Home / Pernikahan / Wanita Kedua / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Wanita Kedua: Chapter 221 - Chapter 230

285 Chapters

Salah Pilih

“Aku ingin melihat bayiku, Mas.,” itu yang Keira katakan saat Angga memasuki ruang rawatnya. Sore itu Angga memang menyempatkan diri mampir ke rumah sakit. Angga menatap suster yang menjaga Keira, seolah bertanya kenapa mereka tidak pergi, kalau hanya ingin melihat bayinya. “Non Keira ingin pergi dengan Tuan,” kata perawat itu dengan menunduk, dia sangat mengerti kalau Angga enggan sekali berdekatan dengan Keira, apalagi setelah sadar, Keira terus saja berulah yang membuat semua orang kerepotan. Sang perawat sangat paham memang dengan keengganan Angga, semula saat mulai bekerja dia merasa iba dengan Dina yang diduakan suaminya dengan wanita manja yang tak bisa apa-apa seperti Keira, sayangnya wanita manja itu berusia jauh lebih muda dan telah dipilih suaminya untuk dijadikan istri kedua. Tapi sekarang setelah melihat keterlibatan keluarga crazy rich itu, sang perawat berpikir lain, dia tak tahu apa di sini Angga yang begitu lemah sampai mau dipermainkan oleh wanita ya
Read more

Aku Tanpamu

Lelah itulah yang dirasakan Angga saat ini, laki-laki yang biasanya terkesan berwibawa itu kini terlihat kusut dan muram. Seharusnya Angga menjadi laki-laki yang paling bahagia dengan mempunyai dua istri yang cantik-cantik. Dulu dia berpikir mungkin Dina yang memang selalu mandiri dan bisa diandalkan tak akan terpengaruh dengan keputusannya mempunyai seorang istri lagi yang bisa membantu Dina mengurusnya dan anak-anak. Tapi lihat sekarang bukan Keira yang mengurusnya, malah istri mudanya itu yang sering kali harus dia urus, dengan berbagai macam ulahnya yang membuat pusing kepala. Baru satu hari Dina pergi berlibur harinya sudah kacau seperti neraka rasanya. Bukan tanpa alasan memang penampilan Angga seperti itu, selama pernikahannya dengan Dina, laki-laki itu sudah terbiasa diurus oleh sang istri dari bangun tidur sampai tidur, jadi tidak akan heran kalau selama Dina memilih pergi dari rumah ini, sulit bagi Angga untuk menyesuaikan diri, meski Dina masih tetap mengurusnya lewat
Read more

Satu Lagi

“Akhirnya kalian kembali juga,” kata Angga dengan senyum sejuta watt yang menghiasi wajahnya. Dia sudah duduk, berdiri lalu duduk lagi lebih dari satu jam yang lalu, laki-laki itu begitu antusias menyambut kepulangan keluarganya, lebay memang tapi itulah yang dia rasakan saat ini. di usianya yang sudah berkepala empat Angga baru tahu kalau keluarganya adalah hal yang terpenting dalam hidupnya, bukan pekerjaan yang selama ini dia perjuangkan siang dan malam. “Kita hanya pergi satu hari, bukan yang bertahun-tahun.” Bara yang ikut serta ke rumah ini memandang Angga dengan mengejek. “Beisik kamu.” Tanpa mempedulikan Bara lagi Angga langsung membantu anak-anak untuk turun dan menggandeng tangan istrinya hangat, tak dia pedulikan Bara yang berteriak-teriak memintanya membantu mengangkat barang-barang mereka. Pertanyaan basa basi seperti apa kabar? bagaimana liburannya? Membuat Dina cemberut, wanita itu ingin mandi sebentar, gerah rasanya tapi suaminya ini begitu c
Read more

Penawaran

“Aku akan memenuhi undangan Steven Hartono.” Angga memandang ponselnya memastikan kalau sambungan tak terputus. Dina masih tetap terdiam di ujung sana. “Halo, Din?” tanya Angga lagi. “Ok,” jawab Dina akhirnya singkat. Mungkin dia juga tak tahu harus bilang apa. Pagi itu Angga menghubungi istrinya setelah meeting yang dia lakukan dengan para staffnya. Kebiasaan rutin yang akhir-akhir ini selalu dilakukan oleh Angga, dia hanya ingin lebih dekat dengan istrinya meski mereka bekerja ditempat yang berbeda.Dan Dina juga pelan-pelan mulai terbuka padanya, istrinya itu juga tak segan menceritakan kegiatannya sehari-hari meski kadang Angga sedikit cemburu karena Brian yang terlalu perhatian pada Dina menurutnya, tapi itu hanya hal kecil yang tidak perlu dia besar-besarkan, dia berusaha percaya pada sang istri. “Apa kamu tidak ingin ikut? Aku bisa menjemputmu sebelum ke sana?” satu kebiasaan baru yang dilakuakn Angga adalah selalu mendatangi kantor istrinya jika makan
Read more

Tak Ada Perhatian

“Maksudmu mengakui kalau anak itu anak kandungku? Apa kamu lupa dengan test DNA yang akan dilakukan?” tanya Angga marah saat mengetahui dengan jelas arah pembicaraan Steven. “Jadi itu anakmu? Kamu berselingkuh dengan pacar kakakmu sendiri dan sekarang kamu tidak ingin ketahuan oleh kakakmu, makanya mengorbankan orang lain,” Angga berkata dengan takjub. Angga berdiri tak ada gunanya dia di sini dia pikir hanya Rudi Hartono yang bertindak gila tapi anaknya lebih gila lagi, mengakui anak itu anaknya yang benar saja, Dina bisa langsung pergi darinya, dia tak segila itu hanya karena Harta, jika boleh berbangga diri Angga lebih dari mampu untuk memberikan sebuah restoran untuk Dina. Kekayaan yang dia miliki memang masih kalah jauh dibandingkan dengan keluarga Hartono, tapi dia tak akan berbuat serendah itu hanya demi uang, sudah cukup dia menyesali keputusannya yang ceroboh dengan menerima permintaan Rudi Hartono dulu jangan sampai putranya juga ikut memanfaatkannya. “Tungg
Read more

Dua Bersaudara

Dina menatap prihatin pada laki-laki yang terduduk lemas di depannya. Wajah tampannya terlihat pucat, tatapan matanya yang biasanya tajam kini kosong seolah tak ada lagi kehidupan di dalamnya.Pemandangan itu terlihat menyedihkan, rasa iba itu langsung menyeruak dalam hati Dina, laki-laki di depannya ini begitu shock dengan hasil test DNA bayi merah yang baru saja lahir beberapa hari yang lalu, jika biasanya bayi lahir disambut dengan tawa bahagia orang tuanya, tapi bayi ini lahir dengan berbagai penolakan, oleh orang yang seharusnya mencintai dan menyayanginya. Bukan salah sang bayi memang dia tak pernah bisa memilih dari rahim siapa dia akan terlahir.Angga yang duduk di samping Dina hanya bisa memandang laki-laki di depannya, tidak ada yang bisa dia lakukan untuk membantu, lagi pula itu salahnya sendiri yang terlalu percaya pada Keira. Diam-diam Angga merasa lega, baginya selembar kertas itu bisa membuktikan kalau dia bukan ayah anak itu. Tapi berbeda artin
Read more

Berakhir?

"Anton terlihat sangat terpukul," kata Dina saat mereka sudah berjalan di lorong rumah sakit. "Tentu saja, dia terlalu menyayangi saudaranya dan mencintai Keira, tapi ternyata dua orang itu berkhianat padanya."Dina sendiri menggeleng tak habis pikir, cara yang mereka lakukan memang tak biasa untuk ukuran orang waras.Kasihan sekali Anton yang harus berada di tengah keluarga yang penuh tipu daya itu, laki-laki itu terlalu lurus untuk ukuran anggota keluarga Hartono."Apa yang akan terjadi pada bayi itu, secara hukum dia memang anakmu tapi jika keluarga itu yang mengasuh pasti akan ada gosip lagi?" tanya Dina yang begitu penasaran dengan nasib bayi itu."Entahlah, mungkin akan dibesarkan di luar negeri." "Bersama Keira? Kamu bilang Keira juga akan dibawa ke luar negeri?" Angga menggeleng. Keira memang bukan ibu yang baik untuk anak manapun setidaknya untuk sekarang, tapi bagaimanapun buruknya seorang ibu tetap saja seorang anak akan lebih baik dekat den
Read more

Pencitraan

Dina memandang sang suami dengan menuntut, tapi Angga yang sedang dalam mode panik itu tak mau menjawab apapun pertanyaan Dina, laki-laki itu berkonsentrasi untuk melajukan mobilnya dengan kecepatan penuh, membuat Dina akhirnya menyerah, hatinya diliputi kekhawatiran apalagi saat mobil yang mereka tumpangi memasuki pelataran rumah sakit yag baru beberapa jam lalu mereka tinggalkan. “Apa terjadi sesuatu pada Keira dan anaknya? Kenapa kamu terlihat panik begitu?” Bukannya menjawab Angga malah keluar dari mobilnya dan membantu Dina turun. “Tetap di sampingku, bahkan  jika kamu ingin ke toilet sekalipun.” “Hah!” Hanya itu  yang bisa Dina katakan, perbedaan tinggi badan mereka yang mencolok membuat Dina kesulitan mengikuti langkah kaki panjang Angga. “Ih, Mas lepaskan, cepat-cepat jalan saja sendiri,” sentak Dina kesal dengan tingkah laku Angga, dia juga penasaran apa yang terjadi, kenapa suaminya ini tidak mengatakan padanya, meskipun tergesa-gesa mereka berjala
Read more

Hilang?

Steven membanting pintu ruangan dengan kasar, dia bukan marah pada kakaknya yang telah memukulnya atau marah pada ayahnya yang melakukan test DNA hingga terbuka semuanya. Dia marah pada dirinya sendiri, entah bagaimana dia bisa memaafkan dirinya sendiri, tujuannya dulu hanya ingin memisahkan sang kakak dengan wanita parasit itu, tapi nyartanya dia memang lemah , Steven malah tergoda oleh wanita murahan itu dan berakhir dengan mereka berbagi ranjang yang sama, hanya sekali memang, kenyataan yang sangat disesali oleh Steven. Dia memang bukan laki-laki baik, dia sering bergonta ganti wanita di atas ranjangnya, tapi meniduri pacar kakaknya yang dia tahu hanya wanita culas yang ingin memanfaatkan sang kakak tidak pernah ada dalam benaknya. Apalagi saat dia menyadari sesuatu, malam itu dia sama sekali tidak memakai pengaman. Dia hanya bisa berharap kalau wanita itu meminum pil kb. Hatinya kembali tenang saat wanita itu tak muncul lagidalam hidupnya. Dan terakhir dia mend
Read more

Kegelapan

“Kita kembali aku bilang,” seru Keira marah. Kecepatan mobil bukannya berkurang malah bertambah, bahkan saat ada sebuah belokan, Steven juga tak memelankan laju mobilnya yang membuat Keira menjerit keras. “Kamu ingin kita mati bersama, ya,” bentak keira kasar untuk pertama kalinya dia kehilangan sikap manis dan lemah lembutnya di hadapan Steven. Steven malah tertawa seperti orang tidak waras membuat Keira makin takut. “Kenapa apa kamu takut,” ejeknya. “Ternyata Keira yang manis dan lembut takut mati juga,” lanjutnya semanis racun. “Seharusnya kamu siap untuk itu saat berani mempermainkan keluargaku, kamu pikir kamu seberharga itu untukku, kamu hanya sampah yang ingin aku buang.” Jika Keira marah dengan ucapan Steven wanita itu sudah tak berani menampakkannya, dia tahu saat ini dia sedang dalam bahaya, Steven orang yang terkenal kejam dan licik, dia bukan Angga atau Anton yang akan bersimpati padanya saat dia sudah menampilkan wajah memelas. Keira mem
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
29
DMCA.com Protection Status