Share

Luka

Penulis: Ajeng padmi
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Makan malam di alam terbuka berhiaskan cahaya bulan dan juga nyanyian binatang malam yang dengan bangga memperdengarkan suaranya membuat suasana yang indah itu makin romantis.

Makanan yang mengeluarkan bau yang harum semakin membuat perut kelaparan, bukan jenis makan malam mewah seperti yang sering terlihat di restoran mewah, hanya menu desa dengan berbagai macam lalapan yang dipetik dari hasil kebun sendiri dan berbagai macam sambal yang membuat air liur menetes.

Ini bukan malam romantis seperti kebanyakan pasangan yang lain, ini hanya sekedar makan malam keluarga yang penuh kehangatan.

Dina tertawa melihat expresi suaminya yang gondok berat saat dia melakukan panggilan video dengan latar belkang meja makan itu. Bara bahkan dengan tak berperasaan, duduk di dekat Dina dan makan ikan bakar dengan nikmatnya.

Sungguh jika saja Bara ada di dekatnya, Angga akan dengan senang hati memukul kepalanya. “Kalian di sana berpesta aku di sini kelaparan,” keluh Angga.

“Sal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Wanita Kedua   Menyerah

    Hera mengetuk kamar Dina dengan pelan, sebenarnya dia ragu untuk bicara dengan sang nyonya, tapi mau bagaimana lagi, dia sadar sikapnya sudah membuat suasana tak nyaman untuk Bara terutama. Sang Nyonya baru saja menidurkan putra putrinya dan masuk ke kamarnya sendiri, Hera yakin Dina belum tidur, dia hapal betul kebiasaan sang nyonya yang selalu membaca di malam hari. “Semoga Nyonya tidak keberatan,” doa Hera salam hati. Hera segera membuka pintu kamar yang memang tidak dikunci dengan sebelah tangannya, tangannya yang lain menahan nampan yang berisi air minum dan potongan buah titipan bibi. “Maaf Nyonya saya mau mengantarkan ini.” Benar saja Dina sedang asyik membaca bukunya, sejenak dia menghentikan bacaannya dan menatap Hera dengan senyuman.”Taruh di meja saja, Her, terima kasih.” Hera meletakkan nampan itu dengan hati-hati, memalukan memang, dia yang seorang pengawal, terbiasa dengan berbagai orang-orang kasar dan harus tegas dalam berbagai tindakan

  • Wanita Kedua   Salah Pilih

    “Aku ingin melihat bayiku, Mas.,” itu yang Keira katakan saat Angga memasuki ruang rawatnya. Sore itu Angga memang menyempatkan diri mampir ke rumah sakit. Angga menatap suster yang menjaga Keira, seolah bertanya kenapa mereka tidak pergi, kalau hanya ingin melihat bayinya. “Non Keira ingin pergi dengan Tuan,” kata perawat itu dengan menunduk, dia sangat mengerti kalau Angga enggan sekali berdekatan dengan Keira, apalagi setelah sadar, Keira terus saja berulah yang membuat semua orang kerepotan. Sang perawat sangat paham memang dengan keengganan Angga, semula saat mulai bekerja dia merasa iba dengan Dina yang diduakan suaminya dengan wanita manja yang tak bisa apa-apa seperti Keira, sayangnya wanita manja itu berusia jauh lebih muda dan telah dipilih suaminya untuk dijadikan istri kedua. Tapi sekarang setelah melihat keterlibatan keluarga crazy rich itu, sang perawat berpikir lain, dia tak tahu apa di sini Angga yang begitu lemah sampai mau dipermainkan oleh wanita ya

  • Wanita Kedua   Aku Tanpamu

    Lelah itulah yang dirasakan Angga saat ini, laki-laki yang biasanya terkesan berwibawa itu kini terlihat kusut dan muram. Seharusnya Angga menjadi laki-laki yang paling bahagia dengan mempunyai dua istri yang cantik-cantik. Dulu dia berpikir mungkin Dina yang memang selalu mandiri dan bisa diandalkan tak akan terpengaruh dengan keputusannya mempunyai seorang istri lagi yang bisa membantu Dina mengurusnya dan anak-anak. Tapi lihat sekarang bukan Keira yang mengurusnya, malah istri mudanya itu yang sering kali harus dia urus, dengan berbagai macam ulahnya yang membuat pusing kepala. Baru satu hari Dina pergi berlibur harinya sudah kacau seperti neraka rasanya. Bukan tanpa alasan memang penampilan Angga seperti itu, selama pernikahannya dengan Dina, laki-laki itu sudah terbiasa diurus oleh sang istri dari bangun tidur sampai tidur, jadi tidak akan heran kalau selama Dina memilih pergi dari rumah ini, sulit bagi Angga untuk menyesuaikan diri, meski Dina masih tetap mengurusnya lewat

  • Wanita Kedua   Satu Lagi

    “Akhirnya kalian kembali juga,” kata Angga dengan senyum sejuta watt yang menghiasi wajahnya. Dia sudah duduk, berdiri lalu duduk lagi lebih dari satu jam yang lalu, laki-laki itu begitu antusias menyambut kepulangan keluarganya, lebay memang tapi itulah yang dia rasakan saat ini. di usianya yang sudah berkepala empat Angga baru tahu kalau keluarganya adalah hal yang terpenting dalam hidupnya, bukan pekerjaan yang selama ini dia perjuangkan siang dan malam. “Kita hanya pergi satu hari, bukan yang bertahun-tahun.” Bara yang ikut serta ke rumah ini memandang Angga dengan mengejek. “Beisik kamu.” Tanpa mempedulikan Bara lagi Angga langsung membantu anak-anak untuk turun dan menggandeng tangan istrinya hangat, tak dia pedulikan Bara yang berteriak-teriak memintanya membantu mengangkat barang-barang mereka. Pertanyaan basa basi seperti apa kabar? bagaimana liburannya? Membuat Dina cemberut, wanita itu ingin mandi sebentar, gerah rasanya tapi suaminya ini begitu c

  • Wanita Kedua   Penawaran

    “Aku akan memenuhi undangan Steven Hartono.” Angga memandang ponselnya memastikan kalau sambungan tak terputus. Dina masih tetap terdiam di ujung sana. “Halo, Din?” tanya Angga lagi. “Ok,” jawab Dina akhirnya singkat. Mungkin dia juga tak tahu harus bilang apa. Pagi itu Angga menghubungi istrinya setelah meeting yang dia lakukan dengan para staffnya. Kebiasaan rutin yang akhir-akhir ini selalu dilakukan oleh Angga, dia hanya ingin lebih dekat dengan istrinya meski mereka bekerja ditempat yang berbeda.Dan Dina juga pelan-pelan mulai terbuka padanya, istrinya itu juga tak segan menceritakan kegiatannya sehari-hari meski kadang Angga sedikit cemburu karena Brian yang terlalu perhatian pada Dina menurutnya, tapi itu hanya hal kecil yang tidak perlu dia besar-besarkan, dia berusaha percaya pada sang istri. “Apa kamu tidak ingin ikut? Aku bisa menjemputmu sebelum ke sana?” satu kebiasaan baru yang dilakuakn Angga adalah selalu mendatangi kantor istrinya jika makan

  • Wanita Kedua   Tak Ada Perhatian

    “Maksudmu mengakui kalau anak itu anak kandungku? Apa kamu lupa dengan test DNA yang akan dilakukan?” tanya Angga marah saat mengetahui dengan jelas arah pembicaraan Steven. “Jadi itu anakmu? Kamu berselingkuh dengan pacar kakakmu sendiri dan sekarang kamu tidak ingin ketahuan oleh kakakmu, makanya mengorbankan orang lain,” Angga berkata dengan takjub. Angga berdiri tak ada gunanya dia di sini dia pikir hanya Rudi Hartono yang bertindak gila tapi anaknya lebih gila lagi, mengakui anak itu anaknya yang benar saja, Dina bisa langsung pergi darinya, dia tak segila itu hanya karena Harta, jika boleh berbangga diri Angga lebih dari mampu untuk memberikan sebuah restoran untuk Dina. Kekayaan yang dia miliki memang masih kalah jauh dibandingkan dengan keluarga Hartono, tapi dia tak akan berbuat serendah itu hanya demi uang, sudah cukup dia menyesali keputusannya yang ceroboh dengan menerima permintaan Rudi Hartono dulu jangan sampai putranya juga ikut memanfaatkannya. “Tungg

  • Wanita Kedua   Dua Bersaudara

    Dina menatap prihatin pada laki-laki yang terduduk lemas di depannya. Wajah tampannya terlihat pucat, tatapan matanya yang biasanya tajam kini kosong seolah tak ada lagi kehidupan di dalamnya.Pemandangan itu terlihat menyedihkan, rasa iba itu langsung menyeruak dalam hati Dina, laki-laki di depannya ini begitu shock dengan hasil test DNA bayi merah yang baru saja lahir beberapa hari yang lalu, jika biasanya bayi lahir disambut dengan tawa bahagia orang tuanya, tapi bayi ini lahir dengan berbagai penolakan, oleh orang yang seharusnya mencintai dan menyayanginya. Bukan salah sang bayi memang dia tak pernah bisa memilih dari rahim siapa dia akan terlahir.Angga yang duduk di samping Dina hanya bisa memandang laki-laki di depannya, tidak ada yang bisa dia lakukan untuk membantu, lagi pula itu salahnya sendiri yang terlalu percaya pada Keira. Diam-diam Angga merasa lega, baginya selembar kertas itu bisa membuktikan kalau dia bukan ayah anak itu. Tapi berbeda artin

  • Wanita Kedua   Berakhir?

    "Anton terlihat sangat terpukul," kata Dina saat mereka sudah berjalan di lorong rumah sakit. "Tentu saja, dia terlalu menyayangi saudaranya dan mencintai Keira, tapi ternyata dua orang itu berkhianat padanya."Dina sendiri menggeleng tak habis pikir, cara yang mereka lakukan memang tak biasa untuk ukuran orang waras.Kasihan sekali Anton yang harus berada di tengah keluarga yang penuh tipu daya itu, laki-laki itu terlalu lurus untuk ukuran anggota keluarga Hartono."Apa yang akan terjadi pada bayi itu, secara hukum dia memang anakmu tapi jika keluarga itu yang mengasuh pasti akan ada gosip lagi?" tanya Dina yang begitu penasaran dengan nasib bayi itu."Entahlah, mungkin akan dibesarkan di luar negeri." "Bersama Keira? Kamu bilang Keira juga akan dibawa ke luar negeri?" Angga menggeleng. Keira memang bukan ibu yang baik untuk anak manapun setidaknya untuk sekarang, tapi bagaimanapun buruknya seorang ibu tetap saja seorang anak akan lebih baik dekat den

Bab terbaru

  • Wanita Kedua   Exp Angga-Dina: Cinta Sederhana

    "Bu Dina dilarikan ke rumah sakit."Pesan salah satu anak buahnya, membuat Angga langsung meninggalkan semua pekerjaannya.Dia melangkah terburu-buru, ingin rasanya dia terbang supaya cepat sampai, dia merutuki dirinya sendiri kenapa harus ada masalah di kantor saat seperti ini, padahal dia sudah berusaha membereskan pekerjaannya dan menemani Dina yang sedang hamil tua. Syukurlah Bara sangat bisa diandalkan di saat seperti ini, dia juga meminjamkan sang istri, Hera untuk menjaga Dina."Bagaimana keadaan Dina?" tanya Angga tak sabar saat melihat Hera terduduk di kursi tunggu."Masih ditangani dokter."Tanpa membuang waktu Angga menuju ruangan yang ditunjuk Hera."Eh pak kita tunggu di sini saja nggak boleh masuk!" Tapi Angga tampaknya tak peduli."Sus, dimana istri saya?" tanyanya pada seorang perawat."Istri Bapak siapa?" tanya sang perawat bingung."Dina, Sus, istri saya yang akan melahirkan."Untunglah sang perawat punya kesabaran lebih

  • Wanita Kedua   Exp Angga-Dina: Kejutan

    “Ciee mbak Dina... sebentar lagi akan jadi mertuanya Pak Brian.” Dina bahkan baru saja menginjakkan kakinya di lobi kantor, terdengar suara membahana Siska yang membuatnya melongo tak mengerti. Dia akan jadi mertuanya Pak Brian, seingatnya dia memang punya dua orang putri cantik Arsyi dan Ara dan usia keduanyapun masih anak-anak. Tak mungkinkan Brian mau menikahi salah satu dari dua bocilnya itu. Jadi anak yang mana yang dimaksud Siska?“Kamu belum sarapan ya, Sis, sana ke kantin dulu atau ke cafe depan, biar kamu lebih fokus ngomongnya,” kata dina sedikit jengkel. “Gratis, Mbak?” “Apanya?’ “Makannyalah katanya tadi suruh makan.” “Makannya gratis, tapi setelah itu kamu harus cuci piring.” “Mbak Dina kayak ibu tiri saja. kejam.” “Bahkan anak tiriku bilang aku baik hati.” “Ups aku lupa kalau memang mbak Dina ibu tiri.” Dina segera meneruskan langkahnya , ngobrol dengan Siska tak akan ada habisnya. “Eh, Mbak tunggu, tapi aku serius soal Pak Brian yang akan menikah dan jadi m

  • Wanita Kedua   Exp Brian: Sehangat Mentari

    Brian memasuki kamarnya dengan hati bercabang, dia sebenarnya juga terkejut dengan keputusannya sendiri yang mengatakan kalau Sinta adalah calon istrinya. Dan lebih buruknya lagi dia mengatakannya di depan sang mama, wanita yang sangat dia sayangi dan tidak ingin dia kecewakan. Sekarang apa yang akan dia lakukan? Tetap menikahi Sinta seperti perkataannya tadi atau menjelaskan semuanya dengan resiko membuat mamanya kecewa. “Apa kamu yakin mau menjadikannya istri dan atas dasar apa keinginanmu itu?”Pertanyaan sang mama seolah terus terngiang di dalam otaknya membuatnya pusing luar biasa, dia bahkan tak bisa menjawab pertanyaan itu dan dengan pengecut, dia malah mengalihkan pembicaraan pada hal lain. Syukurlah sang mama cukup bijak untuk tak terus mendesaknya dan memberikan waktu untuknya menelaah rasa yang ada di hati.Tapi sekarang dia bingung sendiri apa yang harus dia katakan pada Sinta, gadis itu pasti juga membuatuhkan penjelasan darinya. Mulutnya kadang-

  • Wanita Kedua   Exp Brian: Tak Terduga

    Mobil yang dikendarai Brian tiba di halaman rumah yang ditunjukkan Sinta. Dengan senyum terima kasih atas semua kebaikan Brian, gadis itu mengangguk dan turun dari dalam mobil.“Sin, tunggu.” Gadis itu menoleh dan terlihat Brian sudah turun dari mobil mewahnya. “Telepon aku jika kamu butuh tumpangan untuk pulang.” Sinta sudah akan membuka mulutnya menjawab tawaran Brian, tapi tubuhnya langsung tersentak saat sebuah gagang sapu memukul punggungnya dengan keras, sakit sekali. “Dasar anak tak tahu diuntung, sudah numpang bikin malu saja, berikan gajimu padaku.”Rasa sakit di punggungnya bahkan jadi tak terasa saat dia bersitatap dengan mata Brian yang memandang semua ini dengan tatapan tak percaya. “Iya, Bi, kita masuk dulu.... terima kasih sudah mengantar saya, Pak.” Sang Bibi memandang Brian dari atas sampai bawah, penampilan Brian yang sangat tampan dan juga semua benda yang melekat dalam tubuhnya meneriakkan kata mahal... dan jangan lupakan mobil me

  • Wanita Kedua   Exp Brian: Malam Panjang

    Dalam kegelapan, Brian terduduk diam dalam mobilnya yang sewarna malam, matanya begitu tajam mengawasi seorang gadis yang terlihat tersenyum bersama teman-temannya di seberang sana. Sampai satu persatu gadis-gadis itu pergi dari sana, tinggallah Sinta, gadis mungil dengan kuncir ekor kuda yang sesekali melihat arloji di pergelangan tangannya. Brian terus mengamati dalam diam, bahkan sampai setengah jam, yang ditunggu gadis itu tak juga datang, tapi gadis itu tetap menunggu di sana. Malam yang kian beranjak membuat suasana menjadi sepi, bahkan semua toko yang tadi masih ramai dengan pembeli sudah membenahi barang dagangannya. “Apa dia tak takut semakam ini pulang sendiri,” gumam Brian tak senang. Dia sudah akan membuka pintu mobilnya, saat sebuah motor menghampirinya dan terlihat gadis itu menerima uluran helm dari si pengendara dan bergegas naik keboncengannya. Brian cepat-cepat menstater mobilnya untuk mengikuti motor itu sambil terus menjaga jarak ama

  • Wanita Kedua   Exp Brian: Teman?

    Setelah dengan penuh perjuangan mengantar Winda ke rumahnya, akhirnya Brian bisa bernapas lega dia bisa terbebas dari wanita itu, dia bahkan tak habis pikir bagaimana mamanya yang biasanya sangat kalem dan anggun itu bisa menyukai wanita agresif seperti itu untuk dikenalkan padanya. Apa dia terlihat setak laku itu, usianya baru tiga puluh dua tahun, usia yang belum terlalu tua untuk laki-laki sepertinya. Dan yang lebih menyebalkan lagi, wanita itu dengan tak tahu malunya mengambil hadiah yang akan dia berikan pada Sinta. Brian menghela napas dalam berusaha menetralkan perasaannya, dia ingin menemui Sinta, tapi tentu saja tidak dengan tangan kosong. “Ah! Dasar sialan,” maki Brian kesal. Dia harus memikirkan hadiah apa yang bisa dia bawa untuk Sinta, memang bukan keharusan, Sinta juga tidak sedang berulang tahun, tapi tetap saja, Brian merasa tak nyaman.Dengan tergesa dia meminggirkan mobilnya, sejenak dia menimbang apakah akan menghubungi Dina atau S

  • Wanita Kedua   Exp Brian: Kotak Biru

    Brian menatap pita rambut itu dengan senyum terselit di bibirnya, dia bisa membayangkan Sinta pasti akan terlihat sangat manis mengenakan ini. Satu minggu sudah Brian ada di Bali, berlibur sekaligus bekerja, karena meski dia mengajukan cuti kerja, nyatanya pikirannya malah melayang kemana-mana. Bahkan saat mengikuti Arga melakukan pemotretan ke berbagai tempat dan melihat pemandangan yang sangat indah termasuk wanita-wanita cantik yang bertebaran tak membuatnya bisa melupakan bayangan wajah belia yang selalu menghantui pikirannya. Jadi dia memutuskan tetap bekerja di hari kedua cutinya, yang membuat sang paman yang menerima laporan entah dari siapa menghubunginya hanya untuk menertawakan keputusan anehnya. “Kamu memang tak pantas untuk cuti, sudahlah bekerja saja, sedekahkan cutimu untuk yang membutuhkan.”Brian hanya bisa tersenyum kecut, meski pamannya di seberang sana pasti tak bisa melihatnya, mau apalagi, tidak mungkinkan dia mengomel pada pamannya yang

  • Wanita Kedua   Exp Brian: Move on

    Sebuah proyek pembangunan sekolah luar biasa di Bali. Brian memandang informasi yang baru saja masuk ke ponselnya dengan penuh pertimbangan. Ini memang bukan tugasnya untuk meninjau secara langsung, tapi dia bisa mengajukan diri untuk ikut meninjau ke sana, memastikan sarana dan prasarana apa yang dibutuhkan di sana. “Saya akan ikut ke sana.” Brian mengirimkan pesan balasan pada direktur utama yayasan tempatnya bekerja, yang tak lain adalah pamannya sendiri. “Kamu yakin, kamu sebenarnya hanya perlu mengirim salah seorang staffmu, lagipula pembangunan di sana juga belum selesai.” Sebuah pesan balasan masuk tak lama kemudian. “Aku sedang ada urusan di Bali jadi sekalian saja.” “Baiklah, lusa mereka akan berangkat, persiapkan dirimu.” Brian masih memandang ponselnya. Meski tak ada lagi pesan yang masuk. Tangannya tergoda untuk mengirim pesan pada Sinta, tapi dia kembali ragu, Kemarin setelah dia datang ke cafe Dina dan menemui Sinta di sana sikap

  • Wanita Kedua   Exp Brian: Jawaban?

    Bahkan saat bekerjapun bayangan Sinta memenuhi kepalanya. Membuatnya sulit untuk berkonsentrasi. “Kenapa kopi buatanmu rasanya jadi tidak karuan seperti ini, Sa?” gerutu Brian.Bahkan kopi yang biasa dibuatkan oleh Sasa, sekretarisnya terasa aneh dan tidak seperti biasanya. Suasana hati Brian benar-benar mengerikan sepagi ini bahkan sudah ada dua anak buahnya yang kena semprot. “Tapi saya buat dengan takaran yang biasa pak, satu sendok makan kopi hitam dan satu sendok teh gula, bapak biasanya tidak suka kopi manis jadi saya hanya memberi sedikit gula,” Sasa tentu saja tak terima dengan tuduhan Brian orang dia membuat kopi seperti biasa tak ada yang dikurangi ataupun ditambah. “Airnya belum matang mungkin atau ini bukan bubuk kopi yang biasanya.” Sasa membelalak tak percaya. “Saya merebusnya langsung di atas kompor bapak kan tidak mau air dispenser, dan saya sudah lebih dari tiga puluh tahun berpengalaman untuk masak air, dan tahu benar bagaimana air yang suda

DMCA.com Protection Status