Share

JANGAN, TUAN!

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

173

“Mentari!” Samudra memanggil wanita berkerudung dan sweeter tebal yang berjalan terburu-buru menggendong bayi. Wanita itu dan wanita yang lebih tua yang sama-sama menggendong bayi, memang berjalan ke arahnya. Samudra sudah sangat yakin jika mereka akan menghentikan langkah karena sengaja ia hadang. Namun ….

Samudra mengerjap dan bahkan menyurutkan langkah saat keduanya tetap berjalan menuju resepsionis. Jangankan berhenti, mereka bahkan tidak melirik dirinya sama sekali seolah ia makhluk kasat mata.

Apa memang wujudnya tak terlihat? Atau ia salah orang? Karena memang wanita yang ia sangka Mentari menutup hampir sebagian wajahnya. Kerudung yang dibuat sangat turun di bagian depan dan juga masker yang menutup bibir hingga pipinya. Matanya juga tertutup kacamata gelap.

Atau … apa mereka takut melihat penampilannya yang menyeramkan?

Samudra mengerjap sebelum akhirnya mengejar kedua wanita yang sudah keluar dari pintu lobi.

“Mentari!” Lagi ia memanggil dan mengejar. Suaranya lebih kera
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (32)
goodnovel comment avatar
Lailatul Adawiyah
bagus Emma ayok cerita biar semua jls klow mentari di fitnah
goodnovel comment avatar
Rafa Azka Putra
nunggu saat yg tepat.... jadi nyesel berlipat-lipat kan kan samudra
goodnovel comment avatar
Aidasatri Yudianti
Elma dihadiahi ank sama bastian ... makany mau membatu penjebakan Bastian sama Mentari,
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PANTASKAH MENYESAL?

    174Samudra membalikkan badan dengan cepat. Padahal tangannya sudah meraih handle pintu. Tatapannya tertuju wajah wanita berpakaian lusuh. Sumpah demi apa pun kalimat wanita itu barusan mampu membuat dunianya semakin porak poranda. Ya, walaupun belum mempercayai sepenuhnya.“Kamu bicara apa?” Suara Samudra bahkan sumbang. Tak bernyawa. Sang pria berusaha meyakinkan dirinya jika pendengarannya bermasalah.Wanita berpakaian lusuh yang berdiri di samping meja, semakin menunduk ketakutan. Tapi, semua sudah terlanjur. Toh, terus menutupi kebusukan Bastian pun tidak akan menguntungkan baginya. Laki-laki itu tidak akan menolongnya atau memberikan imbalan seperti janjinya.Kalaupun kemarin menghindari Samudra, semata karena takut pria itu melaporkannya ke polisi. Bukan karena melindungi Bastian. Siapa sangka Samudra tidak melepaskannya. Dan bodohnya ia yang terperangkap trik anak buah pria itu.Berawal merasa mendapat durian runtuh karena melihat dompet berjejal uang lembaran merah di jok bela

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MANTAN

    175“Jadi, itu mantan suami Ibu?” tanya Mbak Rumi saat mobil yang membawa mereka menjauh dari hotel sudah berbaur dengan kendaraan lain di jalanan yang belum terlalu ramai.Mbak Rumi yang menggendong Bulan sejak tadi terus memperhatikan majikannya yang terus memejamkan mata. Semenjak masuk mobil, mentari terlihat gusar dengan terus menoleh ke belakang. Baru setelah mobil jauh meninggalkan hotel sang majikan terlihat agak tenang.Sejak semalam Mentari memang sudah memberitahu pengasuhnya itu agar mereka chek out sepagi mungkin. Tentu saja untuk menghindari hal seperti ini.Mentari tahu konsekuensi tampil di muka umum dengan wajah tak tertutup, juga membawa anak-anak yang notabene mewarisi kemiripan dengan Samudra. Mantan suaminya itu memiliki koneksi yang luas dan anak buah yang banyak. Apalagi dengan beberapa perusahaan di bawah kendalinya saat ini. Jika pun ia tidak melihat langsung tayangan presscon kemarin, ada banyak mata lain yang mungkin menonton. Maka, bukan tidak mungkin kemun

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   AKU BUKAN SIAPA-SIAPA

    176Mentari mematung. Kakinya mendadak sulit untuk digerakkan. Pun bagian tubuhnya yang lain yang mendadak kaku. Tak ayal ia terperanjat di detik-detik pertama matanya bersitatap dengan pria yang menatapnya sayu. Namun, ia menguatkan hati agar tidak terbawa perasaan. Ia harus bisa bersikap normal seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengan hati dan jantungnya.Mentari berkedip setelah beberapa lama tatapannya bersirobok dengan tatapan pria di luar sana. Hatinya tak ayal berdesir melihat pria itu lagi. Tak menyangka jika Samudra akan secepat ini menemukannya. Bahkan matahari belum juga menampakkan diri, tetapi pria itu sudah berada di sana.Mentari berbalik tanpa berkata-kata, ia bermaksud kembali ke dalam rumah saat suara panggilan menahan.“Tari.”Mentari menggigit bibirnya, matanya memejam. Setelah satu setengah tahun berusaha membuang jauh segala apa pun tentang sang pria, siapa sangka secepat ini akan mendengar lagi suara itu.Mentari masih berada di posisi sama saat terdengar langka

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KATA MAAF

    177“Maafkan Mas, Tari ….”Mentari menahan napas saat terdengar permintaan lirih yang berbaur dengan tangis. Wanita itu membuang muka. Menjatuhkan pandangan ke deretan pot tanaman yang bunga serta daunnya masih digelayuti embun.Tidak seperti bunga dan dedaunan itu yang sejuk dibalut embun, hatinya panas membara. Bertemu lagi dengan pria yang sudah menorehkan luka hati, tentu membuka lagi luka itu. Luka yang seharusnya sudah kering karena mati-matian dibalutnya oleh waktu, kini terasa kembali basah karena sang pemberi luka mengorek-ngorek lagi.“Maafkan Mas, Tari. Sungguh Mas terlalu bodoh untuk melihat kebenaran sejati. Katakan apa yang Mas harus lakukan untuk menebusnya? Mas rela melakukan apa pun asal bisa bertemu dan memeluk si kembar.”Mentari menelan ludah. Dadanya terasa sesak. Matanya panas. Bukan karena tersentuh dengan permintaan maaf Samudra, tetapi karena luka itu kembali berdarah-darah.“Mas bodoh. Sangat bodoh. Padahal sebelum kejadian pun sudah sering melihat tatapan Ba

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SAYA BERSEDIA

    178Mentari tidak ingin menanggapi. Terlalu muak. Wanita itu hanya menatap tanpa kata, sebelum membuka pintu, masuk ke dalam rumah dan secepat kita menutup pintunya lagi. Lama-lama bicara dengan pria itu selain membuka luka lama, hanya membuat kepala panas dan tensi naik. Seperti yang sudah diduganya, mantan suaminya itu pasti menginginkan si kembar.Mentari mengunci pintu. Menutup lagi gorden yang tadi sudah dibuka semua. Setelahnya menuju kamar anak-anaknya yang tengah didandani Mbak Rumi.“Ibu punya indera keenam, ya?” tanya Mbak Rumi begitu Mentari datang dan langsung membantunya mendandani salah satu bayi.“Kenapa nggak nunggu aku dulu, Mbak? Pasti susah memandikan si kembar sekaligus.” Sambil menggelitik perut Bulan yang baru dipakaikan diapers, Mentari melirik pengasuh bayinya.“Nggak apa-apa, Bu. Sudah kerjaan Mbak. Eh, Ibu sepertinya keturunan cenayang, ya?”Mentari menarik napas. Ternyata wanita kurus itu tak melupakan rasa penasarannya meski ia sudah mengalihkan obrolan.“A

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   BIMBANG

    179Samudra mengusap kasar wajahnya.“Ratri, bagaimana kalau kita bicarakan ini nanti? Saat ini aku sedang banyak urusan.” Samudra menanggapi dengan suara selembut mungkin. Bagaimanapun, ia tidak ingin menyinggung perasaan wanita itu. Bukan salah Ratri jika sang wanita menyampaikan perihal ini, karena ia yang melamar Ratri beberapa waktu lalu dan meminta jawaban secepatnya.Samudra menatap sayu, memohon pengertian sang wanita.“Oh, maaf, saya hanya ingin menanggapi lamaran Bapak tempo hari. Saya juga hanya menjawab karena Bapak meminta jawaban dari saya secepatnya. Sesuai waktu yang Bapak berikan, dua minggu cukup bagi saya memikirkan tawaran Bapak.” Ratri terlihat sungkan. Kenapa seolah dia yang mendesak? Padahal sebelumnya Samudra yang meminta jawaban secepatnya.Samudra memejamkan matanya. Terbayang ia yang putus asa karena usia yang merangkak naik, tapi belum juga memiliki keturunan. Ia sebenarnya sudah lelah mengurusi pekerjaan, tapi pensiun dini hal yang tidak mungkin karena bel

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   ANUGERAH

    180“Kertas itu ditulisi, bukan diremas.”Samudra melirik asistennya yang langsung menyambut dan mensejajari langkahnya menuju ruangan utama di Hanggara Enterprise ini. Ternyata, ia tidak betah lama berada di perusahaan ayah Mentari. Bukan apa-apa, rasa bersalahnya pada Ratri kian besar, sementara ia masih belum bisa memutuskan langkah yang ingin diambil.Karenanya setelah memastikan semua aman, ia segera kembali ke perusahaan keluarganya yang lebih butuh perhatian.Hamish yang kebetulan baru keluar dari ruangannya, berpapasan. Wajah sang bos yang kusut membuatnya iba.“Itu muka sudah seperti kertas yang diremas, Bos. Kusut masai.” Hamish menjawab rasa heran sang bos yang mengerutkan kening mendengar ucapannya.Samudra mengembus napas kasar sambil terus berjalan menuju ruangannya.“Apa ini karena mantan istrimu?” tanya Hamish lagi kepo. Kini mereka sudah berada di ruangan Samudra. Hamish menutup pintu dan langsung menghampiri sang bos.Tidak ada jawaban dari Samudra dan itu membuat Ha

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SAYA AYAH KANDUNGNYA

    181Mentari membuang pandangan sebelum berbalik dan masuk lagi ke dalam rumah. Tanpa sepatah kata pun, wanita itu meninggalkan pria yang masih berdiri di balik pagar.“Bu, kok, tamunya ditinggal?” Mbak Rumi yang ternyata mengejar, heboh bertanya. Wanita itu memasang tampang bingung.“Malas, Mbak. Biarin ajalah.” Mentari menjawab tanpa minat. Wanita itu terus saja berjalan menuju kamar kedua anaknya.“Kok, malas, Bu? Memangnya siapa dia? Ganteng lho tamunya, ya, walaupun sudah ada umur.” Mbak Rumi masih penasaran, membuntuti sampai Mentari duduk di sofa yang ada di kamar si kembar.“Sayang lho, Bu, tamu seganteng itu dianggurin. Jarang-jarang ada tamu ganteng datang ke sini selain Pak Bima.”Mentari mengibaskan tangan tanda jengah, sebelum fokus dengan ponselnya.“Bu ….”“Apa sih, Mbak Rum? Kalau Mbak Rum mau, ambil aja.” Mentari ketus.Kedua bola mata pengasuh itu membulat sempurna.“Beneran, Bu?” tanyanya antusias.“Ya, ambil aja.” Wajah Mentari merengut. “Lagian Mbak kok, heboh bang

Bab terbaru

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEJUTAN

    376Sore hari Nuri dikejutkan dengan kedatangan Rendra yang menjemputnya ke rumah baru mereka. Rendra meminta Nuri segera bersiap karena akan diantar ke suatu tempat. Katanya atas permintaan Bastian. Sementara Bastian sendiri tidak mengatakan apa pun, padahal waktu istirahat siang tadi mereka sempat bicara di telepon.Walaupun heran, tak ayal Nuri menurut karena sudah sangat mengenal orang kepercayaan Samudra yang dulu selalu melindungi dirinya dan Bastian itu.Rendra mengatakan ini kejutan, dan sebenarnya Bastian melarangnya untuk mengatakan lebih dulu, tapi terpaksa ia katakan karena awalnya Nuri menolak ikut. Dan benar saja, pengawal merangkap sopir itu pertama membawanya ke sebuah salon kecantikan. Di sana Nuri didandani sangat cantik. Gaun malam indah berwarna hitam membalut tubuh sintalnya. Nuri sampai pangling melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.“Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Aa Bastian di mana?” tanya Nuri saat mereka sudah kembali berada di dalam mobil. Rendra memb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KERESAHAN NURI

    375Kehidupan kembali berjalan normal setelah mereka pulang ke tanah air. Mereka melanjutkan hidup masing-masing dengan tetap membawa kehangatan keluarga yang semakin terjalin erat. Waktu seminggu liburan seolah menjadi isi ulang energi agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup yang sesungguhnya. Antusiasme efek isi ulang itu sangat berdampak dirasakan Mentari dan Samudra. Rasa cinta mereka pun bertambah berkali-kali lipat. Rasanya tidak ada lagi yang mereka inginkan dalam hidup selain tetap bersama.Pagi ini, seperti biasa Mentari mengantar suaminya yang akan berangkat ke kantor, hingga ke mobil yang menunggu di halaman. Tangannya yang mengait erat di lengan Samudra, juga kepalanya yang menyandarm anja selama berjalan hingga halaman, menandakan jika ikatan itu tak akan terpisahkan. Beberapa kecupan di wajah mentari menjadi salam perpisahan setiap kali Samudra akan berangkat ke kantor. Baginya, satu kecupan saja tidak cukup.Mentari melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak meni

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEHANGATAN KELUARGA

    374Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar hotel dengan cahaya keemasan. Mentari membuka matanya perlahan dan melihat Samudra masih tertidur lelap di sampingnya. Ia tersenyum kecil, merasa beruntung bisa menikmati momen ini.Perlahan, ia mengulurkan tangan, menyelipkan jemarinya di antara rambut Samudra yang acak-acakan, merasakan kelembutan helai-helainya yang sudah mulai memutih di beberapa bagian. Tanpa sadar, hatinya berdesir melihat wajah damai yang semakin hari semakin menambah kadar cintanya.Ia teringat perjalanan cinta mereka yang penuh liku—berawal dari nikah dadakan karena pergantian mempelai laki-laki, salah paham, kecurigaan, dipisahkan fitnah, hingga akhirnya berlabuh dalam cinta yang mendalam. Sekarang, mereka punya segalanya yang ia impikan: pernikahan yang harmonis, anak kembar yang lucu, dan waktu berharga berdua seperti pagi ini. Ia merasa amat bersyukur."Mas …" bisiknya penuh kelembutan, meski ia tahu suaminya belum benar-b

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MENGENANG

    373“Akhirnya ….” Samudra menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran besar di kamar hotelnya. Pria itu telentang dengan kedua tangan terbuka lebar dan kedua kaki menjuntai ke lantai. Entah ada keajaiban apa, tiba-tiba saja Bastian memaksa membawa si kembar ke kamarnya, katanya ingin mengajak mereka menginap di sana.Seperti mendapat durian runtuh, tentu saja Samudra merasa lega. Bagaimana tidak? Dua anaknya ingin bermain naik kuda-kudaan di punggungnya. Dua sekaligus.“Makanya, nikah jangan terlalu tua. Biar anak pas aktif-aktifnya, papanya masih strong ngajak mainnya,” ledek Mentari sambil melihat Samudra yang ngos-ngosan melayani kedua anaknya.“Kalau Mas nikah muda, pasti bukan sama kamu.”Mentari mengernyitkan keningnya.“Iya, kan? Kalau Mas nikah umur dua puluhan, pasti bukan sama kamu, karena saat itu kamu masih bau kencur. Mungkin masih ingusan. Belum bisa dinikahi.”Mentari memutar bola mata, tapi ucapan Samudra ada benarnya. Selisih usia mereka cukup jauh. Kalau Samudr

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEBAHAGIAAN SEMPURNA

    372Pagi itu, matahari Paris menyentuh lembut jendela kamar hotel tempat Nuri dan Bastian menginap. Begitu Nuri membuka jendela, aroma bunga musim semi menyeruak ke dalam kamar, membawa sensasi kebahagiaan yang sempurna.Paris di musim semi adalah lukisan hidup: pohon-pohon sakura bermekaran di taman-taman kota, bunga-bunga aneka warna menghiasi jalanan, dan angin yang sejuk membelai wajahnya, membuat wanita itu tersenyum.Nuri berbalik menghadap ranjang tempat Bastian masih terlelap. Pertarungan panas mereka tadi malam memang menyisakan kelelahan yang teramat. Pantas jika sang suami masih nyenyak. Namun, agenda hari ini padat, dan Nuri tidak mau melewatkannya.Terlebih, hari ini mereka akan menikmatinya bersama keluarga Samudra.Nuri berjalan menuju pintu, lalu keluar dan mendatangi kamar sebelah tempat Samudra dan keluarganya menginap.Ia langsung mengetuk pintu. Tidak menunggu lama, Mentari membukanya.“Hai, Nur. Sudah cantik aja, nih. Sepertinya kamu sudah siap ya, jalan-jalan.” M

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEINDAHAN

    371Panik, Bastian berjalan ke arah kios tempat terakhir kali ia melihat Nuri. Ia menanyakan pada beberapa orang di sekitarnya dengan menyebutkan ciri-ciri Nuri, namun tak seorang pun mengetahui istrinya.Aneh, dalam sekejap saja, Nuri hilang seolah ditelan bumi.Pikiran Bastian mulai dipenuhi kekhawatiran. Ini negara orang, dan Nuri baru ke sini. Tidak bisa bahasa Prancis maupun Inggris. Bagaimana kalau ia tersesat?Bastian memutuskan untuk menghubungi Nuri melalui ponsel, tapi panggilannya tak tersambung.“Nomornya tidak aktif,” gumamnya, merasakan kekhawatiran yang semakin besar. Ia terus mencoba, namun hasilnya tetap sama. Napasnya mulai tak beraturan, bayangan buruk terus menghantui pikirannya.Bagaimana jika Nuri diculik? Atau tersesat jauh? Ini Paris, negara yang asing bagi istrinya.Tanpa berpikir panjang, ia mulai menyusuri setiap sudut jalan, berharap bisa menemukan sosok Nuri yang entah kenapa bisa hilang secepat ini.Langkah Bastian semakin cepat, dadanya mulai terasa sesa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PARIS

    370Paris menyambut dua keluarga itu dengan segala pesonanya yang melegenda. Bastian, Nuri, Samudra beserta Mentari dan juga si kembar, turun dari taksi di depan hotel bergaya klasik yang berada di jantung kota.Gedung hotel itu berarsitektur ala Eropa kuno dengan detail balkon berornamen besi tempa dan jendela besar berbingkai kayu putih. Setiap sudutnya tampak seperti lukisan, begitu indah dan romantis. Paris memang terkenal dengan pesona abadinya, dan hari itu, senyum tak pernah lepas dari bibir Nuri.Wanita mungil itu langsung membulatkan mulutnya. Tak henti-henti ia mengagumi kota mode itu semenjak menginjakkan kaki di bandara Charles de Gaulle tadi.“Aa….” Nuri memekik seraya menyatukan kedua tangannya yang terkepal di depan dada. Tubuhnya sedikit membungkuk. “Kita benar-benar di Paris, ya?” tanyanya polos tanpa melihat Bastian karena pandangannya terus menyapu seluruh sudut kota.Bastian tersenyum. Pun dengan Samudra dan Mentari yang ikut mendengar. Antara bahagia yang Bastian

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   RUMAH BARU

    369Bastian mengusap wajahnya setelah mengembuskan napas berkali-kali. Laki-laki itu duduk di sofa dengan wajah menunduk, kedua siku bertumpu di atas pahanya.Suara langkah ayah dan adiknya semakin memudar di kejauhan, membawa kelegaan sekaligus kepedihan yang menyatu dalam dadanya. Rasa lelah dan berat di dadanya mulai bergulir. Ia tahu, sejak saat ini, hubungan dengan keluarga tidak akan sama lagi.Ia yakin, meski tadi sudah menjabat tangannya karena paksaan sang ayah, Andra tidak akan begitu saja melupakan semua ini. Dan Richard? Bastian sangat yakin bahwa mulai saat ini pria itu akan membatasi diri dalam memberikan kasih sayang dan perhatian padanya karena khawatir menimbulkan kecemburuan dari anaknya yang lain.Padahal Bastian sudah sangat bahagia memiliki keluarga. Siapa sangka kebahagiaannya harus diwarnai dengan drama kecemburuan dari adiknya yang berlanjut dengan percobaan merebut istrinya.Sebuah tepukan mampir di pundak Bastian. Sentuhan itu seperti jangkar yang membawanya

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   DILEMA AYAH

    368Kedua tangan Bastian kembali mengepal kuat. Wajahnya yang sempat tenang kini kembali memerah dan tegang. Andai bukan karena gelengan Nuri yang menunjukkan ketakutan dan tatapan memohon dari Samudra agar ia tetap tenang, wajah Andra yang sudah babak-belur itu mungkin akan dibuatnya semakin tak berwujud.Bastian menahan napas, padahal dadanya sudah naik-turun dengan cepat."Aa..." Nuri mendekat. "Jangan dengarkan dia. Dia hanya mengada-ngada. Itu sama sekali tidak benar. Aa tahu saya hanya menyukai Aa." Wajah Nuri pucat, sorot ketakutan terpancar jelas. Tangannya meraih tangan Bastian."Saya hanya menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih," lanjut Nuri mengiba. "Kalaupun tadi saya menemuinya, itu karena dia bilang mau pamitan sebelum ke Yogya. Kami tidak sempat bertemu sebelum kita kembali ke sini." Suara Nuri terdengar lirih dan bergetar."Sungguh, kalau saya tahu akan seperti ini, saya akan membangunkan Aa saat dia menelepon dari depan pintu. Aa, percayalah pada saya. Dia gila kalau

DMCA.com Protection Status