178Mentari tidak ingin menanggapi. Terlalu muak. Wanita itu hanya menatap tanpa kata, sebelum membuka pintu, masuk ke dalam rumah dan secepat kita menutup pintunya lagi. Lama-lama bicara dengan pria itu selain membuka luka lama, hanya membuat kepala panas dan tensi naik. Seperti yang sudah diduganya, mantan suaminya itu pasti menginginkan si kembar.Mentari mengunci pintu. Menutup lagi gorden yang tadi sudah dibuka semua. Setelahnya menuju kamar anak-anaknya yang tengah didandani Mbak Rumi.“Ibu punya indera keenam, ya?” tanya Mbak Rumi begitu Mentari datang dan langsung membantunya mendandani salah satu bayi.“Kenapa nggak nunggu aku dulu, Mbak? Pasti susah memandikan si kembar sekaligus.” Sambil menggelitik perut Bulan yang baru dipakaikan diapers, Mentari melirik pengasuh bayinya.“Nggak apa-apa, Bu. Sudah kerjaan Mbak. Eh, Ibu sepertinya keturunan cenayang, ya?”Mentari menarik napas. Ternyata wanita kurus itu tak melupakan rasa penasarannya meski ia sudah mengalihkan obrolan.“A
Baca selengkapnya