Home / Pernikahan / Wanita Kedua / Chapter 231 - Chapter 240

All Chapters of Wanita Kedua: Chapter 231 - Chapter 240

285 Chapters

Kesalahan

Angga bangun dari tidurnya dilihatnya Ara masih tidur pulas di sampingnya sambil memeluk guling kelinci kesukaannya. Dipandanginya ponsel yang menampilkan pesan itu, sejenak dia menimbang. Lalu beranjak berdiri, dia ingin membangunkan Dina, diketuknya pintu kamar beberapa kali tapi tak ada jawaban. Ini mmeang sudah dini hari waktunya orang tidur lelap. Angga mencoba membuka pintu kamar Dina, tapi tak disangka kamar itu tak terkunci, apa Dina berharap dia akan masuk ke kamar ini tadi malam? Pikir Angga percaya diri. Digelengkan kepalanya pelan sekarang bukan saatnya memikirkan hal itu, ada hal yang harus dia lakukan terlebih dahulu. “Din, bangun bentar,” kata Angga lembut sambil mengelus pipi istrinya, lima tahun berumah tangga dnegan Dina, Angga sudah sangat hapal dengan kebiasaan istrina itu, Dina bukan orang yang susah dibangunkan, bahkan jika anak-anak menangis dikamar lainpun, Dina yang sedang tertidur lelap akan bangun. Benar saja sang istri langsung te
Read more

Akhir untuk Awal

“Keira meninggal dan Steven kritis.”Dina menatap ponselnya dengan pandangan tak percaya. Dia memang tidak terlalu menyukai Keira yang menjadi duri dalam pernikahannya, tapi bukan berarti dia senang dengan berita meninggalnya wanita itu, apalagi ada bayi yang dia tinggalkan. Malang sekali bayi itu, sudah ditolak sana sini, sekarang orang yang paling berjasa mengantarkannya hadir di dunia ini, bahkan memilih pergi. Dina  yang sudah hidup di panti sejak kecil tentu saja tahu bagaimana rasanya hidup tanpa orang tua. “Ada apa, Din, kamu baik-baik saja?” Sasa lewat di depan Dina memandang wanita itu dengan khawatir, wajah Dina terlihat pucat.Dina mendongak dan memandang rekannya itu yang juga sedang memandangnya dengan khawatir. “Aku baik-baik saja, Mbak hanya barusan ada berita duka.” “Siapa yang meninggal?” Dina menghela napas lagi. “Keira,” jawabnya singkat. Sasa sedikit terkejut, dia tentu saja  tahu siapa Keira.  "Keira yang istri muda sua
Read more

Kenyataan

Dina mendengar sirine ambulance berbunyi tepat saat dia sudah melangkah ke lantai bawah setelah berganti pakaian. Beberapa orang langsung menyambut jenazah dan mengurusnya sebagaimana layaknya. Dina hanya diam, sejujurnya dia tak pernah menyaksikan secara langsung pengurusan jenazah orang terdekatnya, karena sejak kecil dia juga tak memiliki orang dekat. Jadi dia tak tahu harus melakukan apa. Dilihatnya sang mama mertua yang masih duduk diam menyaksikan itu semua, wajanya memang terlihat sendu tapi tak ada air mata yang menetes di matanya. Dina berjalan mendekat. “Mama tidak kesana?” tanya Dina. Sang mama hanya menggeleng, dan tetap duduk di tempatnya. “Mama di sini saja, kmau tolong sambut tamu yang melayat.” Dina memandang mertuanya dalam. Lalu mengangguk dan melangkah pergi. Dia akan menemani Angga menyambut pelayat. “Kamu sudah di sini, Hen?” tanya Dina yang melihat sekretaris suaminya itu berdiri memberikan pengarahan pada beberapa orang. “Iy
Read more

Perjuangan

“Maaf Pak, ada wartawan menuju kemari, kita harus membawa Pak Anton pergi.” Hendra terlihat panik.  “Bawa Anton ke mobil dan kembali ke rumah sakit,” perintah Angga pada Hendra. “Kita juga harus pergi.” lalu menggandeng tangan sang istri lembut. Angga memilih ikut mobil yang dikemudikan Pak amin bersama Dina. Sedangkan Anton dimasukkan ke dalam mobil yang dkemudikan oleh Hendra. Bersama mereka meninggalkan pelataran pemakaman yang sepi itu. sedangkan mobil Angga sendiri dikemudikan oleh anak buahnya menuju tempat lain untuk mengecoh mereka. Berita meninggalnya Keira dan juga kecelakaan yang menimpa Steven Hartono memang sudah tersebar luas, tapi sedapat mungkin mereka menutupi kenyataan kalau mereka berada salam satu mobil yang sama.Skandal pasti tidak dapat dihindarkan, apalagi jika berita bunuh diri yang dilakukan oleh Anton juga tersebar luas. Dunia bisnis yang mereka geluti memang sangat kejam, musibah yang menimpa sebuah keluarga bisa mereka jadikan ala
Read more

Ujian

Sejak kembali dari rumah sang mama tadi malan untuk peringatan kematian Keira, Angga yang sedang menunggu Dina menyiapkan makanan untuknya, langsung tertidur di kamar Dina, bahkan Dina harus berusaha keras untuk membangunkannya, Angga terlihat sangat lelah.Dina tahu beberapa hari ini memang suaminya itu kurang tidur. Berurusan dengan keluarga Hartono yang sering berpikiran diluar nalar, serta Keira yang terlalu manja, tentu bukan hal yang mudah.Dina menyadari hal itu, jadi dengan terpaksa dia tidur di sebelah Angga, karena tak mungkin dia tidur bersama Ara, apalagi morning sickness yang dia alami tak kenal waktu.Dan pagi ini Dina terbangun dengan belitan erat di tubuhnya seperti belitan ular, dan saat membuka matanya, tangan dan kaki Angga sudah memeluk tubuhnya dengan erat.Dengan hati-hati Dina melepaskan pelukan itu dan membersihkan diri terlebih dahulu.Angga menggeliatkan tubuhnya, tidurnya benar-benar nyenyak, entah karena tubuhnya yang memang benar-bena
Read more

Ngidam

Angga tidak menyangka pekerjaan membuat rujak lebih sulit dari pada memeriksa laporan keuangan perusahaan. Padahal dia sudah dibantu oleh Bibi yang sudah berpengalaman membuat berbagai makanan sejak dia masih kecil, termasuk rujak yang diinginkan Dina ini. “Ngupas buahnya jangan terlalu tipis atau tebal, Tuan, harus pas.” Dan Angga tentu saja kesulitan mengartikan kupasan buah yang pas itu bagaimana selama ini dia hanya tahu buah yang sudah dipotong dan tertata rapi di atas piring, dan dengan senang hati akan dia masukkan ke dalam mulutnya. Siapa yang menyangka prosesnya akan seribet ini. “Apa bibi nggak punya pisau khusus, agar ketebalan kupasannya sama di semua tempat.” Bibi hanya bisa memandang Angga dengan bengong, dia tidak pernah tahu ada pisau khusus untuk mengupas mangga muda, setahunya asal pisaunya bersih dan tajam bisa untuk mengupas mangga. “Nggak ada, Tuan, bibi biasanya juga pakai pisau itu, biar bibi kupaskan saja kalau begitu,” tawar Bibi y
Read more

Tak Mau Berharap

Kepindahan Dina dari rumah yang dia tempati sejak menikah dengan Angga memang hanya diketahui beberapa orang saja. Angga memang sengaja merahasiakannya, untuk mencegah adanya scandal yang akan terjadi. Bukan tak mungkin kalau itu sampai tersebar akan sangat mengganggu Dina dan anak-anaknya. Orang kadang tak peduli dengan perasaan orang lain yang penting apa yang dia inginkan dapat tercapai. “Om...” Dina sedikit terkejut setelah melihat siapa yang berdiri di depan pintu rumahnya. Dina memandang para pengawal yang berjaga di halaman, mereka mengijinkannya masuk? “Apa om tidak boleh masuk?” tanya sang tamu lagi. Dina tersenyum tak enak hati dan mempersilahkan dua orang itu masuk. “Silahkan duduk, om dan tante?” kata Dina sedikit ragu dengan panggilan yang dia berikan, terutama pada wanita yang datang bersama laki-laki yang dipanggilnya om itu. Sekilas Dina menoleh pada Angga yang terlihat tersenyum ramah pada mereka, apa suaminya itu sudah tahu akan a
Read more

Bayi Keira

Dalam perjalanan ke rumah sang mama untuk peringatan keatian Keira, Dina menceritakan semuanya pada Angga, tentang dia yang sudah memberitahukan keputusannya pada sang paman dan juga alasan sang paman untuk mendesaknya. “Kurasa itu hal yang wajar, Om Hendra bisa saja menguasai semuanya, tapi dia malah mau repot-repot mencarimu, bukankah itu artinya dia memang benar-benar menyayangimu.” “Yah, bagaimanapun aku senang ternyata aku masih memiliki keluarga.” “Aku dan anak-anak juga keluargamu kalau kamu lupa,” jawab Angga tak terima. Dina memutar bola matanya malas. “Mkasudku keluarga kandungku, aku yang hamil kenapa kamu yang sensitif.” “Wajarkan yang di dalam perutmu itu anakku.” “Sok tahu.” “Bukan sok tahu memang tahu, aku bisa merasakannya, lagi pula harga dirimu terlalu tinggi kalau harus berselingkuh.” Dina memalingkan muka, memang benar yang Angga katakan tapi dia enggan untuk mengakui. Dina sudah bosan untuk mengemis perhatian dari suaminy
Read more

Ibu dan Anak

“Menjadi figur orang tua yang lengkap.”Dina dan Angga berpandangan sama-sama tak mengerti dengan maksud laki-laki di depannya ini. dalam hati mereka was-was juga, keluarga Hartono kadang memiliki pemikiran di luar nalar yang berpotensi membuat pusing kepala. “Apa maksudmu bukankah tadi kamu bilang akan mengadopsinya?”Anton terlihat salah tingkah, dia mengetuk-ngetuk permukaan meja di depannya dengan pelan, mungkin itu caranya untuk mendapatkan kembali ketenangannya. “Aku laki-laki lajang yang belum pernah menikah apalagi memiliki anak.” Dia terdiam sejenak mengamati kedua orang di depannya. “Aku tidak mau anak itu dibesarkan oleh pengasuh, aku akan merawatnya sendiri seperti anak kandungku, mungkin itu bisa menebus kesalahanku pada Steven dan anak itu.” “Apa kamu masih mencintai Keira?” tanya Angga tiba-tiba. Dina sempat mengangkat alisnya saat mendengar pertanyaan Angga. “Kenapa? Apa Om tidak terima?” Anton tersenyum usil pada Angga. Angga be
Read more

Babak Baru

Waktu sepertinya berlari dengan sangat cepat, dua bulan sudah sejak kematia Keira, usia kandungan Dina juga sudah memasuki trisemester ke dua, tapi wanita itu masih begitu lincah untuk melakukan semua pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya tanpa melupakan perannya sebagai seorang istri dan ibu dari ketiga anaknya. Begitu juga hubungannya dengan Angga yang sudah memiliki banyak kemajuan, yah setidaknya mereka bisa tinggal bersama layaknya suami istri pada umumnya. Tepat satu bulan setelah meninggalnya Keira memang Angga sakit, laki-laki itu tiba-tiba pingsan setelah memimpin sebuah meeting, Bara yang saat ini mendampinginya sigap membawanya ke rumah sakit terdekat dan menguhubungi Dina yang langsung datang dengan wajah penuh kekhawatiran. Ternyata Angga hanya kelelahan dan banyak beban pikiran, aplagi usia Angga yang tidak bisa dikatakan muda. Dina yang mendengar itu merasa sangat bersalah, dia merasa Angga terlalu lelah karena harus bolak-balik pagi dan malam dari
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
29
DMCA.com Protection Status