All Chapters of SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH: Chapter 191 - Chapter 200

376 Chapters

KAMU BUKAN YANG DULU

191“Maaf.” Entah sudah berapa kali kata itu terdengar Mentari. Pria di hadapannya terus saja mengucapkan kata itu dengan penuh penyesalan.Entah sudah berapa kali juga Mentari menarik napas panjang dan meyakinkan dirinya jika pertemuan mereka ini agar urusan di antara mereka cepat selesai. Agar tidak perlu ada pertemuan intim seperti ini lagi antara dirinya dan Samudra.Jangan sampai karena tersulut emosi, pertemuan ini tidak membuahkan hasil dan hubungan mereka semakin terkatung-katung. Ia tidak mau Ratri mengecap dirinya sengaja mengulur waktu agar pernikahan mereka diundur.Sebenarnya, sulit mempercayai jika mereka akan segera menikah atas amanat Widya. Namun, segala hal memang bisa terjadi selama kurun waktu satu setengah tahun. Mungkin, setelah ia pergi dari rumah itu, mereka memang melakukan penjajakan, atau mungkin mereka sudah menjalin hubungan layaknya orang berpacaran.Apa ia marah? Cemburu? Tidak sama sekali. Mentari sudah tidak lagi peduli apa pun yang terjadi dengan pria
Read more

KEBOHONGAN APA?

192Samudra berjalan tergesa sesaat setelah turun dari mobil. Ia langsung menuju ke perusahaan untuk menemui Ratri. Pria itu sangat yakin jika ada seseorang yang menyampaikan kebohongan kepada Mentari. Dan Ratri satu-satunya tersangka di matanya.Mentari tidak mau mengatakan apa pun. Bahkan setelah ia mendesaknya. Wanita itu malah terus menuntut untuk segera menyelesaikan proses cerai.Samudra kesal, tetapi tak dapat melakukan apa pun. Ia harus menahan diri jika tak ingin semua semakin berantakan. Bagaimana pun, kesalahanya di sini sangat besar. Hancurnya pernikahan mereka tentu saja andil besar dirinya. Karena jika dirinya tetap percaya pada Mentari meski sebesar apa badai dari luar, tentu hal ini tidak akan sampai terjadi. Karena kebodohan dirinyalah nasib pernikahannya berada di ujung tanduk. Jika sekarang semakin banyak aral menghadang niat baiknya memperbaiki hubungan, tentu tugasnya untuk menyingkirkan semua aral itu.Entahlah, kenapa semakin ke sini ia merasa semakin banyak ora
Read more

SIAPA LEBIH TAHU?

193“Jangan mengada-ngada. Bicaramu penuh kebohongan.”“Penuh kebohongan?” Kepala Ratri meneleng. “Memangnya siapa yang menemani Bu Widya hingga akhir kesadarannya? Siapa yang berada di sisinya di detik-detik terakhir hidupnya? Siapa yang bicara padanya sebelum beliau meninggal? Saya atau anda, Pak Samudra?”Jleb.Samudra tertegun. Pria itu bahkan tidak mengedipkan matanya untuk beberapa lama. Semua kalimat Ratri bagai pukulan keras yang mematahkan keyakinannya.“Saya atau anda yang membersamai Bu Widya dalam keseharian dan bahkan sampai beliau menutup mata? Saya atau anda yang lebih tahu apa yang disampaikan beliau setiap harinya? Saya bahkan sangsi apa anda tahu makanan kesukaan beliau, kebiasaan beliau saat hendak pergi tidur. Saya atau anda yang lebih tahu semua tentang Bu Widya?”Samudra menelan ludahnya. Semakin tak mampu berkata-kata. Ya, semua yang diucapkan Ratri barusan benar adanya. Ratri lebih tahu segala sesuatu tentang sang ibu lebih dari siapa pun termasuk dirinya. Semu
Read more

DI MANA?

194Samudra membuka sebuah laci di dalam lemari bajunya. Dan itu laci terakhir yang akan ia obrak-abrik karena barang yang ia cari tak kunjung ditemukan di tempat lainnya.Lihatlah, kamarnya kini sudah berubah seperti kapal pecah. Semua barang berserakan tak beraturan. Semua benda sudah tak menempati tempat semestinya lagi. Semua keluar dan memenuhi apa pun hingga tak tersisa tempat sekadar memijakkan kaki.Dan setelah laci terakhir pun ia bongkar, pundaknya meluruh. Ternyata barang yang ia cari tak ada di sana.Pria itu mengembus napas lelah. Kedua tangannya bertolak di pinggang. Wajah frustrasinya dipenuhi keringat. Entah di mana ia meneletakkan benda kecil yang diberikan Ratri padanya dulu, sesaat setelah sang ibu meninggal. Bahkan setelah semua tempat hingga yang tersembuyi sekali pun sudah ia bongkar, benda itu tak kunjung ditemukan.Saat itu, ia memilih menyimpan dulu benda itu dan tak langsung mencari tahu apa misteri tersembunyi di baliknya karena saat itu pikirannya tidak fok
Read more

MAAF YANG TIADA GUNA

195“Sudah sampai, Bos.”Samudra membuka matanya saat terdengar suara sang sopir disertai laju mobil yang berhenti. Pria itu selama perjalanan memejamkan matanya meski tidak tidur.Tidur menjadi sesuatu yang sulit untuk dilakukan belakangan ini. Kepalanya terlalu penuh dengan berbagai permasalahan. Maka, tidak heran jika lingkar hitam sangat jelas menghiasi sekitar matanya.Pria itu menegakkan tubuh, lalu mengendarkan pandangan lewat kaca mobil yang sengaja ia buka. Tempat ini masih sama seperti terakhir kali ia ke sini. Mungkin beberapa bulan lalu.Samudra turun saat sang sopir sudah membukakan pintu untuknya.“Mau dibawa pulang, Bos?” tanya sang sopir lagi setelah majikannya turun.Samudra mengembus napas, lalu mengendikkan bahunya. “Belum tahu, harus konsultasi dulu dengan dokternya.”Sang sopir hanya mengangguk, lalu menatap bosnya yang mulai berjalan menjauhinya menuju bangunan utama gedung yang bernuansa serab putih itu. Ia ikut mengembus napas sebelum kembali ke dalam mobil. Me
Read more

PENYESALAN YANG SAMA

196Bastian masih sesenggukan di kaki Samudra. Bahkan saat Samudra mencoba melepaskan kakinya, pemuda itu malah menambah keras tangisnya.“Tolong pertemukan aku dengan Mentari, Om. Aku mau bersujud dan minta maaf padanya. Atau kalau dia mau membunuhku sekali pun, aku pasrah asalkan dosaku termaafkan.” Pelukan di kaki Samudra semakin erat.“Aku memang terkutuk. Laknat. Aku sudah menghancurkan wanita yang aku sangat tahu menjaga dirinya. Sumpah demi apa pun aku tidak pernah menyentuhnya, Om. Sebejat apa pun aku, tidak tega sampai merusak wanita baik-baik sepertinya.”Samudra memejam. Dadanya mendadak sesak. Semakin banyak Bastian berkata, semakin besar penyesalan yang dirasakannya. Penyesalan yang sama dengan kata maaf Bastian. Tidak berguna sama sekali karena semua sudah terjadi.Samudra menggerakkan kakinya. Meminta Bastian melepaskannya. Bukan ia tidak marah dengan pemuda itu, tapi semua memang sudah terjadi. Bahkan jika ia membunuh pemuda itu pun, tidak akan merubah apa-apa. Pernika
Read more

ISTIRAHAT SAJA

197“Aku ikut, Om.” Bastian mengejar Samudra saat berpapasan di lorong depan kamarnya. Kebetulan ia baru kelur kamar, dan Samudra yang sudah rapi dengan stelan kantor, melintas.“Kamu istirahat saja, Bas. Kamu pasti masih lelah.” Tanpa melirik atau menghentikan langkah, Samudra menjawab. Langah-langkah panjangnya dibawa menuju tangga di ujung lorong.“Aku tidak lelah, Om. Aku bahkan sudah istirahat beberapa hari ini seperti permintaan Om Sam. Aku ingin punya kegiatan, bosan di rumah terus. Bolehkah aku ke kantor lagi?” Bastian terus mengekori Samudra. Bukan mengada-ngada jika ia mengatakan bosan di rumah. Sejak dibawa pulang lagi ke rumah itu, Samudra belum mengizinkannya untuk pergi ke mana pun. Tidak ada kegiatan apa-apa selain tiduran di kamar. Padahal ia sangat ingin diajak ke mana pun Samudra pergi. Termasuk ke kantor dan yang terpenting menemui Mentari.“Aku tidak pergi ke Hanggara Enterprise.” Samudra menjawab masih dengan kaki yang bergerak.“Tidak apa, Om. Aku mau ikut Om ke
Read more

JANTUNG AMAN?

198“Apa yang kamu lakukan, Bas?” Samudra memekik begitu mereka duduk berhadapan. Kekesalan yang sudah ditahan sejak tadi, tidak mungkin diluapkan di sana. Karena mereka berada di kantor polisi saat ini.“Aku tidak melakukan apa-apa, Om.” Bastian menjawab bingung.“Apa maksudmu tidak melakukan apa-apa? Kamu di sini lagi sekarang.” Samudra mendesis. Apa yang ia takutkan sebelum membawa Bastian pulang akhirnya terbukti. Pemuda itu membuat ulah lagi dan harus membuat repot dirinya.“Aku hanya datang ke rumah Mentari, Om. Hanya itu. Bahkan aku hanya sampai di depan pagarnya saja karena mereka tidak mau membukanya, lalu saat aku berusaha memanggil Mentari, datang polisi. Mereka langsung menangkapku.”Samudra memejam mendengar penjelasan Bastian yang terdengar jujur. Dari sorot matanya pun tidak terlihat jika ia sedang berkilah.“Maaf, Om. Tapi aku benar-benar tidak melakukan apa pun. Aku ke sana untuk menemui Mentari. Aku datang dengan cara baik-baik, tapi belum sempat bertemu dan mengatak
Read more

KALUT VS EGO

199Jangan tanya bagaimana kondisi hati Samudra. Jika ada yang paling kalut saat ini, dialah orangnya. Melihat Mentari yang menangis terus karena Barra yang tak kunjung membuka mata, padahal wanita itu pun terluka di beberapa bagian tubuhnya. Lalu Bulan yang lemah dan tidak mau lepas dari ibunya. Belum lagi Bima, pengasuh anak-anak dan juga laki-laki berbadan tegap yang ternyata seorang pengawal yang disewa Bima, semua terluka.Semua orang yang berada dalam mobil nahas itu terluka. Karena ternyata mobil mereka bergesekkan dengan truk sebelum kendaraan roda empat itu menambrak pembatas jalan dan setengah body mobil mengantung di bibir jurang.Ya, semua terluka karena guncangan dan benturan hebat mobil sebelum benar-benar berhenti. Tapi yang terparah adalah Barra. Bayi laki-laki sepuluh bulan itu kehabisan banyak darah dengan luka serius di beberapa bagian tubuhnya.Bahkan setelah beberapa saat mendapat penanganan dokter, bayi itu belum juga sadarkan diri. Kondisinya yang lemah dan meng
Read more

INI MUSIBAH

200“Dek, aku minta maaf.”Entah untuk ke berapa kalinya kalimat itu terucap dari mulut Bima. Mentari sampai bosan mendengarnya.“Padahal, aku sudah mengecek semuanya sebelum menjemput kamu.”Mentari memejamkan matanya seraya memeluk tubuh Bulan yang kini tertidur setelah menyusu lama.“Namanya musibah, siapa yang tahu, Kak. Kita semua tidak ada yang mau celaka, bukan?” Mentari mencoba bijak.“Aku malu sama mantan suami kamu, Dek. Ia pasti menyalahkan aku atas musibah ini.”“Sudahlah, Kak. Jangan memikirkan hal yang tidak-tidak. Semua ini musibah. Kakak juga sama terluka. Sopir yang membawa mobil juga sama terluka. Kita semua terluka. Jadi, ini murni kecelakaan. Ini musibah.” Mentari menenangkan Bima, karena sejak di rumah sakit pertama, laki-laki itu terus merasa bersalah atas musibah ini. Mungkin karena sikap Samudra yang tidak bersahabat.Mentari juga sebenarnya berada di posisi serba salah. Tidak mungkin menyalahkan Bima, karena Bima pun pada kenyataannya terluka. Ingin marah pada
Read more
PREV
1
...
1819202122
...
38
DMCA.com Protection Status