Semua Bab Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Bab 171 - Bab 180

270 Bab

Bab 171

“Assalamu’alaikum, Bidadari Surga abang.” Zyan menyapa sang istri kala panggilan videonya diterima oleh pujaan hatinya.Senyum Zahra semakin lebar setelah mendengar sapaan sang suami tercinta. “Wa’alaikumussalam, Abang,” balasnya.“Abang kangen, Ra,” ucap Zyan sambil terus menatap layar ponselnya.“Aku juga, Bang,” sahut Zahra yang juga melakukan hal yang sama seperti suaminya.“Baru beberapa jam berpisah saja, rasanya sudah kaya bertahun-tahun. Abang memang ga bisa jauh dari kamu,” cakap Zyan.Zahra kembali tersenyum. “Abang sudah sampai di hotel?” Dia memilih mengalihkan pembicaraan daripada terus membahas kerinduan yang mereka rasakan.Zyan mengangguk. “Iya. Ini Abang baru masuk kamar terus video call kamu. Di jalan tadi, abang ga dapat sinyal. Alhamdulillah di sini sinyalnya lumayan bagus. Kalau kamu nanti ga bisa hubungi abang, bukan berarti abang matiin hape ya, tapi sinyal di sini yang susah.”“Iya, Bang. Aku tahu kok kalau di sana agak susah sinyalnya. Abang nanti mau ke proye
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-28
Baca selengkapnya

Bab 172

“Sepertinya begitu, Pak. Saya juga baru tahu soal ini. Tim sama sekali tidak memberi tahu saya.” Faisal juga tak dapat menyembunyikan keterkejutannya melihat banyak orang membawa lembaran kertas besar dengan berbagai macam tulisan. Intinya mereka menolak pembangunan proyek di sana.Alis tebal Zyan tampak bertaut. “Bagaimana bisa ketua tim tidak memberi tahu soal ini? Apa mereka mau menyembunyikannya dari kita? Untung saja kita ke sini tidak mengabari dulu, jadi tahu keadaan sebenarnya di lapangan.” Pria itu merasa geram. Menurut laporan yang diterimanya, semua berjalan dengan lancar, termasuk izin dari pemerintah dan warga setempat. Namun nyatanya masih ada orang yang demo di sana.“Saya nanti akan menyelidikinya, Pak,” lontar Faisal.“Harus itu! Aku tidak mau ada masalah di proyek ini. Kita sudah menghabiskan banyak dana dari para investor,” tukas Zyan.Faisal kemudian memerintahkan sopir untuk masuk ke area proyek. Bangunan di sana sudah berdiri dengan kokoh meskipun belum jadi sera
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-29
Baca selengkapnya

Bab 173

Masalah pedemo sudah berhasil diatasi. Dengan mengenyangkan perut, memberikan voucher menginap semalam di hotel, dan beberapa lembar uang pecahan seratus ribu, para pedemo itu menuruti keinginan Zyan. Mereka pergi dari sana dan berjanji tidak akan datang lagi kecuali akan menginap di hotel dengan voucher yang diberikan. Zyan memang turun tangan sendiri karena ingin berbicara langsung dengan mereka. Mencari tahu siapa yang sudah membayar mereka dan berapa yang diberikan. Dia juga menjelaskan kalau pembangunan hotel itu sudah mendapat izin dari pemerintah dan warga sekitar. Tenaga kerja di sana sebagian besar dari warga lokal yang sudah diberikan pelatihan sebelumnya. Tidak benar kalau merugikan warga sekitar."Sekarang sudah tidak ada lagi pengganggu. Fokus untuk persiapan acara besok, dan pastikan tidak ada yang kurang!" Zyan berbicara di depan ketua tim, manajer hotel, dan beberapa staf penting lainnya.“Baik, Pak,” sahut mereka serempak.“Apa Pak Zyan akan menginap di sini?” tanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-29
Baca selengkapnya

Bab 174

Maryam mengernyit. “Maksudmu apa? Ibu juga membelikan barang-barang seperti Bu Rania?” Zahra mengangguk. “Iya.”Maryam menggeleng. “Ibu juga antusias menyambut kelahiran cucu pertama, tapi tidak dengan membelikan barang-barang. Ibu lebih mendoakan kamu dan anak yang ada di kandunganmu. Ibu memohon kesehatan dan keselamatan untuk kalian. Ibu tidak punya banyak uang seperti Bu Rania, jadi hanya doa yang bisa ibu berikan. Kalau membelikan sesuatu, ibu takut tidak sesuai sama seleramu atau Nak Zyan,” ungkapnya.Zahra menoleh pada ibunya. “Masya Allah, Ibu memang yang paling baik. Justru doa itu yang paling aku butuhkan. Terima kasih sudah selalu mendoakan kami, Bu.” Dia pun memeluk wanita yang sudah melahirkannya itu. “Aku minta maaf karena menanyakan soal tadi. Aku hanya ingin tahu, bukan bermaksud membandingkan Ibu dan Mama,” sesalnya.Maryam mengelus punggung putrinya. “Ibu tahu. Ibu tidak marah, jadi tidak ada yang perlu dimaafkan.”‘Terima kasih, Bu. Aku sayang sama Ibu,” ucap Zahra
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-29
Baca selengkapnya

Bab 175

Zahra tak mengindahkan pesan terakhir suaminya. Dia lelah terus berbalas pesan dengan Zyan. Jadi bumil itu memutuskan melakukan panggilan video agar tidak perlu mengetik pesan dan bisa melihat wajah tampan yang begitu dirindukannya. Tidak hanya Zyan yang rindu, Zahra juga. Hanya saja Zahra lebih bisa menyembunyikan perasaannya."Assalamu'alaikum, Raja Pemilik Hatiku," sapa Zahra begitu panggilan videonya diangkat oleh Zyan. Wanita yang sedang hamil itu menampakkan senyum termanisnya."Wa'alaikumussalam, Bidadari Surga Abang." Zyan membalas salam yang pujaan hati. Senyum di wajahnya mengembang dengan sempurna. "Maaf ya, Bang, aku video call Abang duluan," ucap Zahra kemudian."Gapapa, abang senang kok bisa melihat wajah cantikmu lagi," sahut Zyan yang berhasil membuat istrinya jadi tersipu malu."Alhamdulillah, kalau abang ga marah. Padahal aku takut tadi Abang marah." Zahra mengungkapkan kekhawatirannya."Abang ga akan marah hanya karena masalah kecil seperti itu," kilah Zyan. Henin
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

Bab 176

Malam ini Zyan mengenakan setelan blazer dengan dalaman kemeja putih. Dia tidak menggunakan dasi karena acara makan malam tidak bersifat formal. Tujuan pertemuan malam ini hanya sekedar untuk berkenalan dan berbagi pengalaman, tidak untuk membicarakan bisnis atau kerja sama. Walaupun obrolan para pengusaha pasti tak jauh dari bisnis, tapi suasananya cenderung santai.Zyan melangkahkan kaki ke area restoran dengan tegap dan penuh wibawa. Di belakangnya ada Faisal yang selalu setia mengikuti ke mana pun dia pergi.Para pengusaha lokal yang sudah menunggu kedatangannya langsung berdiri menyambut begitu melihat sosok Zyan yang berkarisma."Selamat malam, Pak Zyan. Perkenalkan nama saya Syamsudin. Usaha saya saat ini di bidang properti." Seorang pengusaha yang berusia sekitar 40-an menyapa Zyan dan mengulurkan tangan terlebih dahulu.Zyan mengangguk dan menyambut uluran tangan tersebut. "Malam, juga," sahutnya.Satu per satu dari kelima pengusaha itu pun bergantian menyapa dan menyalami Zy
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

Bab 177

Terdengar tepuk tangan yang meriah kala Zyan dan seorang pejabat daerah bersamaan menggunting pita, sebagai tanda bahwa hotel telah resmi dibuka dan siap menerima tamu yang akan menginap di sana. Setelah itu pejabat daerah memberikan ucapan selamat atas dibukanya hotel tersebut. Dia berharap dengan adanya hotel ini bisa menarik lebih banyak orang untuk datang ke daerahnya dan mengurangi pengangguran karena menyerap tenaga kerja dari warga sekitar.Zyan dan pejabat daerah itu kemudian berkeliling untuk melihat-lihat suasana di sana. Manajer hotel yang mengikuti mereka memberikan penjelasan ruang-ruang yang mereka lewati dan fasilitas apa saja yang ada di hotel dan bisa dinikmati oleh para tamu.Usai berkeliling, mereka beramah-ramah sambil menikmati hidangan yang disajikan dan dibuat oleh koki hotel. Zyan berbincang dengan pejabat daerah dan beberapa pengusaha dalam satu meja bundar. Mereka membicarakan peluang usaha apa saja yang masih terbuka di sana. Pejabat tersebut mengatakan aka
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-30
Baca selengkapnya

Bab 178

“Ayah dan Ibu sedang pergi ke pengajian teman Ayah yang mau naik haji,” jawab Zahra. “Jadi, kamu di rumah sendirian sekarang?” Zyan memastikan. Wanita yang sedang berbadan dua itu pun mengangguk. “Tadi sendirian, tapi sekarang ‘kan sama Abang,” jawabnya sambil tersenyum. “Ke kamar yuk, mumpung cuma di rumah berdua.” Zyan menaikturunkan kedua alisnya. Memberi kode pada sang belahan jiwa. “Memangnya Abang ga capek?” tanya Zahra dengan wajah tersipu. “Capek abang langsung hilang begitu melihat kamu. Ayo, buruan ke kamar. Keburu Ayah dan Ibu pulang nanti.” Zyan merangkul sang istri masuk ke rumah. Tak lupa kopernya juga dibawa. Setelah mengunci pintu, keduanya menuju kamar Zahra untuk melepas rindu. Gawai Zyan bergetar beberapa kali kala mereka baru saja merengkuh nirwana. Napas keduanya masih sama-sama tersengal-sengal setelah melakukan kegiatan yang membakar kalori. Peluh juga masih membasahi tubuh polos mereka. “Siapa yang menelepon, Bang?” tanya Zahra sambil mengatur napas. “Ab
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-31
Baca selengkapnya

Bab 179

"Bang, kira-kira Mama bakal marah atau tidak ya kalau kita belanjanya sama Ibu? Anak kita ini 'kan cucu Mama juga. Siapa tahu Mama juga ingin ikut belanja," lontar Zahra sambil mengelus perut saat mereka duduk berdua di ruang tengah.Zyan mengedikkan bahu. "Abang juga tidak tahu. Coba saja kamu tanya sendiri sama Mama, mau ikut belanja atau tidak. Tapi kamu tahu sendiri kalau Mama ikut, semua pasti ingin dibeli. Daftar yang kamu buat ini ga akan ada fungsinya," ucapnya."Benar juga ya, Bang. Tapi Ibu bilang, aku juga harus mempertimbangkan perasaan Mama. Nanti aku dianggap pilih kasih karena belanja sama Ibu saja," timpal Zahra."Biar kamu ga pusing dan ga ada yang iri antara Ibu dan Mama, kita belanjanya berdua saja. Tidak usah mengajak Ibu atau Mama. Gimana?" Zyan memberi usul pada istrinya."Bisa juga seperti itu, Bang. Tapi nanti kalau aku bingung memilih, siapa yang harus aku tanya?" Bumil itu tak dapat menyembunyikan kegundahannya."Kan ada Abang yang bisa kamu mintai pendapat.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-31
Baca selengkapnya

Bab 180

Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, Zyan dan Zahra akhirnya pergi berdua ke pusat perbelanjaan yang cukup tersohor di Jakarta. Sejak dari rumah Umar, mereka dikawal oleh dua orang bodyguard yang mengikuti dengan sepeda motor. Dua pria itu sengaja mengendarai motor agar lebih mudah bergerak dibandingkan dengan mobil.Zyan dan Zahra memasuki salah satu toko perlengkapan ibu dan bayi yang terkenal dan cabangnya di mana-mana. Pria bercambang tipis itu terus menggandeng tangan istrinya sejak keluar dari mobil. Sesekali juga memeluk pinggang Zahra seperti saat masuk ke dalam lift atau naik ke eskalator.Pramuniaga menyambut kedatangan mereka dengan ramah. Dia menanyakan barang apa yang ingin dicari. Saat Zahra mengatakannya, mereka kemudian diantar ke tempa di mana barang itu berada."Bagusnya warna apa ya?" Zahra melihat beberapa setelan panjang yang terpajang di sana."Maaf, Bu. Kalau boleh tahu perkiraan jenis kelaminnya apa?" tanya sang pramuniaga."Laki-laki, Mbak," jawab Zahra
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-05-31
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
27
DMCA.com Protection Status