All Chapters of Suami Pengganti untuk Adara: Chapter 81 - Chapter 90
316 Chapters
81). Berulah
"Hai, Dara. Apa kabar?"Jari-jari Adara yang semula menari di atas layar ponsel berhenti seketika setelah sapaan itu terdengar dari samping kanannya.Cukup familiar dengan suara perempuan yang menyapanya, Adara menoleh dan dugaannya benar. Perempuan yang kini duduk di sampingnya bukan orang asing."Kamu," panggil Adara."Belum lupa aku, kan?"Lima bulan tak pernah bertemu sekali pun karena Adara yang lebih sering di rumah, siang ini dia kembali bisa melihat perempuan yang beberapa bulan lalu sering berdebat dengannya.Felicya. Perempuan itu memasang wajah yang ramah juga senyuman untuknya. Entah itu senyuman tulus atau tidak, Adara tak tahu.Namun, yang jelas—setelah waktu itu tahu Felicya dalang dari kejadian yang menimpanya, Adara tiba-tiba saja merasa takut pada mantan kekasih suaminya itu.Felicya nekad. Begitulah yang ada di pikiran Adara, sekarang."Fel, kamu ...." Adara menjeda ucapannya, sementa
Read more
82). Masih Sakit?
***"Udah jangan sedih, ucapan Feli jangan didengerin."Sekali lagi, ucapan itu dilontarkan Danendra pada Adara yang sejak tadi terlihat murung. Menemukan istrinya itu di taman, Danendra cukup terkejut melihat Adara terisak.Dan yang lebih membuat terkejut adalah; Adara menangis karena Felicya—perempuan yang sudah lima bulan lebih ini tak dia temui."Tapi ucapan dia benar," kata Adara. "Aku perebut.""Ra." Danendra mendesah. Sebenarnya ini masalah lama, dan memang tak seharusnya kembali diungkit. "Kita udah pernah bicarain ini sebelumny, kan?""Sekarang rasanya beda," ucap Adara. Dia kemudian menoleh lalu memandang Danendra dari samping. "Sakit tau enggak sih, Dan. Dilihatin ibu-ibu di apotek tadi dengan tatapan jijik.""Mau balik lagi?""Balik apa?""Ke rumah sakit," kata Danendra. "Kalau kamu mau balik lagi ke rumah sakit, ayo. Biar aku kasih peringatan ibu-ibu yang udah bersikap enggak baik sama kamu
Read more
83). Ajakan Pergi Arisan
***"Dara mana?"Danendra yang baru saja menuruni tangga langsung menoleh pada Teresa yang saat ini duduk di sofa ruang tengah dengan penampilan yang rapi—dress di bawah lutut, tas dan jam tangan branded juga flatshoes dari brand ternama."Lagi istirahat di kamar," kata Danendra. "Mama mau ke mana?""Mau arisan," ucap Teresa."Lagi?""Apanya yang lagi, orang minggu ini belum kok," kata Teresa."Oh kirain," ujar Danendra."Mama udah izin ke Papa dan Papa kasih izin," ucap Teresa."Oke," jawab Danendra singkat."Dara masih sedih?" tanya Teressa.Setelah menerimq direct message di warung bakso tadi, Adara membatalkan rencananya dengan Danendra untuk berbelanja perlangkepan bayi karena tentu saja moodnya langsung terjun bebas.'Hamil sama laki-laki hasil rebut aja kok bangga?'Begitulah isi pesan yang diterima Adara dari ibu-ibu yang dia temui di rumah sakit dan tentu saj
Read more
84). Teresa dan Felicya
"Tante, bilang sama aku. Ini maksudnya apa?"Teresa menoleh lalu memandang Felicya. Bukan senyuman ramah seperti biasa, yang diukir Teresa sekarang adalah senyuman miring—merendahkan."Kamu pikir tujuan Tante ajak kamu ke arisan, apa?" tanya Teresa. "Mau ngenalin kamu sebagai calon menantu Tante, iya?""Tante.""Kamu mempermalukan menantu Tante di rumah sakit tadi, kan?" tanya Teresa. "Jangan berpikir Tante enggak tahu, Fel. Tante tahu. Kamu juga nyuruh ibu-ibu buat kirim pesan di akun instagram Adara terus hujat dia.""Enggak, Tante. Feli enggak lakuin itu," ucap Felicya. "Adara ngadu? Dia fitnah, Tan. Seharusnya Tante enggak langsung percaya."Mengabaikan ibu-ibu arisan lain yang kini berperan menjadi penonton, Felucya dan Teresa mulai beradu argumen."Sayangnya, Tante lebih percaya sama Adara daripada kamu," ucap Teresa. "Lagian buat apa Adara bohong? Enggak ada untungnya dia lakuin itu. Beda sama kamu yang jelas puny
Read more
85). Tiba-tiba Panik
***"Dan, dingin."Adara mengeluh ketika Danendra tiba-tiba saja melingkarkan kedua tangannya di pinggang sementara dagu di bahu Adara.Danendra baru selesai mandi. Itulah yang menjadi alasan utama Adara mengeluh dingin bahkan basah ketika pipi sang suami menempel dengannya karena memang Danendra pun masih memakai handuk yang melingkar di pinggang, sementara dadanya dibiarkan terekspos."Kenapa sih, Ra? Aku kangen," ucap Danendra sambil memandang pantulan wajahnya dan Adara di depan cermin, karena memang Adara sedang berdiri di dekat meja rias. "Jadwal kan, ya?""Jadwal apa?" tanya Adara pura-pura."Sok polos," celetuk Danendra. "Kehamilan kamu udah masuk tiga puluh delapan minggu lho. Ingat kata Arsya enggak?""Apa?""Harus sering dijenguk biar lahirannya lancar," ucap Danendra."Ck, alasan.""Seriusan, Ra," ujar Danendra. "HPL kamu kapan sih? Lupa aku.""Dua mingguan lagi kalau engga
Read more
86). Detik-detik Persalinan
***"Dan, ini tuh sakit tau enggak?"Menggunakan baju pasien dengan model blouse, Adara kembali memeluk Danendra dengan tujuan meringankan rasa sakit yang mendera.Datang ke rumah sakit pukul delapan malam, kini terhitung sudah tiga jam Adara menikmati gelombang cinta yang semakin lama semakin rutin.Panas di punggung, pinggang, juga rasa nyelekit di pinggang semakin terasa—membuat Adara terkadang emosi sendiri karena semua rasa tersebut yang menjadi nano-nano.Berjalan-jalan di lorong rumah sakit, berolahraga sedikit, hingga kini duduk duduk di ball birth sambil memeluk Danendra sudah dilakukan Adara untuk mempercepat pembukaan karena terakhir kali diperiksa, Adara baru mengalami pembukaan empat.Masih ada enam angka yang harus dia lewati untuk sampai pada pembukaan lengkap baru bayi yang ada di perutnya bisa dia lahirkan."Sabar ya, sebentar lagi," kata Danendra. Berjongkok, dia terus memeluk lalu mengelus punggung Ada
Read more
87). Siap Kembali
***"Ra, aku bawain sarapan. Makan yuk."Adara menoleh ketika Danendra kembali setelah beberapa menit lalu berpamitan untuk mencari angin pagi.Sambil mengukir senyum, Danendra datang sambil membawa piring alumunium bersekat dengan isian berbagai macam makanan berat.Nasi, telur bulat bumbu kuning, ayam, juga sayuran tersedia di sana. Sebagai pencuci mulut, pihak rumah sakit juga menyediakan bubur sumsum dan segelas susu untuk penutup."Apa aja itu?" tanya Adara."Nih," kata Danendra sambil menunjukkan makanan yang dia bawa.Namun, tatapan Adara kentara sekali tak berminat dengan semua makanan tersebut."Enggak enak," kata Adara. "Makanan rumah sakit biasanya hambar.""Kamu mau makan apa?" tanya Danendra biar aku beliin."Adara yang sejak tadi duduk bersandar justru mengalihkan perhatiannya ke arah sofa. Tak ada siapa-siapa selain dia dan Danendra karena Teresa dan Monica berpamitan untuk pulang dan mengganti baju."Enggak tau," jawab Adara pada akhirnya."Makan dulu," ucap Danendra.
Read more
88). Seseorang di Lampu Merah
***"Seriusan nih, pindah beneran? Tega ninggalin Mama?"Mendengar pertanyaan Teresa, Adara mengukir senyum lalu mengalihkan pandangannya dari Danendra juga Adam yang sedang memasukkan barang bawaan ke dalam bagasi. Tak terlalu banyak, barang bawaan yang dibawa pulang ke apartemen siang ini hanya tiga koper dengan masing-masing koper berisi pakaian baby El, Adara, juga Danendra."Seriusan, Ma. Kan udah lama juga Dara sama Danendra di sini," ucap Adara sambil mengusap pucuk kepala baby El yang kini nyaman dalam gendongannya."Padahal enggak usah balik ke apartemen, Ra. Udah di sini aja sama Mama," kata Teresa. "Rumah segede gini sepi tau."Adara mengukir senyum tanpa memberikan balasan karena niatnya untuk kembali ke apartemen sudah benar-benar bulat.Bukan tak nyaman tinggal di rumah Adam, Adara hanya ingin mencoba membangun rumah tangga yang mandiri dengan Danendra, karena semenjak melahirkan dua bulan lalu dia lebih mengandalkan Teresa untuk merawat Elara.Adara ingin merasakan bag
Read more
89). Bertemu di Supermarket
***"Apartemen, aku kembali!"Menempuh perjalanan tiga jam setelah beberapa kali terjebak macet, Rafly akhirnya sampai di apartemen yang pernah dia tempati.Sempat dikosongkan karena kabar Rafly yang sudah meninggal dunia, dia bisa mendapatkan kembali unitnya karena memang untuk sewa, apartemen tersebut masih aman sampai tiga tahun ke depan."Akhirnya ya, Mas."Rafly menoleh ke arah perempuan di sampingnya. Clarissa. Tak hanya merawat Rafly selama hampir satu tahun, hari ini perempuan itu juga dengan sukarela mengantar Rafly pulang ke Jakarta memakai mobil avanza yang dia miliki.Berenang sambil minum air, Clarissa bilang dia akan langsung pergi belanja ke pasar pusat yang ada di Jakarta untuk mengisi toko bajunya."Makasih ya, Ris," kata Rafly. "Berkat kamu, aku bisa kembali lagi dengan selamat.""Iya, Mas. Sama-sama."Rafly melangkah menuju sofa ruang tamu lalu duduk di sana. "Duduk, Ris.""Iya, Mas.""Malam ini kamu nginap aja dulu di sini, besok pagi belanja baru pulang," kata Raf
Read more
90). Daisy dan Coklat Lagi
***"Udah teleponnya?"Adara yang baru saja kembali ke dapur, mengukir senyum tipis sambil memasukkan ponselnya ke dalam saku celana training yang dia pakai.Malam minggu. Ketika pasangan lain menghabiskan waktu untuk keluar, Danendra dan Adara memilih untuk memasak bersama lalu makan malam romantis.Tak neko-neko, keduanya berencana membuat spageti dengan suas barbeque yang sudah jadi. Namun, ketika kegiatan masak mereka berlangsung, Adara harus berhenti ketika ponsel yang semula disimpan di ruang tamu berdering."Udah," kata Adara sambil menarik kursi lalu duduk di depan meja makan, sementara Danendra masih mengaduk mie dengan bumbu di piring."Siapa?" tanya Danendra setelah semuanya selesai.Berbalik badan, Danendra berjalan membawa sepiring spageti yang sudah tercampur dengan saus lengkap dengan dua garpu untuknya dan Adara."Mama.""Mama mana?""Mama aku," kata Adara."Oh," jawab Danendra. Ikut menarik kursi, dia duduk persis di depan Adara. "Ada apa? Mau main ke sini jengukin ba
Read more
PREV
1
...
7891011
...
32
DMCA.com Protection Status