Semua Bab Suami Preman Ternyata Sultan: Bab 161 - Bab 170

230 Bab

161. Takut

Qizha dan Qasam memasuki rumah, beriringan. Qasam membawa Qizha pulang ke rumahnya, tak rela jika istrinya masih menempati kontrakan setelah kebenaran itu terungkap.Saat melewati ruang tamu, ia mendengar Husein tengah berdiri membelakangi, berteleponan.“Aku sudah berikan waktu dua hari. Dan ini adalah hari ketiga. Maka waktumu sudah habis. Kau harus ditangkap, Bily!” ucap Qasam via telepon.Seketika langkah Qizha terhenti mendengar pembicaraan itu. Bily ditangkap?Husein menyudahi pembicaraan. Dia menoleh dan mendapati Qasam dan Qizha berdiri di belakang. mereka bertukar pandang.“Pa, benarkah ayahku ditangkap?” lirih Qizha dengan tatapan sendu.“Ya. Dia bersalah dan harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. bukan lantas ibumu meninggal lalu dia lepas dari kesalahan,” sahut Husein tegas.“Ya, aku tahu. Ayah memang harus mempertanggung jawabkan semua ini. tapi… dia ayahku.”“Kau sudah diperalat olehnya, dijadikan wayang untuk sebuah tindak kriminal, bahkan sudah banyak
Baca selengkapnya

162. Sedih

Qizha kembali ke ruangan depan. Sina masih menangis. Bayi di gendongannya hanya diam dalam keadaan melek.“Qizha!”Suara dari arah belakang mengejutkan Qizha. Dia menoleh dan mendapati ayahnya berdiri di ambang pintu.Qizha menghambur mendekati ayahnya, demikian ayahnya yang juga melangkah masuk dan meraih pindak Qizha. “Ayah akan pergi!” ucap Bily dengan tatapan berembun. Qizha mengangguk. Tak tahu harus bersikap apa. Nyatanya ayahnya itu memang harus segera ditahan untuk mempertanggung jawabkan perbuatannya itu. “Ayah yang kuat,” ucap Qizha.“Masihkah kau mendukung dan memberi motivasi kepadaku?”Qizha mengangguk.“Aku bukan ayah yang baik.”“Benar. Ayah memang bukan ayah yang baik. Ayah nggak bisa kasih contoh yang baik pula. Bahkan ayah itu nggak sayang sama aku. Tapi nggak akan ada yang mengubah status kalau ayah itu adalah ayahku. Tanpa ayah, aku juga nggak ada di dunia ini.”Bily menunduk, menyembunyikan air matanya yang telah menetes. Dia usap air mata itu, lalu kembali
Baca selengkapnya

163. Ini Cinta

“Selamat sore! Kami dari pihak kepolisian ingin bertemu dengan bapak Bily Alvaro,” sebut pria brseragam yang sepertinya adalah pimpinan rombongan.“Saya sendiri.” Bily dengan tegas melangkah maju. Dia tampak tenang dan sudah siap menghadapi kenyataan.“Bapak Bily. Anda ditangkap atas laporan dugaan persekongkolan pembunuhan. Kami membawa surat penangkapan.” Polisi itu memberikan sebuah amplop.Bily mengangguk tanpa membaca surat yang diserahkan. Dia sudah tahu semuanya.dia bahkan memajukan kedua tangannya, siap untuk diborgol.Ceklek.Suara kunci borgol terdengar menyakitkan telinga. Kedua tangan Bily benar- benar telah terikat oleh borgol besi. Bily menoleh, menatap Qizha. Manik matanya tak sedikit pun menoleh pada Sina.“Jaga dirimu baik- baik! berjanjilah untuk membahagiakan dirimu ! Jangan sampai kau kembali menderita. Cukup sudah penderitaanmu. Kau harus bahagia!” pesan Bily.Akhirnya air mata Qizha menetes juga. Melihat ayahnya digiring, Qizha sedih sekali. Beb
Baca selengkapnya

164. Memohon

“Sedikit pun aku nggak melihat iktikad baikmu untuk meminta maaf, atau menyesali perbuatanmu itu!” ucap Qizha menatap adik tiri yang selama ini kerap menertawakan, menghina, bahkan menghujatnya.“Kak, aku memang selama ini selalu berbuat jahat sama kamu. tapi itu juga karena dukungan mama. Kalau mama nggak terus- terusan menjahatimu, tentu aku juga akan bersikap hal yang sama. Sikap mama yang jahat ke kamu, membuatku jadi ikut-ikutan berbuat jahat juga ke kakak,” sahut Sina membela diri.“Sina, kamu nggak bisa mengambil sikap dengan bergantung pada orang lain. Akhlakmu adalah kamu sendiri yang membentuk, bukan orang lain. Apakah ketika orang lain berdosa kamu juga akan ikut-ikutan berdosa? Apakah ketika orang lain membunuh, kamu juga akan ikut- ikutan membunuh?” tanya Qizha tegas.“Aku pasrah kok kalau Kak Qizha nggak mau bantuin aku. Mau bagaimana lagi? Aku udah berbuat jahat terus selama ini ke kakak. Pasti kakak juga nggak akan bersedia menolongku karena teringat semua kej
Baca selengkapnya

165. Bau

“Mas Qasam, aku tahu hatimu lembut. Aku akan turuti kamu.” Qizha mengangguk kepada Qasam. “Aku tahu mas Qasam bernurani. Bahkan kulihat mas Qasam sangat perhatian ke mama. Sina pun juga punya bayi, sama seperti kamu sewaktu kecil dulu. Kalau kamu di posisi sang bayi, pasti memelas kan?”Qasam memalingkan pandangan. Ia tampak kesal mendengar perkataan istrinya yang memancingnya untuk menurunkan ego. Berbicara kemanusiaan, Qasam pun lupa entah kemana separuh rasa kemanusiaan yang pernah ada dalam benaknya. Semenjak ia memendam dendam pada orang yang meracuni Qansha, semenjak itu pula jiwanya seperti tak tenang dan lebih sering merasa tega.Qasam menghela napas. Tatapannya kini tertuju ke bayi yang digendong oleh Sina. Bayi itu mulai merengek, menangis.Sina menimang- nimang, mengayun- ayunkan bayinya sambil menepuk- nepuk pantat si bayi. Sepertinya bayinya kepanasan.Melihat Sina yang masih bersedia mengurus anak dengan baik, Qasam pun mulai iba. Sina memang jahat, namun d
Baca selengkapnya

166. Maaf

Sampai di kontrakan, Qasam langsung turun dari mobil, membiarkan seluruh pintu mobil dalam keadaan terbuka. Lalu menyemprotkan pewangi ke mobil. Dia terpaksa masuk ke rumah kontrakan karena merasa gerah jika harus berdiri saja di luar. "Kak, nitip anakku ya! Aku mau mandi." Sina menyerahkan bayinya yang terpaksa digendong oleh Qizha. Sina masuk ke dalam untuk segera mandi. Sedangkan Qizha menimang si bayi di halaman rumah, mencari angin segar di bawah pohon."Qizha!"Ada yang memanggil. Qizha menoleh. Terkesiap menatap Hasan yang tiba- tiba sudah ada di sampingnya. Pria inilah yang pernah berusaha melecehkannya waktu itu. Qizha waspada. Tapi tak mungkin pula lelaki ini berani macam- macam di tempat umum begini. Di dalam rumah ada Qasam. Tak jauh dari tempatnya berdiri juga ada dua orang ibu- ibu tengah duduk ngerumpi di depan rumah. Jadi Qizha tak perlu merasa takut. "Aku mencarimu kemana- mana dan menemukanmu di sini," ucap Hasan. "Aku tidak perlu dicari. Kami tidak punya kepe
Baca selengkapnya

167. Memuaskan

“Tidak usah, Ma. Jangan bawa aku ke kantor lagi. Aku ingin ingin istirahat saja dulu untuk beberapa waktu. Aku nggak ingin masuk kantor dulu,” ucap Qizha. ““Kenapa? Kamu marah pada mama?” Habiba mnegangkat alis.Qizha menggeleng. “Aku ingin menenangkan diri. Aku masih trauma.” “Tapi kamu tetap ingin namamu dibersihkan bukan? Kamu dihujat orang juga karena mama. Mama harus bertanggung jawab atas semua itu. Kamu pasti masih kesal sama kan?”“Kalau aku di posisi mama, mungkin aku akan melakukan hal yang sama. Mama tidak tahu kejadian yang sebenarnya. Semua bukti sudah menjelaskan kalau akulah pelakunya. Ibu mana yang tidak marah kalau tahu hal itu? Apa yang mama lakukan kepadaku itu belum seberapa andai benar akulah pelakunya,” ucap Qizha lagi.“Kalau begitu, besok ikut mama ke kantor ya. Mama ingin beri tahu ke semua orang kalau kamu bukan pembunuh. Kejadian kemarin hanyalah salah paham.”“Mama tidak perlu ajak Qizha ke kantor kalau dia tidak mau ikut,” sahut Qasam yan
Baca selengkapnya

168. Curiga

Pagi itu, Qizha sedang sarapan bersama dengan Qasam di meja makan. Hanya berdua saja. "Kau di rumah saja kan?" tanya Qasam. "Iya. Kamu sudah ijinkan aku untuk tidak masuk kerja beberapa hari ini." Qizha tersenyum."Baiklah. Tidak masalah."Brrrt....Ponsel Qasam di dalam jasnya berdering seiring getarannya. Ada yang menelepon. Qasam mengambil hp, menatap layar. Dia kemudian bangkit berdiri, berjalan menjauh sambil menjawab telepon. Qizha menatap isi piring Qasam. Nugget masih utuh. Baru disantap sepotong saja. Ia melirik Qasam yang berlalu dan hilang dari pandangan. Apakah masoh ada rahasia antara suami istri? Mereka sudah saling menyayangi satu sama lain. Lalu masihkah Qasam menjauh darinya saat menjawab telepon begini? Apa yang dibicarakan oleh Qasam? Apakah ada pembicaraan yang tidak boleh didengar oleh istri? Memangnya hal apa yang membuat suami harus menjaga privasi dari istri? Qizha bertanya- tanya. Pikirannya dipenuhi oleh beragam dugaan setelah Hasan kemarin sempat men
Baca selengkapnya

169. Bingung

"Kalau jaman saya dulu, suami istri itu terbuka. Tidak ada yang ditutup- tutupi. Lah memangnya apa yang mau ditutupi, semuanya dikerjakan bersama-sama. Semuanya barengan. Rumah cuma kecil. Kemana- mana seringnya juga bersama. Beda suami istri jaman old dan jaman modern sekarang ini." Qizha akhirnya tersemyum. "Memang bener, Pak. Suami istri jaman sekarang tuh kebanyakan bersosialisasi dengan banyak hal. Coba deh kalau sehari-, hatinya beraktifitas berduaan terus, pasti nggak akan ada masalah seperti yang bapak bilang.""He heee.... Eh, mobilnya berhenti, Mbak.""Kita berhenti juga." Supir mematuhi. Mobil mereka berhenti di jarak sekitar sepuluh meter.Tampak Qasam turun dari mobil. Pria itu membeli kue, lalu kembali masuk ke mobil. Tak lama, mobil Qasam kembali melaju. Taksi pun mengikuti.Setelah menempuh perjalanan sekitar lima belas menit, akhirnya Qasam membelokkan mobil menuju ke apartemen. Qizha mengawasi dari jarak agak jauh. Qasam menuruni mobil, dia menghampiri satpam, m
Baca selengkapnya

170. Simpanan?

Qizha penasaran, apakah benar Qansha masih hidup? Tapi untuk apa Qasam menyembunyikan hal ini? Untuk apa dia membohongi semua orang? Bahwa sebenarnya Qansha tidak meninggal pasca menenggak racun. Atau apa yang sebenarnya telah terjadi? Sebenarnya Qizha juga tak mau diam- diam menyelidiki hal ini, rasanya menajdi seperti istri yang tak memiliki kepercayaan pada suami. Namun rasa penasaran telah menggerakkan hatinya menuju ke sana. Semua ini gara- gara Hasan. Dia telah mengubah isi pikiran Qizha. Tapi mau bagaimana lagi?"Di sini, Mbak?" tanya supir menghentikan mobil di alamat yang dituju. "Ya, Pak." Qizha mengedarkan pandangan ke sekitar. Melihat area mewah yang tercipta di sekitar perumahan komplek itu. Tatanan perumahannya sangat eksotik. Bagus sekali. Mayoritas adalah perumahan elit. Ada anak- anak berlarian di sekitar halaman perumahan. Ada pula taman bermain, serta lapangan badminton yang tersedia di sana. Beberapa orang wanita berpenampilan elegan menunggu anak- anaknya yang
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1516171819
...
23
DMCA.com Protection Status