All Chapters of Suami Pengganti untuk Adara: Chapter 211 - Chapter 220
316 Chapters
211). Debat Danendra dan Adam
***"Adara harus bebas secepatnya."Sambil mengemudi, kata-kata itu terus dilontarkan Danendra yang kini melajukan mobilnya kembali menuju kantor.Usai memastikan Elara baik-baik saja bersama Teresa, Danendra memang memutuskan kembali ke perusahaan. Bukan untuk bekerja, tujuannya kini tentu saja menemui Adam untuk meminta bantuan.Alexander grup bukan perusahaan kecil. Relasinya di mana-mana. Bukan hanya dari kalangan pengusaha, relasi Alexander grup juga banyak berasal dari kalangan non pengusaha seperti; pegawai kejaksaan, polisi, juga pegawai pemerintahan lainnya.Dengan relasi yang dimiliki Adam, Danendra jelas menyimpan harapan pada sang Papa untuk membantu Adara bebas karena sekalipun semua bukti mengarah jelas pada sang istri, Danendra tetap tak percaya.Danendra yakin Adara tak segila itu—menghabisi Ginanjar. Meskipun sang istri pernah berkata akan membalas perbuatan Ginanjar pada Monica, tetap saja bagi Danendra terlalu imposible Adara berani melukai Papanya sendiri.Lagipula
Read more
212). Babak Belur
***"Antar langsung ke rumah, Pak.""Baik, Pak Alfian."Supir perusahaan yang saat ini bertugas mengemudikan mobil Danendra lantas mengangguk ketika perintah tersebut diucapkan Alfian sesaat setelah membaringkan Danendra di jok belakang.Tak baik-baik saja, Danendra terlihat babak belur setelah terlibat perkelahian dengan Adam di ruangan kerja sang Papa. Tak ada yang menang, keduanya sama-sama mengalami luka di beberapa bagian wajahnya.Orang bilang marahnya anak penurut adalah sesuatu yang menyeramkan dan ternyata benar. Amarah Danendra yang langsung menyerang Adam nyatanya lebih besar dari amukan Aksa dan Danish pada Papanya itu.Seolah lupa status Adam di matanya, Danendra tanpa ragu melayangkan beberapa pukulan di wajah sang Papa bahkan dia pun sempat menendang Adam hingga terjatuh.Beruntung, Alfian yang ada di sana sigap memanggil pihak keamanan untuk memisahkan perkelahian ayah dan anak itu.Seumur hidup—lebih tepatnya semenjak dewasa, ini kali pertama Danendra mengamuk pada Ad
Read more
213). Keributan di Sel
***"Titip Elara sama Danendra ya, Ma. Kalau ada apa-apa kasih tahu Dara.""Iya, Sayang. Mama pasti jangain El sama Danendra. Kamu juga baik-baik di sini ya.""Iya, Ma."Setelah hampir setengah jam duduk di depan Adara, Teresa akhirnya berpamitan seraya membawa paper bag berisi asi untuk Elara yang harus segera dia dinginkan di dalam prezeer.Hari ini, adalah hari kedua Adara menjadi pesakitan dan jika boleh jujur, dia sudah tak tahan. Adara ingin pulang karena tiba-tiba saja merasa rindu pada Danendra yang hari ini justru tak akan menjenguknya.Teresa bilang Danendra sedang disibukkan dengan pekerjaan kantor dan tentunya sampai malam nanti tak akan datang.Entah itu benar atau hanya sebuah kebohongan, Adara tak tahu karena ketika Teresa datang, yang dia lakukan adalah langsung memeras asinya untuk Elara di ruangan khusus.Sejak kemarin tak diberikan pada Elara, Adara mampu menghasilkan lima kantong asip dan dia rasa asinya cukup sampai besok untuk sang putri.Rasanya sedih ketika Ada
Read more
214). Suami Tak Berguna
***"Aish, lemah banget!"Danendra mendesis setelah dia tak sengaja menjatuhkan gelas dari atas meja hingga jatuh terburai di atas lantai.Tangannya tremor juga badan yang terasa sakit membuat Danendra sulit berbuat apa-apa karena nyatanya ucapan Teresa pada Adara tentang Danendra yang sibuk dengan pekerjaan hanyalah sebuah kebohongan belaka.Danendra sakit. Begitulah kejadian yang sebenarnya. Usai berkelahi kemarin sore dengan Adam, malamnya Danendra tiba-tiba saja mengalami demam tinggi.Sebagai seorang istri juga ibu, Teresa lebih mementingkan Danendra. Alih-alih pulang kemarin untuk melihat keadaan Adam yang juga babak belur, Teresa memilih untuk tetap di rumah sang putra agar bisa merawat Danendra juga Elara yang saat ini lebih membutuhkannya."Dan, kamu kenapa?""Ma."Danendra mendongak—menatap Teresa yang baru saja datang ke kamar sambil membawa nampan berisi bubur juga segelas air putih.Tak membuat sendiri, bubur yang dia bawa berasal dari salah satu rumah makan sehat yang be
Read more
215). Apa yang Terjadi?
***"Danendra, please. Dengerin Mama ya, Nak."Danendra menggeleng. Masih dengan posisi kedua tangan berpeganga pada sandaran sofa, dia berusaha untuk kembali menyeimbangkan tubuhnya yang oleng karena rasa pusing yang mendera.Mendapat telepon dari kantor polisi tentang apa yang terjadi pada Adara, Danendra jelas dibuat kalang kabut. Mengabaikan kondisi tubuhnya yang sedang tak baik-baik saja, pria itu beringsut dari kamar lalu berlari menuruni tangga.Sialnya, tepat ketika sampai di ruang tengah, Danendra tiba-tiba saja hampir ambruk karena rasa sakit di kepala yang menderanya."Enggak, Ma. Danendra harus segera nemuin Dara buat pastiin dia baik-baik aja," ucap Danendra—masih dengan kepala menunduk, berharap rasa sakit yang sedang dia alami akan mereda."Mama aja yang pergi, Dan. Kamu di sini aja," pinta Teresa resah."Enggak, Ma," kata Danendra. "Danendra enggak akan bisa tenang sebelum pastiin sendiri gimana keadaan Adara.""Dan."Danendra mendongak lalu menatap sang mama yang berd
Read more
216). Pengobatan
***"Ini seriusan kondisinya baik-baik aja?"Karena keraguannya dengan kondisi Adara, pertanyaan tersebut langsung diucapkan Danendra pada sang dokter yang saat ini tengah melepas selang infus di tangan Adara.Hasil ct scan keluar satu jam lalu, Adara dinyatakan baik-baik saja dan sekarang, setelah satu labu infus habis, Adara diizinkan untuk meninggalkan rumah sakit dan kembali ke sel tahanan."Iya, Pak. Kondisi pasien baik-baik saja," kata sang dokter menjelaskan. "Benturan di kepalanya ternyata tak sampai menimbulkan gejala gegar otak atau sesuatu yang berbahaya lainnya.""Tapi apa enggak bisa dibiarin dulu di sini semalam aja?" tanya Danendra. "Saya takutnya ada apa-apa.""Aku enggak kenapa-kenapa, Dan," ucap Adara—berusaha menenangkan Danendra agar suaminya itu tak terlalu khawatir padanya karena saat ini bukan hanya dia, kondisi Danendra pun harus diperhatikan."Tapi, Ra."Adara mengusap punggung tangan Danendra yang hangat. "Aku baik-baik aja, Dan. Serius," ucapnya.Danendra me
Read more
217). Jatuh Cinta Tanpa Alasan
***"Mau pake car seat enggak, Ma?"Teresa baru masuk ke dalam mobil sambil menggendong Elara, pertanyaan tersebut langsung diucapkan Danendra pada sang Mama."Enggak usah, Mama gendong aja.""Elara berat.""Seberat-beratnya Elara, masih beratan kamu," celetuk Teresa—membuat Danendra terkekeh."Kalau itu jelas, Ma.""Makanya," ucap Teresa. "Udah enggak apa-apa, Elara biar Mama gendong aja. Sambil diajak main juga.""Asipnya udah dibawa?" tanya Danendra."Ada, Mama bawa dua botol susu," kata Teresa. "Yang satu biar disimpan di kulkas nanti.""Oh oke."Hari ini weekend alias sabtu pagi. Setelah kondisi Danendra membaik, pria itu mengajak sang mama pulang ke kediaman Alexander.Tujuannya tentu saja satu. Danendra ingin menemui Adam untuk meminta maaf sekaligus meminta tolong kembali untuk membebaskan Adara karena dia yakin sang Papa bisa melakukannya."Kamu beneran udah kuat nyetir, kan?" tanya Teresa memastikan, ketika perlahan mobil Danendra melaju meninggalkan rumah."Udah, Ma," kata
Read more
218). Memohon
***"Keluarga besar Alexander tidak pernah mencurangi hukum. Jika benar, kami akan membela diri kami sendiri, tapi jika salah. Kami pun akan membiarkan polisi menindaklanjuti semuanya lalu menghukum kami yang melakukan kesalahan sesuai prosedur yang berlaku."Danendra mendesah ketika ungkapan itu kembali dilontarkan Adam. Dulu, dia sangat bangga dengan prinsip yang diterapkan keluarga besarnya itu.Namun, kini tentu saja Danendra ingin melanggar semuanya demi membebaskan Adara.Sebenarnya bukan melanggar, karena pada kenyataannya Adara tak bersalah. Yang membuat perempuan itu seolah benar-benar bersalah hanyalah kesalahpahaman bukti yang sialnya mengarah pada Adara sebagai pelaku."Kita enggak akan ngelanggar prinsip itu, Pa," ucap Danendra. "Karena kita bela yang benar. Adara enggak bersalah, dan dia harus dibela."Setelah mengungkapkan keinginanya pada Adam, Danendra langsung diajak mengobrol di ruang keluarga rumahnya di lantai atas.Tak hanya berdua, mereka ditemani Teresa yang te
Read more
219). Pergi
"Maksud kamu apa?"Tak langsung menjawab, yang dilakukan Danendra sekarang adalah terus menatap Adam yang terlihat tak mengerti dengan ucapan sang putra."Maksud aku?" tanya Danendra. Dia kemudian beranjak. Tak lagi duduk di lantai, Danendra kembali mendudukkan dirinya di sofa begitupun Teresa yang ikut melakukan hal serupa."Aku mau kasih Papa dua pilihan.""Pilihan apa?" tanya Adam."Bebasin Adara atau aku akan pergi dari keluarga ini.""Pergi apa maksud kamu?" tanya Adam. "Jangan bicara yang aneh-aneh.""Dan mendingan sekarang kamu istirahat di kamar, kondisi kamu belum benar-benar pulih," ucap Teresa sambil merangkul bahu putranya itu sebelum Danendra berbicara yang macam-macam."Enggak, Ma. Danendra enggak mau istirahat. Danendra enggak butuh," ucap Danendra tanpa mengalihkan tatapannya dari Adam."Maksud kamu, kamu mau meninggalkan rumah ini dan nelepaskan nama Alexander?" tanya Adam."Iya," jawab Danendra tanpa ragu. "Punya nama Alexander pun ternyata enggak berguna. Aku enggak
Read more
220). Penasaran
***"Ke mana aja baru pulang?"Tepat ketika pintu rumah terbuka, Felicya langsung mengucapkan pertanyaan tersebut pada Rafly yang baru saja sampai beberama menit lalu.Tak lupa, Felicya memasang wajah judes agar Rafly merasa terdiskriminasi oleh raut wajah juga tatapan matanya yang tajam.Katanya pergaulan seseorang bisa mengubah kepribadian seseorang dan ternyata semua itu benar. Ketika bersama Danendra, Felicya selalu menjelma bak princess lemah lembut yang tak pernah marah-marah.Sedangkan bersama Rafly? Felicya lebih terlihat seperti istri yang galak juga tegas pada suaminya. Namun, tentu saja di balik sikap seperti itu ada secercah perhatian—terbukti ketika beberapa hari lalu Rafly sakit, Felicya merawat suaminya itu setulus hati."Suaminya baru pulang, bukan disambut pake sapaan ramah, malah disuguhin wajah judes," protes Rafly. "Tawarin minum kek, apa kek, malah diintrogasi.""Ya jawab dulu pertanyaan aku, kamu dari mana aja?" tanya Felicya. "Janji pulang jam tiga, ini udah jam
Read more
PREV
1
...
2021222324
...
32
DMCA.com Protection Status