***"Pulang jam berapa?"Adara yang saat ini sedang membentuk simpul dasi untuk Danendra sedikit mendongak lalu menatap suaminya itu sambil melontarkan sebuah pertanyaan."Kenapa?""Tanya aja," kata Adara."Seperti biasa," ucap Danendra. "Kalau enggak ada schedule dadakan, jam empat pulang. Sampai jam setengah lima.""Oh.""Kenapa?""Bawaim sushi ya," pinta Adara sambil tersenyum. "Tiba-tiba pengen itu, tapi pengen dibawain sama kamu.""Oh, siap," kata Danendra patuh. "Mau berap porsi? Satu, sepuluh, seratua, atau sama restorannya?""Dan, ih!"Danendra terkekeh. "Serius," ucapnya. "Kalau kamu mau, aku bisa beli restorannya.""Buat apa coba.""Kali aja mau jadi pembisnis kuliner."Adara berdecak. "Orang enggak bisa masak, disuruh bisnis kuliner. Lucu banget," celetuknya.Simpul dasi selesai, Adara menepuk sisi kanan dan kiri bahu Danendra untuk merapikan kemeja maroon yang dia pakai."Udah, ganteng," puji Adara. "Lucu juga, enggak monoton.""Apanya?""Penampilannya dong, Sayang," kata
Last Updated : 2024-03-04 Read more