei, yang masih merupakan anggota keluarga bangsawan, dipilih menjadi kepala cabang di Kota Lengyang dan kini bersaing melawan Lin Shangyin, mantan bosnya.Tentu saja, Li Shangyin tidak terima jika Shu Wei bekas anak buahnya datang untuk mengacau di Koi Keberuntungan.Sesampainya di lobby Aula Koi Keberuntungan, ekspresi wajah Li Shangyin tampak terkejut. Ia tak percaya, mendapati ruang aula yang biasanya p
Sejak hari itu, Rong Guo resmi bekerja sebagai Master Talisman di Aula Koi Keberuntungan.Namun, dia merahasiakan identitas aslinya sebagai Pelindung Aula, dengan beberapa pertimbangan yang matang. "Jika aku memberitahu mereka, kalau memiliki status sebagipelindung Aula, adan dua kemungkinan yang terjadi!”Kemungkinan pertama adalah, bisa saja pihak kekaisaran ketika melakukan pengecekan di Kuil Tiga Kesucian, di Kota Tangye, mereka bisa menyimpulkan kalau aku, imam kecil ini, adalah Raja Kelelawar Hitam," gumam Rong Guo, sambil menulis simbol dan mantra di atas kertas jimat dengan hati-hati.Sebagai seorang Master Talisman, Rong Guo diberi kamar kerja sendiri. Kamar itu cukup luas, penuh dengan hiasan dinding bersimbolkan Tao – Yin dan Yang, serta kalimat-kalimat kaligrafi yang bernuansa magis."Kemungkinan kedua adalah, mungkin saja Aula Koi Keberuntungan di Ibukota Daqi telah merasa aneh atas menghilangnya diriku. Ini bisa dikaitkan dengan Raja Kelelawar, sehingga kemungkinan dugaa
Hutan Tanxiang adalah tempat yang terkenal sangat angker, sebuah wilayah yang menjadi momok bagi banyak orang.Malam di hutan ini adalah waktu yang paling menakutkan, dengan kegelapan yang pekat dan suara-suara aneh yang membisik dari balik pepohonan. Sangat sedikit sekali orang yang berani melewati hutan ini kala malam tiba.Kalaupun ada, mereka kebanyakan berasal dari kalangan Jianghu, orang-orang yang memiliki dasar-dasar kekuatan spiritual serta keterampilan bela diri yang mumpuni.Para hantu penasaran tingkat tinggi yang menghuni hutan ini sering kali memiliki kemampuan serangan bela diri dengan kekuatan yang tak terduga, sehingga hanya petarung dilevel tertentu yang berani uji nyali di Hutan Tanxiang.Malam itu, ketika waktu menunjukkan kentongan pertama, sebuah kereta kuda tampak melintasi jalanan berbatu dan becek di Hutan Tanxiang.Roda kereta berderit di atas batu-batu kecil yang licin, menciptakan suara yang bergema di keheningan malam. Sang kusir yang mengenakan caping dar
DUAR!Ledakan menggema di tengah malam yang sunyi, memecah keheningan hutan Tanxiang.Kilatan cahaya dari talisman yang dilemparkan Rong Guo menerangi pepohonan yang menjulang, seolah-olah mengusir kegelapan sesaat.Hantu penasaran itu, dengan gaun putih yang hampir tak kasat mata, tampak limbung saat talisman melekat pada tubuhnya. Api magis menyala dari simbol-simbol kuno yang terukir di talisman, merambat cepat, membakar gaun transparannya hingga tampak semakin nyata dalam bayang-bayang yang bergoyang.Namun, bukannya ketakutan, hantu perempuan itu hanya menyeringai, bibirnya yang pucat membentuk senyum sinis.“Huff… sebuah talisman dari master talisman peringkat tiga belaka ingin membunuhku? Jangan mimpi!” Suaranya melengking, terdengar seperti suara angin yang berdesir di antara dedaunan kering.Dengan satu lambaian tangan, hantu itu menyapu udara, dan seketika gelombang energi dingin menyapu api yang berkobar. Angin dingin menusuk tulang, memadamkan api dengan cepat, hanya menyi
"Jangan bermimpi! Ingin pergi dan bereinkarnasi?" Rong Guo berteriak dengan suara yang menggema di antara pepohonan besar Hutan Tanxaing, suaranya penuh dengan kemarahan dan kekuatan.Ketika matanya menangkap kilatan cahaya samar yang menyerupai kunang-kunang, melesat dari tubuh hantu perempuan yang baru saja ia belah, Rong Guo segera menyadari niat roh tersebut untuk melarikan diri.Dengan cepat, ia melontarkan makian yang tajam. "Tidak akan kubiarkan!" gumamnya dengan nada dingin, namun seketika beraksi.Tangan kanannya bergerak cepat, melempar sebuah talisman yang berukir dengan huruf dan simbol-simbol rumit yang tampak bersinar dalam kegelapan hutan.Talisman itu melesat dengan kecepatan yang menakjubkan, mengejar roh hantu yang berusaha kabur.Rong Guo mulai merapal doa dan mantra yang telah ia pelajari dari ajaran Tao, suaranya dalam dan berwibawa, seolah menggetarkan alam sekitar.Sekelilingnya tiba-tiba berubah.Hutan yang tadinya hanya gelap dan sunyi kini terasa menyeramkan,
Rong Guo bergegas meninggalkan jantung Hutan Tanxiang. Langkahnya mantap, penuh rasa percaya diri.Suara dedaunan yang bergesekan lembut di bawah kakinya menambah suasana sunyi yang hanya ditemani oleh bisikan angin pagi.Cahaya matahari mulai menembus sela-sela pepohonan, menerangi jalur yang membelah hutan, mengarahkan Rong Guo menuju ke pinggiran hutan, tempat di mana kusir kereta Aula Koi Keberuntungan menunggunya dengan penuh kecemasan.Wajah sang kusir, yang tadinya diselimuti oleh kerutan kekhawatiran, seketika berubah bersinar ketika melihat sosok Rong Guo mendekat. Matanya yang letih mendadak penuh semangat, senyumnya merekah seolah beban berat baru saja terangkat dari pundaknya.“Master Guo, syukurlah Anda sudah tiba!” seru sang kusir dengan nada lega yang tak dapat disembunyikan.“Tadinya aku berpikir telah terjadi sesuatu. Aku hampir saja bergegas pergi ke kota untuk memanggil bantuan dan mencari Anda...” Suaranya terdengar serak, mencerminkan betapa cemasnya dia selama in
Rong Guo tahu-tahu sudah menginjakkan kakinya di sebuah area yang lebih gelap dan sempit di Pasar Lengyang, dikenal sebagai pasar gelap.Tempat ini memiliki nuansa yang berbeda—misterius dan penuh rahasia. Lorong-lorongnya yang sempit dipenuhi kios-kios yang menjual barang-barang antik, senjata kuno, dan benda-benda langka yang tidak dapat ditemukan di tempat lain.Rong Guo berdiri di depan sebuah kios yang menjual barang antik.Matahari yang mulai tenggelam membuat bayangannya memanjang di jalanan berbatu yang dilalui oleh para pembeli dan pedagang yang hilir mudik.Di hadapannya, ada sebuah buku kuno menarik perhatiannya.Buku itu terlihat tua, dengan sampul yang usang dan kertas yang hampir lapuk, seolah menyimpan rahasia dari masa lalu.Ketika tangannya hendak menyentuh buku itu, tiba-tiba ia merasakan tatapan yang tajam dan berbahaya, seolah ada seseorang yang mengincarnya.Rong Guo spontan berpaling, mengikuti instingnya yang selalu waspada.“Duan Jiexin... Talisman Master Pavil
Di kamar khusus untuk Master Talisman, Rong Guo duduk tegak di atas bangku kayu.Ruangan itu luas, dindingnya dihiasi kaligrafi puisi dan ajaran Tao yang mendalam.Cahaya lampu minyak yang temaram memantulkan bayangan lembut pada dinding. Jendela berkisi-kisi dengan kertas Xuan menambah nuansa kuno dan misterius. Bayangan pengawal yang berpatroli terlihat samar mondar mandir, di balik jendela dan pintu.Cahaya lampu minyak itu kembali bergoyang, menciptakan permainan bayang-bayang yang menambah kedalaman pada wajah Rong Guo.Sorot matanya yang tajam berkilat saat ia dengan penuh konsentrasi menelusuri halaman demi halaman sebuah buku kuno. Buku itu baru saja ia beli dari Pasar Gelap, di sebuah kios milik Pedagang Qiang yang terkenal akan koleksi barang-barangnya yang langka dan berharga.“Sungguh harta terpendam yang tersia-sia di Pasar Gelap Kota Lengyang ini,” bisik Rong Guo, suaranya nyaris tidak terdengar namun penuh dengan rasa kagum yang membuncah dari dalam hatinya.“Tak ada ya
Tiga bulan telah berlalu sejak peristiwa besar yang mengguncang dunia persilatan. Di Puncak Wudang, keramaian tak biasa memenuhi setiap sudut.“Pemimpin Sekte Wudang akan menikah!” teriak seseorang di kerumunan dengan semangat.“Mari kita saksikan! Ini peristiwa yang jarang terjadi!” sahut yang lain, ikut terbawa antusias.“Pemimpin Rong akan menikahi Penatua Xiao, sahabat semasa kecilnya!”Kabar ini telah menyebar ke seluruh penjuru negeri, membuat semua orang berbondong-bondong datang, meskipun tanpa undangan.Setelah kemenangan besar melawan Kekaisaran Matahari Emas, reputasi Sekte Wudang berada di puncaknya. Dipimpin oleh Rong Guo, seorang Abadi, Sekte ini kini menjadi pusat dunia persilatan.Pagi itu, Puncak Wudang terasa hidup. Murid-murid sibuk mempersiapkan segala sesuatu dengan teliti, sementara tokoh-tokoh dari dunia persilatan turut hadir untuk menyaksikan momen bersejarah ini. Para pemimpin sekte aliran putih, datuk sekte sesat, dan praktisi independen berkumpul, meningga
Peristiwa pertarungan itu menyisakan kepedihan yang mendalam. Bau darah masih memenuhi udara, bercampur dengan aroma tanah basah yang terhantam ledakan energi.Langit di atas Puncak Gunung Wudang kini mulai cerah, namun suasana di bawahnya tetap mencekam.Sosok Khaganate dari Benua Podura terbaring diam di atas tanah yang hancur.Armornya yang hitam pekat kini penuh retakan, memancarkan kilau redup seperti batu obsidian yang kehilangan cahayanya.Tubuhnya yang sebelumnya memancarkan aura menakutkan kini terlihat rapuh, seperti sisa abu dari api besar yang telah padam.Dalam sekejap mata, Rong Guo melesat, gerakannya begitu cepat hingga hanya meninggalkan bayangan samar di udara.Ketika orang-orang mengedipkan mata, ia sudah berdiri di sisi jasad Khagan, seperti bayangan yang muncul dari kehampaan.Semua ahli di puncak Wudang segera berkerumun, namun tidak ada yang berani terlalu dekat.Mereka berhenti beberapa langkah di belakang Rong Guo, mata mereka penuh dengan rasa ingin tahu berc
Getaran ledakan meruntuhkan tebing-tebing di kejauhan, sementara retakan-retakan dalam menjalar liar di tanah, melahap apa saja yang dilewatinya.“Langit akan runtuh! Kita semua akan mati!” teriak seorang pria tua, tubuhnya gemetar ketakutan.“Lari! Jangan lihat ke atas!” jerit seorang ibu sambil menarik anaknya yang menangis, wajahnya penuh kecemasan.Penduduk berlarian kacau, beberapa terjatuh akibat guncangan, sementara yang lain terus mencari tempat berlindung.Percikan energi dari ledakan di langit jatuh seperti hujan meteor, membakar apa saja yang disentuhnya.Di langit, tubuh kedua Abadi itu terlempar jauh ke belakang akibat dampak besar serangan mereka. Rong Guo tersungkur ke tanah, tubuhnya memar dan dipenuhi luka.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya, tubuhnya bergetar karena energi yang hampir habis.Napas Rong Guo tersengal, darah mengalir di sudut bibirnya. Tubuhnya tampak melemah, tetapi auranya tetap menguasai langit. Ia melayang dengan stabil di u
Langit tampak seperti tercabik-cabik, retakannya menjalar seperti guratan api yang membakar langit malam.Setiap lapisan atmosfer bergetar hebat, seolah tak mampu lagi menahan kekuatan dahsyat dari dua ahli peringkat Abadi yang bertarung di cakrawala.Matahari memerah, cahayanya memudar seperti nyala lilin yang hampir padam.Dunia seolah berubah menjadi tua.Udara dipenuhi energi gelap dan terang yang saling bertabrakan, menciptakan ledakan menggema yang membuat tanah retak dan sungai meluap.Dua sosok raksasa, perwujudan energi mereka, melesat berpindah-pindah. Ke Utara, Selatan, Barat, dan Timur, setiap langkah mereka mengguncang bumi dan menghancurkan gunung.Bayangan mereka memanjang di atas tanah, menebar teror yang membuat semua makhluk di bawah langit merasa kecil dan tak berdaya.Di seluruh penjuru Benua Longhai, penduduk keluar dari rumah mereka.Wajah-wajah pucat pasi mendongak ke langit, menatap pemandangan apokaliptik yang terjadi di atas mereka.Napas mereka tertahan, dad
Secara alami, pertarungan antara dua Abadi di cakrawala adalah sesuatu yang sangat luar biasa.Pertarungan yang terjadi antara Rong Guo dan Khagan dari Benua Podura mengguncang cakrawala. Kedua sosok abadi itu bertarung dengan kekuatan luar biasa, memecah langit dan menggoncangkan bumi di sekitar mereka.Kedatangan Rong Guo yang terlambat membuatnya terkejut, melihat apa yang terjadi di puncak Gunung Wudang.“Terlambat! Kita terlambat,” tangis Biarawati Fear tak tertahankan.Ia merunduk di tanah puncak gunung, sambil menangisi satu demi satu jenazah murid-murid dari Sekte Gurun Gobi yang tergeletak kaku.Sementara Rong Guo hanya diam.Meski emosinya bergejolak, namun dengan tingkat kultivasi yang telah mencapai puncak dunia, yaitu Yongheng—atau abadi—dia tidak mudah hanyut dalam perasaan sedih yang mendalam.Sambil memindai dengan energi spiritualnya yang tajam, Rong Guo menemukan jejak aura ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas yang menyebar di Puncak Terlarang.Sedetik sorot mata
"Apa yang terjadi?" suara seseorang bergetar memecah keheningan."Siapa yang melakukan ini? Siapa yang menghabisi semua tentara Matahari Emas?"Tidak ada yang mampu menjawab. Keheningan kembali menyelimuti, berat dan penuh tanda tanya.Zhang Long Yin memandang pemandangan itu dengan dahi berkerut tajam. Ia mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi, tapi pikirannya dipenuhi kebingungan. Siapa yang memiliki kekuatan sebesar ini, yang mampu menyingkirkan ribuan tentara dalam sekejap?Xiao Ning menggigit bibir, emosinya bercampur aduk.Keajaiban ini mungkin telah menyelamatkan mereka, tetapi muncul pertanyaan besar: keajaiban macam apa yang terjadi di Puncak Terlarang malam tadi?>>> Di langit...Dua sosok bertarung dalam bentuk yang melampaui nalar manusia.Pemuda berbaju putih longgar berdiri di udara dengan ketenangan yang menusuk, seperti puncak gunung es yang tersembunyi.Senjata di tangannya adalah sebuah payung istimewa yang memancarkan aura magis. Angin berputar di sekelilingny
Malam yang panjang berlalu dengan cepat.Di dalam array Puncak Terlarang, semua orang terdiam, menutup mata, berusaha mengabaikan hiruk pikuk di luar. Ada yang tenggelam dalam meditasi, ada pula yang sibuk mencoba menyembuhkan luka dengan sisa obat seadanya.Kesibukan itu membuat tak seorang pun memperhatikan keanehan yang muncul di luar.Di langit yang kelam, sebuah kilat tiba-tiba menyala, hanya sekejap. Namun, efeknya sungguh menggetarkan.Saat kilat itu lenyap, ribuan tentara Kekaisaran Matahari Emas tergeletak, saling bertumpuk di atas tanah Puncak Terlarang.Tubuh-tubuh mereka tidak bergerak tak bernyawa, nyaris menyatu dengan ribuan jasad yang sudah lebih dulu menjadi korban perang.Tak lama kemudian, matahari mulai bersinar lembut.Cahayanya menyelinap melalui celah array, menyentuh permukaan tanah yang dingin dengan kehangatan samar.Zhang Long Yin, pemimpin Sekte Wudang, membuka mata perlahan setelah semalaman bermeditasi untuk memulihkan energi Qi-nya.Di dekatnya, Xiao Nin
Jauh sebelum perang ini pecah, dalam sebuah diskusi, Zhang Long Yin pernah mengungkapkan bahwa mereka masih memiliki tempat persembunyian, jika keadaan mendesak.“Aku akan bersiul sebagai kode, dan semua orang harus segera bergegas menuju Puncak Terlarang Sekte Wudang. Di sana, kita akan aman!” ujarnya dengan tegas, suaranya penuh keyakinan.Namun, siapa yang bisa membayangkan bahwa saat ini, kata-katanya akan menjadi kenyataan yang mengerikan?“Array dan formasi sihir di Puncak Terlarang sangat kuat. Tidak ada yang bisa menembusnya jika kita berlindung di sana!” jelas Zhang Long Yin lebih lanjut, seperti mengingatkan dirinya sendiri bahwa satu-satunya harapan adalah puncak terlarang itu.Para pemimpin sekte, bersama datuk-datuk dunia persilatan, bahkan telah melakukan simulasi tentang cara evakuasi ke Puncak Terlarang jika keadaan semakin genting.Namun, mereka tidak menyangka bahwa hari itu akan datang dengan begitu cepat.“Tapi semoga ini tak terjadi. Kita akan berperang mati-matia
Di belakang Sekte Wudang, terdapat satu puncak yang belum pernah tersentuh oleh siapapun. Puncak itu dikenal sebagai "Puncak Terlarang", dan hanya pemimpin sekte yang diperbolehkan menginjakkan kaki di sana.Desas-desus beredar bahwa di puncak daerah terlarang tersebut terdapat sebuah jurang yang sangat dalam, yang disebut-sebut sebagai neraka dunia.Jurang itu mendapat juluka "Neraka Dunia" karena di sanalah para praktisi Sekte Wudang yang sesat dan melanggar aturan golongan putih dibuang.Tempat itu menyimpan penderitaan yang tak terbayangkan, dan tak seorang pun yang pernah kembali untuk menceritakan kisahnya.Pagi mulai menjelang, cahaya matahari menyemburat lembut di ufuk timur, namun pertempuran yang berkecamuk tak juga mereda.Di atas Puncak Sekte Wudang, bukanlah pemandangan yang biasanya terlihat—sekarang lebih tepat disebut puncak pemakaman daripada puncak sekte dari dunia persilatan aliran putih. Lantaran darah yang berceceran, dan tubuh yang berserakan, udara terasa begit