Home / Romansa / Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris / Chapter 181 - Chapter 190

All Chapters of Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Chapter 181 - Chapter 190

270 Chapters

Bab 181

"Assalamu'alaikum." Zahra mengucap salam ketika masuk ke ruang keluarga di mana Rania, Prabu, dan Saffa sedang berkumpul di sana. "Wa'alaikumussalam. Wah, menantu kesayangan mama sudah pulang." Rania gegas menghampiri sang menantu. Mencium kedua pipi dan memeluk setelah Zahra menyalaminya. "Mama, sehat 'kan?" tanya Zahra usai mengurai pelukan. "Alhamdulillah. Mama sangat sehat. Kamu dan anakmu juga sehat 'kan?" sahut Rania. "Alhamdulillah berkat doa semuanya, kami berdua sehat," jawab Zahra sambil mengulas senyum di bibir. "Aku ga ditanyain kabarnya, Ma," protes Zyan yang baru masuk karena harus mengambil tas belanjaan terlebih dahulu. Rania melirik sekilas pada putra sulungnya. "Kalau kamu sudah jelas terlihat sangat sehat," ucapnya seraya mengajak Zahra bergabung dengannya di sofa. "Astaghfirullah, anak sendiri dicuekin. Sebenarnya yang anak kandung aku apa Zahra sih?" Zyan menggeleng melihat sikap sang mama yang cenderung cuek padanya. Beda bila dengan Zahra, mamanya
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

Bab 182

Saat usia kehamilannya hampir menginjak sembilan bulan, Zahra memutuskan mengambil cuti. Selain karena semakin mudah lelah, dia juga sibuk menyiapkan banyak hal untuk calon anaknya. Setelah melalui berbagai pertimbangan dan perdebatan, akhirnya Zyan dan Zahra memutuskan membuat kamar untuk calon anak mereka.Zahra awalnya menolak ide suaminya tersebut. Namun Rania dan Maryam membantu Zyan memberi pengertian padanya. Dengan adanya kamar itu bukan berarti sang anak akan tidur terpisah dengannya dan Zyan. Kamar tersebut digunakan untuk menyimpan pakaian, perlengkapan, dan mainan selama sang anak belum tidur sendiri di sana. Akhirnya setelah membaca banyak artikel dan mendengarkan cerita dari yang sudah berpengalaman, Zahra pun setuju.Kamar bayi itu dibuat di sebelah kamar mereka yang terhubung dengan connecting door. Jadi mereka bisa masuk ke kamar bayi tanpa harus keluar dari kamar mereka. Selama proses pembuatan kamar dan renovasi, keduanya tidur di kamar tamu. Begitu selesai, mereka
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

Bab 183

Zyan tersenyum pada sang istri sebelum bangun dari duduk. Dia tak mematikan video call agar bisa terus memantau keadaan Zahra. Selama berjalan menuju ruang meeting, CEO itu memasukkan gawainya ke saku jas agar yang lain tidak melihat istrinya yang tidak mengenakan hijab.Meskipun Zahra sudah meyakinkan kalau dirinya baik-baik saja, tetap saja Zyan kepikiran. Apalagi melihat ekspresi pujaan hatinya saat tadi merasakan kontraksi palsu. Rasanya dia ingin cepat pulang dan menemani Zahra melewati semua itu. Entah dengan memeluknya, mengelus pinggangnya ataupun merelakan tangannya untuk dipegang saat Zahra merasakan sakit. Namun kewajiban dan tanggung jawab membuatnya tak bisa pergi begitu saja. Begitu tiba di ruang meeting, Zyan langsung duduk di kursinya. Dia mengeluarkan ponsel berlogo apel tergigit miliknya, lantas meletakkannya di atas meja. Pria bercambang tipis itu kini bisa melihat istrinya yang sedang tiduran menggunakan bantal hamil. Dia tersenyum tipis, hatinya kini lebih tenang
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

Bab 184

Zyan membuka pintu kamar perlahan-lahan karena takut membangunkan istrinya yang sedang tidur. Dia juga melangkahkan kaki dengan hati-hati agar tak menimbulkan suara. Zyan langsung menuju walk-in closet untuk mengambil pakaian ganti. Dia lantas ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan berganti pakaian rumah. Setelah itu Zyan naik ke atas tempat tidur, mendekati sang pujaan hati.Zahra seketika membuka mata begitu merasa ada gerakan di sampingnya. Kening bumil itu mengerut kala melihat sosok yang ada di sisinya. “Abang, kok udah pulang?” tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.Zyan tersenyum. “Abang kangen kamu dan anak kita, makanya pulang,” jawabnya yang tak sepenuhnya berdusta. “Abang minta maaf ya karena membangunkanmu,” sambungnya.Zahra menggeleng. “Memang sudah waktunya bangun karena aku tidur udah lumayan lama, Bang,” timpalnya.“Abang, udah lama nyampenya?” tanyanya kemudian.Pria bercambang tipis itu menggeleng. “Abang baru saja sampai. Tadi bersih-bersih sebentar sa
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

Bab 185

Sontak Zahra dan Zyan menoleh ke arah suara yang memanggil. Wanita yang sedang hamil besar itu mengernyit saat melihat sosok yang melambaikan tangan padanya. Tak berapa lama kemudian senyum menghiasi wajah cantiknya. Dia pun balas melambaikan tangan.“Bang, aku ke sana sebentar ya.” Tanpa menunggu jawaban suaminya, Zahra sudah beranjak menghampiri orang yang memanggilnya.“Tanti, apa kabar?” Zahra menyapa dan menyalami wanita yang sudah berdiri menyambutnya.“Alhamdulillah, kabarku baik.” Wanita yang dipanggil Tanti itu kemudian melakukan cipika cipiki dengan Zahra. “Kamu kok ga ngundang sih waktu nikah, udah lupa ya sama aku?” protesnya usai mengurai pelukan.“Maaf, Tan. Bukan tidak mau ngundang, tapi aku kehilangan kontakmu. Aku bingung kirim undangan ke mana. Kemarin itu persiapannya juga mepet. Aku cuma ngundang beberapa teman yang kebetulan rumahnya dekat. Besok kalau akikah anakku, insya Allah aku undang,” sahut Zahra.“Siapa, Ra?” Tiba-tiba Zyan memeluk pinggang istrinya.“Eh,
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Bab 186

“Aku minta nomor hapemu saja, Tan. Nanti aku tanyakan dulu ke HRD ada lowongan atau tidak. Kalau sudah dapat info, aku akan langsung kabarin kamu.” Zahra mengalihkan pembicaraan agar suasana tidak terlalu tegang.Tanti mengangguk. “Oke. Nomor hapemu berapa? Biar aku yang kirim pesan duluan sama kamu,” ucapnya sambil mengambil gawai dari tasnya.Zahra kemudian menyebutkan nomornya lalu Tanti mencatat dan menyimpan di ponsel.“Aku sudah kirim WA ke nomormu,” ucap Tanti setelah tadi terlihat mengetik sebentar.Zahra mengangguk. “Oke, nanti aku simpan nomormu.”“Ra, segera habiskan baksonya. Orang kantor ada yang mau ke rumah karena butuh tanda tangan abang,” tukas Zyan yang sudah menandaskan baksonya. Dia lalu menyeruput es jeruknya.“Iya, Bang. Ini tinggal dua baksonya.” Zahra pun gegas menghabiskan baksonya dan tidak bicara lagi dengan teman kuliahnya.Sambil menunggu istrinya selesai makan, Zyan tampak sibuk dengan gawainya. Dia bahkan melakukan panggilan di depan teman kuliah Zahra u
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more

Bab 187

Saat Zahra berganti pakaian, Zyan keluar dari kamar membawa tas perlengkapan bayi dan koper yang berisi perlengkapan sang istri juga dirinya. Pria itu memang sudah menyiapkan pakaian ganti saat nanti menemani Zahra dan anak mereka di rumah sakit. Tempo hari ketika melihat Zahra menyiapkan perlengkapannya, Zyan kepikiran menyiapkan bajunya sekalian karena tidak mau bolak-balik ke rumah dan ingin terus menemani sang belahan jiwa sampai diizinkan pulang oleh dokter.“Loh, Zy, kok bawa tas sama koper. Mau ke mana?” tanya Rania saat berpapasan dengan putra sulungnya di ruang tengah.“Zahra mau melahirkan, Ma.” Zyan berhenti sejenak untuk menjawab mamanya.“Alhamdulillah. Kalau gitu mama ikut ke rumah sakit. Tunggu mama ganti baju sebentar ya.” Rania gegas masuk kembali ke kamar sementara Zyan pergi ke garasi.Pria bercambang tipis itu memasukkan tas dan koper ke bagasi mobil. Setelah itu menyalakan mesin mobil dan membiarkannya agar panas. Zyan lantas meninggalkan garasi untuk kembali ke k
last updateLast Updated : 2024-06-06
Read more

Bab 188

“Saya mau ke toilet, Ma.” Zahra meringis pada mama mertuanya.“Ya ampun, mau ke toilet? Mama pikir kamu mau yang lain. Yuk, mama antar.” Raina membantu menantunya bangun dan turun dari ranjang pasien. Wanita paruh baya itu bertanya pada perawat di mana letak toilet sebelum mengantar sang menantu ke sana.Zyan yang baru selesai mengurus adminstrasi, terkejut saat tidak melihat istri dan mamanya di ruang pemeriksaan. Dia bertanya-tanya dalam hati ke mana kedua wanita yang berarti dalam hidupnya itu. Kalau keluar dari IGD tidak mungkin karena Zyan bisa melihat siapa saja yang berlalu-lalang di pintu masuk. Pria bercambang tipis itu gegas keluar dan bertanya pada perawat yang ada di sana. “Sus, apa melihat istri dan mama saya yang tadi ada di sana?” Dia menunjuk ruang yang tadi digunakan untuk memeriksa Zahra.“Istrinya yang sedang hamil besar ya, Pak?” tanya perawat itu.Zyan mengangguk. “Iya, Sus.”“Sepertinya pergi toilet soalnya tadi ibunya tanya toilet di mana.” Perawat itu lantas
last updateLast Updated : 2024-06-07
Read more

Bab 189

“Kok ga bilang dari tadi kalau sudah pecah ketuban, Ra. Ayo ke rumah sakit sekarang.” Zyan tiba-tiba membopong Zahra yang berdiri di sampingnya.“Ma, aku pergi duluan. Nanti Mama nyusul ya, sama minta tolong jemput Ayah Umar dan Ibu Maryam.” Setelah mengatakan itu, dia gegas beranjak dari depan kamar orang tuanya.“Ya.” Rania kemudian kembali masuk ke kamar untuk membangunkan Prabu dan berganti pakaian.“Abang, kenapa aku digendong. Aku bisa jalan sendiri,” protes Zahra yang berada dalam gendongan Zyan.“Biar cepat sampai ke mobil.” Pria bercambang tipis itu tak mengindahkan protes istrinya. Tujuannya hanya satu agar mereka cepat masuk ke mobil dan sampai di rumah sakit. Jangan sampai nanti anaknya lahir saat dalam perjalanan. Pasti beritanya akan heboh kalau hal itu terjadi.Ternyata sopir sudah menunggu keduanya di depan rumah. Pintu kabin tengah juga sudah dibuka jadi Zyan tinggal mendudukkan istrinya di sana. Saat Zahra bersiap tadi, dia sambil menghubungi salah satu sopir keluar
last updateLast Updated : 2024-06-08
Read more

Bab 190

Zahra menghela napas panjang. “Insya Allah saya siap operasi caesar kalau memang itu yang terbaik,” ucapnya kemudian.“Alhamdulillah.” Semua yang ada di ruangan itu menghela napas lega.“Kami akan melakukan caesar dengan metode ERACS yang sedang tren saat ini,” lontar sang dokter kandungan.“Apa itu, Dok?” tanya Maryam yang masing sangat asing dengan istilah yang disebutkan oleh dokter.“ERACS atau yang kepanjangannya Enhanced Recovery After Cesarean Surgery adalah metode pemulihan yang dikembangkan untuk meminimalkan rasa nyeri dan mempercepat proses penyembuhan pada pasien paska operasi. Kalau caesar biasa, pasien baru belajar jalan sehari setelah operasi. Tapi kalau pakai metode ERACS, dua jam setelah operasi, pasien bisa langsung beraktivitas, seperti berjalan dan yang lainnya,” terang dokter.“Apa saya boleh menemani istri saya di ruang operasi, Dok?” tanya Zyan.“Asal Pak Zyan kuat mental, silakan menemani. Tapi kalau tidak kuat mental, lebih baik jangan. Kalau sampai pingsan di
last updateLast Updated : 2024-06-09
Read more
PREV
1
...
1718192021
...
27
DMCA.com Protection Status