Home / Romansa / Pesona Istri Sementara Tuan Muda / Chapter 311 - Chapter 320

All Chapters of Pesona Istri Sementara Tuan Muda : Chapter 311 - Chapter 320

419 Chapters

311. Warisan Berharga

“Kenapa kamu hanya diam, Mas?”Danu hanya bisa menggaruk kepalanya kala mendapati pertanyaan dari Arum yang sudah hampir tiga puluh menit menyaksikan video tidak senonoh yang melibatkan dirinya.“Kenapa soundnya diganti? Suara kamu nggak seperti itu, Mas. Suara kamu lebih seksi saat ….”“Rum! Jangan hukum aku seperti ini! Aku harus puasa selama kamu nifas, kalau kamu bahas yang seperti ini terus, kalau aku pengen mau main sama siapa?”Arum meletakkan ponsel di nakas yang berada di samping brankarnya. Lalu dia meraih tangan suaminya.“Maafkan aku, Mas!”Danu tercengang mendengar kata yang baru saja meluncur dari bibir Arum. Untuk masalah besar yang sedang mereka hadapi saat ini adalah kesalahannya yang tidak berhati-hati dalam bertindak.Danu duduk di samping ranjang Arum, tangan mereka masih saling menggenggam erat. Wajahnya diliputi kebingungan, perasaan bersalah, dan cinta yang mendalam. Melihat istrinya begitu lemah setelah operasi caesar, tetapi masih memiliki kekuatan untuk memin
Read more

312. Anak dan Menantu Keluarga Wardana

Pagi itu, suasana rumah sakit terasa tenang meski hari baru saja dimulai. Ardan, dengan semangat yang membuncah, hampir tidak sabar untuk bertemu adik kecilnya yang baru lahir. Pagi-pagi sekali, Ageng dan Queen sudah bersiap mengantar keponakan mereka ke rumah sakit. Kebahagiaan terpancar dari wajah ketiganya, meski Queen kadang terlihat was-was dengan tingkah polah Ardan yang begitu aktif dan sulit dikendalikan. Setibanya di rumah sakit, Ardan langsung berlari ke arah ruang perawatan tanpa sedikit pun ragu. Kakinya kecil, tetapi langkahnya cepat, memaksa Queen untuk segera mengejarnya. Namun, sebelum dia sempat berlari, Ageng dengan sigap meraih tangannya, menghentikan langkahnya dengan lembut namun tegas. “Jangan dikejar!” ucap Ageng dengan nada tenang, mencoba menenangkan istrinya. “Biarkan dia selama masih bisa kita awasi.” Queen menghela napas, menatap suaminya dengan raut wajah yang masih penuh kekhawatiran. “Aku hanya takut kalau dia mengganggu pasien lain atau tenaga medis y
Read more

313. Mencintai Istri Sahabat Sendiri

Di bandara, Victoria menoleh ke kiri dan ke kanan berharap jika akan melihat Bryan di sana. Kembali Victoria mendesak gusar, bagaimana mungkin Bryan akan berada di sana, jika dia tidak memberitahu kepada pria itu bahwa dia akan ke Singapura hari ini.Hanya Mike yang menemani dan mengantarnya ke bandara. Saat tatap mata Victoria melihat sekelilingnya, ada beberapa gadis yang seusai dengannya. Mereka tampak begitu dekat dengan pria dewasa di sampingnya, mungkin itu adalah ayah mereka.Meskipun terlihat kesedihan di mata mereka, tetapi mereka tetap bercanda. Beberapa kali sang pria mengusap rambut si gadis. Itu mengingatkan Victoria kepada Bryan yang sering melakukan hal yang sama. Kini Victoria sadari jika selama ini Bryan hanya menganggapnya anak kecil “Maafkan kakak!” ucap Mike dengan suara rendah, penuh penyesalan. Dia melihat Victoria menyeka air matanya dengan cepat. “Kakak ingin sekali selalu menemanimu, tapi keadaannya memang tidak mudah.”Victoria menggeleng pelan, mencoba ters
Read more

314. Harga yang Harus Dibayar

Suasana penuh kebahagiaan bercampur dengan rutinitas yang baru saja dimulai. Arum masih dalam masa pemulihan setelah melahirkan anak keduanya, Danar. Queen, yang kini berada di rumah Arum untuk membantu, merasa senang bisa turut merawat si kecil dan belajar banyak hal tentang kehamilan, persalinan, dan merawat bayi. Bagaimanapun, pengalaman ini sangat berarti bagi Queen, terutama saat dia juga tengah menantikan kelahiran anak pertamanya.Dengan hati-hati, Queen meletakkan Danar di tempat tidur bayi setelah mengganti popoknya yang sudah penuh. Dia kemudian menatap popok yang telah terpasang, memastikan semuanya sudah benar. Meskipun ini bukan pertama kalinya dia mengganti popok bayi, Queen masih merasa perlu memastikan segalanya sempurna.“Mbak, ini sudah benar?” tanyanya, sedikit ragu, kepada Arum yang tengah beristirahat di tempat tidur.Arum tersenyum lemah namun penuh kasih, mengangguk pelan. “Sudah benar, Queen.”Meskipun Arum melihat sedikit tidak pas, tetapi saat melihat Danar t
Read more

315. Pernikahan Bagi Mereka

“Jika kamu melanjutkan rencanamu untuk melakukan pernikahan kontrak, maka aku akan membuat surat pernyataan bermaterai jika kita sudah tidak memiliki hubungan pertemanan apa pun,” ujar Cyrus dengan nada yang penuh amarah. Mata hitamnya menatap tajam ke arah Bryan. “Cukup satu sahabatku yang melakukan kegilaan seperti itu.”Cyrus tampak meluapkan amarahnya saat mendengar rencana Bryan yang sedang mencari pendamping karena desakan dari kedua orang tuanya.Suasana kumpul bersama yang biasanya hangat dan penuh canda tawa berubah menjadi tegang. Ageng, Cyrus, Erick, dan Derrian duduk mengelilingi meja, tatapan mereka terpaku pada Bryan, yang tampak gelisah. Aroma kopi yang biasanya menenangkan seolah tak mampu meredakan ketegangan yang semakin terasa di antara mereka.Bryan terdiam sejenak, mencoba menahan diri dari ledakan emosi yang mulai menggelegak di dalam dirinya. Tetapi sebelum dia sempat merespons, Ageng yang duduk di samping Cyrus lebih dahulu melontarkan kalimatnya.“Jika yang ka
Read more

316. Mencoba Menyelesaikan Masalah

Suasana haru menyelimuti saat ayah dan anak bertemu kembali. Mike yang biasanya berusaha kuat di hadapan Victoria, kini tampak manja menumpahkan semua beban hidup di hadapan sang papa. Mike menangis di pelukan Surya Wijaya.Seolah ingin memberi kekuatan kepada putra keduanya, Surya Wijaya menepuk punggung Mike. Dia sadar jika selama ini putranya tersebut sudah berusaha sekuat tenaga, semaksimal mungkin kemampuannya untuk menjalankan semua tugas dan amanah yang dia berikan.“Bagaimana keadaan Mama?” tanya Mike sambil menyeka air matanya.“Ada progress yang sangat bagus,” jawab Surya Wijaya dengan jujur. “Tapi pengobatannya masih butuh waktu yang panjang.” Terlihat senyum penuh optimis di bibir yang sudah menunjukkan keriput.“Lalu kenapa papa pulang? Kalau papa membutuhkan uang untuk pengobatan mama, papa bisa hubungi saja, aku akan mentransfer uang untuk papa.”Surya Wijaya tersenyum mendengar ucapan anaknya. Tampaknya masalah yang menggunung yang dia hadapi akhir-akhir ini membuatnya
Read more

317. Luka dan Penyesalan

BrakkDanu terjingkat kaget saat melihat berkas yang dilempar Arya Suta tepat di hadapannya. Dia merasa tidak melakukan kesalahan, tetapi mengapa ayah mertuanya bertindak kasar di hadapannya.“Kembalikan barang itu kepada pemiliknya!”Danu mengerutkan dahinya, semakin bingung menghadapi Arya Suta. Dengan perlahan dia menarik berkas yang berada tepat di hadapannya.“Bagi saya itu hanya sampah, karena saya sudah memiliki otaknya, otak yang mampu membuat sesuatu yang lebih hebat dari itu semua.”Setelah membuka dan membaca beberapa bagian, Danu mulai paham dengan maksud papa mertuanya. Data-data yang dianggap penting bagi Surya Jaya Abadi itu menjadi tidak penting bagi Wardana Group, karena hampri semua rancangannya adalah hasil pemikiran Danu. Dan saat ini Danu sudah berada di barisan Wardana Group.“Apakah Pak Surya menghubungi papa secara pribadi?”Arya Suta menelengkan kepala dengan tatap mata penuh tanya kepada menantunya. Ya, menantunya itu dahulu adalah salah satu kepercayaan dari
Read more

318. Ngidam

Melihat suaminya pulang dari kantor, membuat Queen bergegas untuk menyambutnya. Untuk kali ini bukan wajah sumringah seperti biasanya yang menyambut kedatangan Ageng. Tentu hal itu menjadi tanda tanya tersendiri bagi Ageng.“Geng! Tadi aku dengan mama sama papa bilang kalau Om Surya pulang. Aku ingin bertemu dengannya, Geng. Aku ingin tahu bagaimana kabar mama sekarang.”Ageng hanya mengangguk pelan sambil tersenyum. Dia pun membimbing istrinya itu menuju ke kamar mereka. Selain ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak, Ageng juga merasa harus membicarakan hal ini dengan hati-hati, tidak ingin membuat kecewa dan sakit hati istrinya.Setelah berada di kamar mereka, Ageng mendudukkan Queen di ranjang mereka, lalu dia menarik kursi yang ada di dekat meja rias Queen hingga mereka duduk berhadapan.“Queen, Om Surya baru tiba. Dia sangat sibuk ….”“Aku tahu itu,” sergah Queen yang terlihat tidak sabar. “Makanya aku ingin segera menemuinya.”Ageng meraih tangan Queen lalu mengusapnya dengan l
Read more

319. Pasrah dan Putus Asa

“Kau merindukan mamamu?” tanya Laras dengan lembut saat menjatuhkan bobot tubuhnya tetap di samping Queen.“Hmmm.” Queen mengangguk sambil menyeka air matanya.“Sini, aku juga mamamu,” ucap Laras merengkuh tubuh Queen ke dalam pelukannya. “Mamamu sudah janji sama mama … eh gimana ngomongnya?”Queen terkikik sambil kembali menyeka air mata. Kebingungan Laras menyebut mama untuk dirinya dan juga besan terdengar lucu dan sedikit menghibur bagi Queen.“Intinya … sebelum berangkat ke Singapura, mamamu sudah janji akan fokus dengan pengobatannya. Dia sangat ingin bisa bersama merawat cucunya nanti.” Dengan lembut Laras mengusap punggung anak menantunya.Sebagai seorang ibu, Laras bisa memahami kesedihan yang dirasakan oleh Queen. Setelah bertahun-tahun hidup terpisah, mereka dipertemukan kembali saat salah satunya dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Laras masih ingat saat pertama kali memergoki Queen dengan wajah sedihnya mendatangi rumah sakit bersama Mike. Ya, dia sempat menaruh curi
Read more

320. Di Mana Zach Berada

Sebagai pengusaha sebenarnya Arya Suta dan Surya Wijaya sama-sama handal, tetapi mereka memiliki bayangan masa tua yang berbeda. Kesalahan di masa lalu membuat Impian memiliki masa tua yang tenang dan bahagia sambil menikmati hasil kerja kerasa selama ini tampaknya harus harus kandas bagi Surya Wijaya.Jika menuruti ego dan amarah, tentu bukan penyelesaian seperti ini yang diinginkan oleh Arya Suta. Surya Wijaya sudah mengucapkan janji, dan dia tinggal menunggu hasilnya saja. Arya Suta merasa tidak bisa bertindak begitu keras, karena bagaimana pun sekarang mereka adalah besan. Hubungan ini harus dijaga baik, demi kebahagiaan anak-anak mereka.Setelah pembicaraan serius itu selesai, suasana di ruangan sejenak terasa tenang, meski ketegangan di udara belum sepenuhnya hilang. Arya Suta mengajak Ageng untuk segera pergi, namun tatap mata Ageng masih tertuju pada Surya Wijaya dan Mike. Seolah masih ada sesuatu yang tertahan, sebuah perasaan yang tak terucapkan, namun begitu nyata.“Maaf Om
Read more
PREV
1
...
3031323334
...
42
DMCA.com Protection Status