“Jika kamu melanjutkan rencanamu untuk melakukan pernikahan kontrak, maka aku akan membuat surat pernyataan bermaterai jika kita sudah tidak memiliki hubungan pertemanan apa pun,” ujar Cyrus dengan nada yang penuh amarah. Mata hitamnya menatap tajam ke arah Bryan. “Cukup satu sahabatku yang melakukan kegilaan seperti itu.”Cyrus tampak meluapkan amarahnya saat mendengar rencana Bryan yang sedang mencari pendamping karena desakan dari kedua orang tuanya.Suasana kumpul bersama yang biasanya hangat dan penuh canda tawa berubah menjadi tegang. Ageng, Cyrus, Erick, dan Derrian duduk mengelilingi meja, tatapan mereka terpaku pada Bryan, yang tampak gelisah. Aroma kopi yang biasanya menenangkan seolah tak mampu meredakan ketegangan yang semakin terasa di antara mereka.Bryan terdiam sejenak, mencoba menahan diri dari ledakan emosi yang mulai menggelegak di dalam dirinya. Tetapi sebelum dia sempat merespons, Ageng yang duduk di samping Cyrus lebih dahulu melontarkan kalimatnya.“Jika yang ka
Suasana haru menyelimuti saat ayah dan anak bertemu kembali. Mike yang biasanya berusaha kuat di hadapan Victoria, kini tampak manja menumpahkan semua beban hidup di hadapan sang papa. Mike menangis di pelukan Surya Wijaya.Seolah ingin memberi kekuatan kepada putra keduanya, Surya Wijaya menepuk punggung Mike. Dia sadar jika selama ini putranya tersebut sudah berusaha sekuat tenaga, semaksimal mungkin kemampuannya untuk menjalankan semua tugas dan amanah yang dia berikan.“Bagaimana keadaan Mama?” tanya Mike sambil menyeka air matanya.“Ada progress yang sangat bagus,” jawab Surya Wijaya dengan jujur. “Tapi pengobatannya masih butuh waktu yang panjang.” Terlihat senyum penuh optimis di bibir yang sudah menunjukkan keriput.“Lalu kenapa papa pulang? Kalau papa membutuhkan uang untuk pengobatan mama, papa bisa hubungi saja, aku akan mentransfer uang untuk papa.”Surya Wijaya tersenyum mendengar ucapan anaknya. Tampaknya masalah yang menggunung yang dia hadapi akhir-akhir ini membuatnya
BrakkDanu terjingkat kaget saat melihat berkas yang dilempar Arya Suta tepat di hadapannya. Dia merasa tidak melakukan kesalahan, tetapi mengapa ayah mertuanya bertindak kasar di hadapannya.“Kembalikan barang itu kepada pemiliknya!”Danu mengerutkan dahinya, semakin bingung menghadapi Arya Suta. Dengan perlahan dia menarik berkas yang berada tepat di hadapannya.“Bagi saya itu hanya sampah, karena saya sudah memiliki otaknya, otak yang mampu membuat sesuatu yang lebih hebat dari itu semua.”Setelah membuka dan membaca beberapa bagian, Danu mulai paham dengan maksud papa mertuanya. Data-data yang dianggap penting bagi Surya Jaya Abadi itu menjadi tidak penting bagi Wardana Group, karena hampri semua rancangannya adalah hasil pemikiran Danu. Dan saat ini Danu sudah berada di barisan Wardana Group.“Apakah Pak Surya menghubungi papa secara pribadi?”Arya Suta menelengkan kepala dengan tatap mata penuh tanya kepada menantunya. Ya, menantunya itu dahulu adalah salah satu kepercayaan dari
Melihat suaminya pulang dari kantor, membuat Queen bergegas untuk menyambutnya. Untuk kali ini bukan wajah sumringah seperti biasanya yang menyambut kedatangan Ageng. Tentu hal itu menjadi tanda tanya tersendiri bagi Ageng.“Geng! Tadi aku dengan mama sama papa bilang kalau Om Surya pulang. Aku ingin bertemu dengannya, Geng. Aku ingin tahu bagaimana kabar mama sekarang.”Ageng hanya mengangguk pelan sambil tersenyum. Dia pun membimbing istrinya itu menuju ke kamar mereka. Selain ingin mengistirahatkan tubuhnya sejenak, Ageng juga merasa harus membicarakan hal ini dengan hati-hati, tidak ingin membuat kecewa dan sakit hati istrinya.Setelah berada di kamar mereka, Ageng mendudukkan Queen di ranjang mereka, lalu dia menarik kursi yang ada di dekat meja rias Queen hingga mereka duduk berhadapan.“Queen, Om Surya baru tiba. Dia sangat sibuk ….”“Aku tahu itu,” sergah Queen yang terlihat tidak sabar. “Makanya aku ingin segera menemuinya.”Ageng meraih tangan Queen lalu mengusapnya dengan l
“Kau merindukan mamamu?” tanya Laras dengan lembut saat menjatuhkan bobot tubuhnya tetap di samping Queen.“Hmmm.” Queen mengangguk sambil menyeka air matanya.“Sini, aku juga mamamu,” ucap Laras merengkuh tubuh Queen ke dalam pelukannya. “Mamamu sudah janji sama mama … eh gimana ngomongnya?”Queen terkikik sambil kembali menyeka air mata. Kebingungan Laras menyebut mama untuk dirinya dan juga besan terdengar lucu dan sedikit menghibur bagi Queen.“Intinya … sebelum berangkat ke Singapura, mamamu sudah janji akan fokus dengan pengobatannya. Dia sangat ingin bisa bersama merawat cucunya nanti.” Dengan lembut Laras mengusap punggung anak menantunya.Sebagai seorang ibu, Laras bisa memahami kesedihan yang dirasakan oleh Queen. Setelah bertahun-tahun hidup terpisah, mereka dipertemukan kembali saat salah satunya dalam keadaan yang tidak baik-baik saja. Laras masih ingat saat pertama kali memergoki Queen dengan wajah sedihnya mendatangi rumah sakit bersama Mike. Ya, dia sempat menaruh curi
Sebagai pengusaha sebenarnya Arya Suta dan Surya Wijaya sama-sama handal, tetapi mereka memiliki bayangan masa tua yang berbeda. Kesalahan di masa lalu membuat Impian memiliki masa tua yang tenang dan bahagia sambil menikmati hasil kerja kerasa selama ini tampaknya harus harus kandas bagi Surya Wijaya.Jika menuruti ego dan amarah, tentu bukan penyelesaian seperti ini yang diinginkan oleh Arya Suta. Surya Wijaya sudah mengucapkan janji, dan dia tinggal menunggu hasilnya saja. Arya Suta merasa tidak bisa bertindak begitu keras, karena bagaimana pun sekarang mereka adalah besan. Hubungan ini harus dijaga baik, demi kebahagiaan anak-anak mereka.Setelah pembicaraan serius itu selesai, suasana di ruangan sejenak terasa tenang, meski ketegangan di udara belum sepenuhnya hilang. Arya Suta mengajak Ageng untuk segera pergi, namun tatap mata Ageng masih tertuju pada Surya Wijaya dan Mike. Seolah masih ada sesuatu yang tertahan, sebuah perasaan yang tak terucapkan, namun begitu nyata.“Maaf Om
Queen tersenyum kala melihat layar ponselnya. Tak ayal hal itu membuat Laras yang sejak tadi sudah menemani Queen merasa diabaikan oleh menantunya yang terlihat asik sendiri.“Lagi chatingan sama siapa?” tanya Laras dengan nada ketus.Namun, Queen yang sedang dalam suasana hati yang baik, tidak menyadari nada suara Laras. “Om Surya,” jawab Queen ringan, tanpa berpikir panjang.Dengan senyum sumringah Queen menyerahkan ponsel ke arah mama mertuanya. Terlihat foto Rania yang terlihat sedang berjemur di taman rumah sakit. Tampaknya Surya Wijaya menepati janjinya kepada Ageng dengan mengirim foto-foto terbaru Rania.Dari berbagai foto candid yang diambil, memiliki satu kesamaan, Rania yang selalu menggunakan penutup kepala. Tampaknya Rania tetap memperhatikan penampilannya, sehingga tetap terlihat cantik meskipun sedang sakit. Penutup kepala yang dia gunakan pun berganti-ganti, ada yang menggunakan topi lebar, kupluk musim dingin, atau syal penutup kepala dengan beraneka motif.“Mamamu te
“Tadi kalian ngapain saja, mama sudah nunggu lama.” Laras menatap Queen dengan malas, karena menantunya itu tidak menggunakan salah satu dari pakaian yang telah dia pilihkan.Queen hanya menatap Ageng, berharap suaminya bertanggung jawab atas perbuatannya dengan memberikan penjelasan kepada Laras. Seharusnya Ageng dan Queen bisa melakukan persiapan lebih cepat, seandainya Ageng tidak meminta jatah lebih dahulu.“Mama pilih baju untuk Queen seperti itu semua, saya yang tidak terima jika dia memakainya di tempat umum. Queen jadi lama pilih bajunya.”Terpaksa Ageng berbohong, agar istrinya tidak mendapat marah dari sang mama. Ageng terus menggenggam tangan Queen selama berjalan menyusuri lorong rumah sakit menuju ke poli kandungan tempat praktek Dokter Amira.Di ruang pemeriksaan yang tenang, meski sudah didampingi oleh Ageng dan Laras, dia tetap merasa sedikit gugup, tetapi juga dipenuhi dengan antusiasme. Hari ini, mereka akan mengetahui jenis kelamin bayi yang mereka tunggu-tunggu den