Beranda / Pernikahan / Wanita Kedua / Bab 211 - Bab 220

Semua Bab Wanita Kedua: Bab 211 - Bab 220

285 Bab

Yang Berhak

“Mama tahu laki-laki itu?” Dina memandang mertuanya yang terdiam di sampingnya, memperhatikan Angga yang sedang berdebat di depan mereka. “Laki-laki itu beberapa kali mengunjungi Keira,” katanya sambil memandang Dina ragu. Satu kesadaran langsung mampir ke otak Dina. “Apa dia kekasih Keira, putra Rudi Hartono?” Sang mama hanya menggeleng dengan bingung. “Entahlah, Din, Keira hanya bilang dia temannya dulu saat mama bertanya.” “Kita ke sana saja, Ma.” Dina tak tahu apa yang mereka perdebatkan, dia juga tak melihat Rudi Hartono dimanapun, padahal jelas sekali Dina melihat Angga tadi menghubunginya dan mengatakan kalau kemungkinan Keira akan melahirkan. Lorong rumah sakit yang tidak bisa dikatakan sepi bahkan tak mampu meredam perdebatan dua orang itu, beberapa orang terlihat menengok pada mereka dengan wajah ingin tahu. Angga yang dikenal Dina bukan orang yang ceroboh sampai dia harus bertengkar di muka umum seperti ini, apa ada hal yang gawat dengan Keir
Baca selengkapnya

Test DNA

Kalau dipikir-pikir memang tanggapan Dina ada benarnya juga, kenapa dia tadi harus marah pada laki-laki itu, toh memang sejak awal dia sudah tahu kalau ayah dari anak yang dikandung Keira adalah salah satu dari putra Rudi Hartono, jika memang laki-laki ini mengatakan dengan begitu yakin jadi apa masalahnya sekarang? Nah lho, kenapa Angga juga jadi bingung? “Jadi kamu ikutan nyumbang?” tanya Dina enteng,  dia bukannya tak sakit hati jika memang hal itu yang terjadi, Dina hanya mencoba untuk percaya pada apa yang telah diceritakan suaminya. “Nyumbang apa? kamu tahu sendiri aku hanya pernah tidur dengan kamu dan Laras saja,” jawab Angga tak terima. “Ya jadi biasa saja nggak usah nyolot.” “Aku hanya tak terima dibilang merayu Keira dan meninggalkannya, yang menyodorkan Keira padaku juga ayahnya.” Angga masih menatap garang laki-laki itu. “Ya memang ayahnya yang nyodorin, tapi kamu terima juga.” Angga langsung kicep, tak tahu harus bicara apa, Dina mema
Baca selengkapnya

Tak Terduga

Dina hanya berharap dalam diri bayi itu benar-benar mengalir darah salah satu putra Rudi Hartono, entah yang mana Dina tak peduli, yang jelas dengan begitu nasib bayi itu lebih jelas, mereka keluarga kaya raya meski mungkin saja kasih sayang yang akan bayi itu dapatkan masih belum jelas tapi setidaknya dia  tak akan merasakan kekurangan materi, syukur-syukur kalau orang tuanya mau mengasuhnya sendiri. Bukan harapan yang terlalu muluk memang, melihat sikap Anton Hartono yang mau bersusah payah menemui Keira dan mengakui anaknya. Bayi baru lahir adalah mahluk suci yang tidak memiliki dosa apapun, dia tak pernah bisa memilih untuk lahir dari orang tua yang bagaimana. Perbuatan orang tuanyalah yang menyebabkan mereka memiliki nasib yang buruk. “Apa yang terjadi kalau anak itu bukan keturunan Hartono?” tanya Dina pada Angga, yang masih menatap bayi dalam kotak kaca itu, sedangkan Anton Hartono dengan terpaksa mengikuti langkah ayahnya yang ingin melakukan test DNA pada bay
Baca selengkapnya

Resah

“Mama nggak bisa begitu, Ma,” seru Angga tak terima.Malam itu seelah memastikan Keira aman dan dijaga oleh perawatnya dan juga ada Anton Hartono yang dengan ngeyelnya ingin menjaga Keira di sana, Angga akhirnya bisa pulang dengan tenang, dan bukan tempat tinggalnya yang pertama kali dia datangi tadi rumah mamanya, dan saat ini Dina dan anak-anak juga menginap di sini, hal yang sejak lama tidak dilakukan Dina saat Keira tinggal bersama mamanya. Dengan alasan sang mama yang sedang kangen dengan cucunya, Dina harus rela menginap di sini, bukan masalah sebenarnya karena besok akhir pekan dan waktunya mereka libur sejenak dari aktivitas rutin seperti sekolah dan kerja, tapi yang dipermasalahkan Angga adalah mereka akan pergi liburan tanpa mengajaknya. Oh Angga memang bisa saja menyusul ke sana dia bukan anak kecil lagi yang akan menangis saat ditinggal mamanya untuk berlibur, dia sudah terlalu tua untuk itu, tapi saat ini dia punya tanggung jawab lain yang harus dia sel
Baca selengkapnya

Merelakan

Mamanya pasti sudah gila, kenapa malah meminta Bara menjaga Dina, laki-laki itu ikut saja sudah membuat Angga kegerahan, apalagi membayangkan mereka yang kemana-mana berdua, karena keinginan mamanya. Kepala Angga rasanya pusing luar biasa. Dadanya seakan tebakar. “Tapi Angga suami Dina, jadi Angga yang harus menjaganya.” “Semua orang juga tahu, meski kamu seenaknya punya istri muda, tapi yang dikenal sebagai Nyonya Anggara Wicaksana itu ya Dina, bukan orang lain, kamu nggak usah mengatakan hal yang sudah mama tahu sejak lama.” Wanita senior itu sudah mulai sebal dengan sikap putranya.“Sudah tidak ada lagi masalah, pokoknya besok kami akan liburan, kamu urusin saja Keira, kurang baik apa coba mama, mengajak istrimu liburan di saat kamu sibuk mengurus istri mudamu itu, biasanya laki-laki yang punya istri dua malah senang bukannya marah-marah seperti kamu,” sindiran telak itu hanya mampu membuat Angga tersenyum masam. Mamanya sangat tahu caranya membuat An
Baca selengkapnya

Antara Kita

Dina melepaskan belitan tangan Angga yang seperti ular piton yang membelit mangsanya, meski sudah mengijinkan Dina dan anak-anak liburan tanpanya, Dina bisa merasakan kalau laki-laki itu sedikit merajuk, tapi apa peduli Dina, yang penting ijin itu sudah turun. Mau terpaksa kek mau enggak yang penting sudah deal. Dan hari ini mereka akan berangkat liburan. Hore!“Mas aku mau siap-siap, lepasin dulu.” “Ini masih pagi, kalian bisa berangkat agak siangan,” jawab Angga tak peduli dan makin mengeratkan pelukannya di tubuh Dina. “Keburu macet, sudah aku mau bangun, kalau kamu mau tidur, tidur saja lagi.” Angga langsung bangun dan berdiri di depan Dina yang akan membawa tas  berisi keperluananya ke bawah. “Mana enak tidur di sini tanpa kamu, sini biar aku bawakan.” Angga mengambil tas itu dari tangan sang istri, Dina hanya bisa melongo tak mengerti. “katanya tadi masih pagi,” dumelnya sebal. “Sudah kamu mandi saja, biar aku yang siapin anak-anak.” “Eh,
Baca selengkapnya

Sebuah Rasa

Ada yang berbeda dari mereka berdua, Dina memperhatikannya dalam diam, sejak tiba tadi pagi mereka memang masih bertingkah seperti biasa jika tidak saling bertatap muka. Akan tetapi jika tak sengaja bertatapan, Bara akan mengalihkan pandangannya dan Hera yang menunduk dalam, Ada apa bukankah saat di rumah sakit mereka terlihat sangat akur?Dina memang bukan orang yang sangat kepo seperti Siska, tapi dia juga bukan orang yang akan cuek saja melihat keanehan di depan matanya, dia sudah banyak belajar dalam hidup ini, hal-hal kecil saja bisa menjadi petunjuk sebuah peristiwa besar. Dalam hati Dina tersenyum geli, dia sudah seperti detektif saja yang suka menganalisa segalanya. Tapi instingnya yang terbiasa bekerja untuk menilai karakter orang menjadi sangat tajam. Dan Dina yakin sesuatu telah terjadi pada mereka berdua. “Wangi sekali baunya.” Dina melangkah menghampiri dua orang itu, Dina memandang mangkuk yang masih mengepulkan uap tipis yang dibawa Hera. “Ini sup
Baca selengkapnya

Peluang

Jika Bara sudah menutup pembicaraan dan mengindikasikan tak ingin orang lain ikut campur dalam urusannya Dina bisa apa, wanita itu tak mungkin memaksakan kehendaknya untuk tahu dengan jelas persoalan mereka berdua. “Kamu orang baik, Bar, aku hanya berharap kamu bisa memiliki seseorang yang juga mencintaimu tulus.” Bara hanya tersenyum sambil mengangguk. “Mbak sendiri bagaimana? apa yang akan mbak lakukan setelah ini, kalian sudah berpisah rumah apa akan berpisah selamanya?” “Entahlah, aku bisa merasakan kalau Mas Angga mulai mencintaiku, tapi hatiku masih ragu untuk menerimanya seperti dulu.” Bara mengangguk mengerti, masalah ini memang cukup rumit untuk posisi Angga, dengan adanya anak dari Keira tidak mungkin Angga begitu saja lepas tangan dan mencerikan wanita itu. tapi di sisi Dinapun merasa tak nyaman dengan kehadiran Keira di antara mereka. “Saat ini mereka masih menunggu hasil test DNA,” kata Dina tiba-tiba, enta mengapa dia ingin mengatakannya pada B
Baca selengkapnya

Luka

Makan malam di alam terbuka berhiaskan cahaya bulan dan juga nyanyian binatang malam yang dengan bangga memperdengarkan suaranya membuat suasana yang indah itu makin romantis. Makanan yang mengeluarkan bau yang harum semakin membuat perut kelaparan, bukan jenis makan malam mewah seperti yang sering terlihat di restoran mewah, hanya menu desa dengan berbagai macam lalapan yang dipetik dari hasil kebun sendiri dan berbagai macam sambal yang membuat air liur menetes. Ini bukan malam romantis seperti kebanyakan pasangan yang lain, ini hanya sekedar makan malam keluarga yang penuh kehangatan. Dina tertawa melihat expresi suaminya yang gondok berat saat dia melakukan panggilan video dengan latar belkang meja makan itu. Bara bahkan dengan tak berperasaan, duduk di dekat Dina dan makan ikan bakar dengan nikmatnya. Sungguh jika saja Bara ada di dekatnya, Angga akan dengan senang hati memukul kepalanya. “Kalian di sana berpesta aku di sini kelaparan,” keluh Angga.“Sal
Baca selengkapnya

Menyerah

Hera mengetuk kamar Dina dengan pelan, sebenarnya dia ragu untuk bicara dengan sang nyonya, tapi mau bagaimana lagi, dia sadar sikapnya sudah membuat suasana tak nyaman untuk Bara terutama. Sang Nyonya baru saja menidurkan putra putrinya dan masuk ke kamarnya sendiri, Hera yakin Dina belum tidur, dia hapal betul kebiasaan sang nyonya yang selalu membaca di malam hari. “Semoga Nyonya tidak keberatan,” doa Hera salam hati. Hera segera membuka pintu kamar yang memang tidak dikunci dengan sebelah tangannya, tangannya yang lain menahan nampan yang berisi air minum dan potongan buah titipan bibi. “Maaf Nyonya saya mau mengantarkan ini.” Benar saja Dina sedang asyik membaca bukunya, sejenak dia menghentikan bacaannya dan menatap Hera dengan senyuman.”Taruh di meja saja, Her, terima kasih.” Hera meletakkan nampan itu dengan hati-hati, memalukan memang, dia yang seorang pengawal, terbiasa dengan berbagai orang-orang kasar dan harus tegas dalam berbagai tindakan
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2021222324
...
29
DMCA.com Protection Status