Home / Romansa / Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris / Chapter 201 - Chapter 210

All Chapters of Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Chapter 201 - Chapter 210

270 Chapters

Bab 201

Zahra merasa gugup dan salah tingkah karena Zyan terus mendesaknya. Apalagi tatapan tajam Zyan membuatnya tak berdaya. Dia lantas menundukkan pandangan. “Lebih baik Abang segera ganti baju, setelah itu kita ke dokter. Abang akan tahu jawabannya di sana nanti.”“Kenapa harus nunggu ketemu dokter? Kenapa tidak sekarang saja? Jangan buat Abang mati penasaran, Ra.” Zyan terus mendesak istrinya.“Aku siapin baju Abang dulu. Setelah itu aku ganti baju Zayyan.” Zahra mengalihkan pembicaraan dan tetap tidak mau mengatakan kejutan yang disiapkan untuk suaminya.Zyan tampak frustrasi karena Zahra tetap tutup mulut. Percuma juga mendesak, kalau sang istri tetap pada pendiriannya. Dia akhirnya mengalah, mengikuti langkah Zahra menuju walk-in closet.Sesudah semuanya siap, mereka pun pergi ke dokter kandungan. Zyan mengendarai sendiri kendaraannya. Zahra duduk di sampingnya sambil menggendong Zayyan. Tak tega rasanya meninggalkan sang putra meskipun ada yang menemaninya.“Bukannya dokter yang bias
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 202

“Jadi bagaimana? Apa Pak Zyan setuju Bu Zahra memakai kontrasepsi untuk mencegah kehamilan?” Dokter bertanya pada Zyan.“Saya setuju, Dok. Saya hanya kaget karena istri saya tidak bilang tujuannya ke sini untuk apa. Saya pikir hanya untuk mengecek apa benar nifasnya sudah selesai,” sahut Zyan.Dokter kandungan itu tersenyum. “Karena Pak Zyan sudah setuju, Bu Zahra tinggal memutuskan mau menggunakan kontrasepsi apa?” Dia beralih pada Zahra.“Saya ingin yang tidak mengganggu produksi ASI dan siklus haid, Dok,” timpal Zahra.“Kalau begitu saya sarankan pakai IUD yang nonhormonal. Tapi saya tidak menjamin 100% kehamilan tidak akan terjadi. Karena di beberapa kasus, ada yang sudah memakai kontrasepsi ternyata masih bisa hamil. Dan itu berlaku untuk semua jenis kontrasepsi,” lontar sang dokter kandungan. Dokter kemudian menjelaskan alat kontrasepsi yang tadi dia sarakan.Zahra mengangguk. “Iya, Dok, Saya paham. Tapi lebih baik melakukan pencegahan ‘kan daripada tidak melakukan apa pun.”“Ben
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 203

Zahra tak langsung menjawab suaminya. Dia masih merasa bimbang. “Bang, boleh nanti aku jawab di rumah setelah memastikan Mama bisa menjaga Zayyan?” pintanya.Zyan menghela napas panjang sebelum menjawab dengan anggukan. Setidaknya besoak ada secercah harapan untuknya bisa berduaan dengan Zahra. Soal mamanya, itu perkara gampang. Rania pasti bersedia menjaga cucunya seharian, apalagi ditemani Saffa yang sangat gemas pada Zayyan. Adik Zyan itu kalau di rumah pasti maunya main sama keponakannya.“Kita mau langsung pulang atau mampir ke mana dulu?” tanya Zyan setelah melajukan lagi kendaraan mewahnya.“Langsung pulang saja, Bang. Tidak ada yang harus dibeli,” jawab Zahra.“Kamu ga ingin makan di mana gitu?” tanya Zyan lagi.Zahra menggeleng. “Enggak, Bang. Kita makan di rumah saja. Aku masih belum merasa nyaman membawa Zayyan ke tempat umum.”“Ya sudah kalau begitu.” Zyan pun mengendarai mobilnya menuju kediaman Darmawangsa.Begitu tiba di rumah, Zahra langsung membawa Zayyan ke kamar kar
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Bab 204

Zyan seketika mendesah mendengar pertanyaan belahan jiwanya itu. Dia tahu putra mereka memang jadi prioritas sekarang, tapi dirinya pun juga butuh Zahra untuk selalu ada di dekatnya.“Abang ‘kan hanya minta waktumu beberapa hari, sama seperti hari ini. Masa kamu tidak bisa? Lagian juga tidak setiap minggu atau bulan, hanya di waktu tertentu,” lontar pria bercambang tipis itu.“Apa kita harus membicarakan soal ini sekarang, Bang? Apa tidak bisa di lain waktu? Bukankah Mama bilang kita harus menikmati waktu bersama. Kalau kita membicarakan hal-hal yang membuat kita berdebat, tujuan kita staycation malah tidak tercapai,” cetus wanita yang mengenakan hijab berwarna biru muda itu.“Benar juga apa yang kamu katakan. Oke. Abang tidak akan lagi membicarakan hal-hal yang serius. Mulai detik ini abang hanya akan mengatakan dan melakukan hal yang manis denganmu.” Zyan menoleh ke kiri lantas mengedipkan sebelah mata.“Abang, genit ah!” seru Zahra.“Halal kalau genit sama istri sendiri, Ra,” tukas
last updateLast Updated : 2024-06-19
Read more

Bab 205

Mila berusaha menarik tangannya yang digenggam oleh Gala. Namun aktor muda itu menahannya.“Kenapa? Kamu tidak suka?” Gala menatap lekat wanita di hadapannya.Mila mengembuskan napas panjang. “Ya, aku tidak suka dan aku tidak ingin melanjutkan pernikahan ini,” ungkapnya.Mantan kekasih Zyan itu balas menatap sang aktor. “Gala, kita tidak saling cinta, percuma juga meneruskan pernikahan ini. Kamu hanya terbawa emosi sesaat karena lebih dari setengah tahun kita hidup bersama. Percayalah, tak lama lagi kamu pasti akan terbiasa tanpa aku. Kamu bisa kembali pada mantan pacarmu atau mungkin kamu akan bertemu wanita yang baru,” tandasnya.Gala menggeleng. “Ini bukan emosi sesaat, Mil. Aku benar-benar ingin bersamamu.” Aktor tampan itu masih membujuk sang mantan aktris.“Mila, kita bisa belajar saling mencintai. Tidak ada yang tidak mungkin kalau kita mau berusaha,” imbuhnya.Mila menggoyangkan kepala ke kiri kanan. “Sudahlah, Gala. Lebih baik kita jalani hidup masing-masing seperti sebelumny
last updateLast Updated : 2024-06-20
Read more

Bab 206

Zahra mengerling pada suaminya. “Apa sih, Bang? Penting banget ya dibahas dan dijawab sekarang?” Dia merasa kesal pada Zyan karena sering bertindak sesuka hati dan hobi memaksakan kehendak. “Enggak sih, tapi abang ingin dengar jawabanmu, Ra,” sahut Zyan. “Ya sudah, kalau begitu tidak perlu kita bahas lagi soal itu. Kapan-kapan saja. Aku sedang tidak mood,” tukas Zahra. Pria bercambang tipis itu menghela napas panjang. “Oke.” Dia memutuskan mengalah daripada memancing emosi istrinya. Masa baru pulang dari staycation malah berantem, harusnya ‘kan mereka tambah mesra. “Ada yang mau kamu beli atau tidak sebelum pulang?” Zyan mengalihkan pembicaraan dan mencoba mengambil hati istrinya. “Mampir sebentar beli kantong ASI, Bang. Sudah hampir habis stoknya. Dua hari ‘kan pakai kantong ASI terus karena tidak menyusui langsung,” jawab Zahra. “Siap, Nyonya Zyan. Kita pergi ke toko biasanya atau ke mana?” Zyan menoleh sebentar pada istrinya. “Ke tempat biasa saja, Bang. Takutnya kalau
last updateLast Updated : 2024-06-21
Read more

Bab 207

“Rasanya aku masih belum bisa melepas Zayyan 24 jam dengan baby sitter, Bang,” aku Zahra.“Selain baby sitter, di rumah masih ada Mama, Saffa, sama Papa, Ra. Zayyan tidak hanya berdua dengan susternya. Lagian kita sudah membiasakan Zayyan tidur di kamarnya sendiri. Di rumah juga ada CCTV yang bisa kita cek selama 24 jam. Kamu jangan terlalu khawatir. Insya Allah semuanya akan aman,” ujar Zyan.Dalam hati Zahra membenarkan apa yang dikatakan suaminya.“Abang janji setelah urusan selesai, kita akan langsung pulang. Tidak ada acara jalan-jalan atau liburan,” cetus Zyan agar istrinya lebih tenang.“Benar ya, Bang, kita langsung pulang setelah kerjaan selesai.” Zahra menoleh pada suaminya.“Iya. Pegang janji abang. Sekarang, jangan khawatir lagi ya.” Zyan mengelus kepala sang istri yang tertutup hijab warna hitam.Zahra mengangguk. “Insya Allah, Bang.”“Saat memutuskan kembali bekerja, kamu ‘kan sudah memberi kepercayaan pada baby sitter untuk menjaga Zayyan selama kita bekerja. Kalau kamu
last updateLast Updated : 2024-06-23
Read more

Bab 208

“I—iya benar.” Zahra merasa gugup.“Syukurlah aku tidak salah orang.” Sosok itu terlihat menghela napas lega. “Sudah lama aku ingin bertemu denganmu untuk minta maaf secara langsung,” sambungnya.Kening Zahra mengerut. “Minta maaf untuk apa ya?”“Untuk kasus yang dulu itu. Eh, kamu tahu aku ‘kan? Aku Mila, mantan pacar Zyan. Kita pernah sekali bertemu di rumah sakit,” ungkap wanita yang menyapa Zahra tadi.“Oh, Mbak Mila. Iya, saya ingat sekarang. Maaf karena tadi tidak mengenali, Mbak Mila,” sahut Zahra seraya tersenyum pada mantan aktris itu. Sebenarnya dia tahu kalau wanita di hadapannya adalah Mila, tapi istri Zyan itu pura-pura tidak tahu.Mila membalas senyum Zahra. ‘Tidak apa-apa. Kita baru sekali bertemu, wajar kalau kamu lupa. Apalagi waktu itu pertemuan kita dalam suasana yang tidak menyenangkan,” timpalnya.“Oh ya, boleh minta waktumu sebentar? Aku ingin bicara secara pribadi sama kamu,” pinta Mila.“Bicara tentang apa ya, Mbak? Penting atau tidak? Soalnya sekarang saya bar
last updateLast Updated : 2024-06-23
Read more

Bab 209

“Apa yang ingin Mbak Mila bicarakan dengan saya?” Zahra langsung bertanya begitu mereka dapat tempat duduk. “Aku mau minta maaf atas semua salahku di masa lalu. Waktu itu aku dipengaruhi oleh asistenku untuk meminta tanggung jawab Zyan padahal bukan dia yang menghamiliku. Hubunganku sama Zyan sudah berakhir sebelum aku melakukan kesalahan hingga bisa hamil. Aku stres banget waktu Zyan memutuskan hubungan kami karena itu aku cari pelampiasan,” beber Mila. “Saya sudah memaafkan Mbak Mila kok. Begitu juga Bang Zyan. Saya juga minta maaf kalau saya ada salah sama Mbak Mila. Sekarang semua sudah berlalu, mari kita jadikan pelajaran agar tidak lagi melakukan kesalahan yang sama di masa mendatang,” tutur Zahra dengan lembut. Mila mengangguk. “Kamu tidak punya salah sama aku. Sejak awal hubunganku sama Zyan memang tidak mendapat restu dari mamanya, tapi aku tetap nekat. Aku berharap lama-lama mamanya bisa nerima aku sebagai calon menantunya. Namun sayangnya Zyan sendiri tidak mau memperjuan
last updateLast Updated : 2024-06-23
Read more

Bab 210

Zahra gegas menggeser tombol hijau di layar. "Assalamu'alaikum, Bang," sapanya kemudian."Wa'alaikumussalam. Sudah mau pulang apa belum? Abang baru selesai golf-nya," balas Zyan dari seberang telepon."Sudah, Bang. Ini aku baru jalan ke tempat parkir," sahut Zahra."Oke. Kamu langsung saja ke restoran, kita ketemu di sana. Sopir sama baby sitter diajak makan sekalian. Setelah makan biar mereka pulang dulu, nanti kamu dan Zayyan pulangnya bareng sama abang," titah Zyan."Memangnya Abang ga ganti baju dulu?" tanya Zahra."Di mobil 'kan ada baju ganti, Ra, masa kamu lupa," tukas pria bercambang tipis itu.Zahra meringis, menyadari kelupaannya. Pasti karena gugup tadi hingga lupa kebiasaan sang suami yang selalu membawa baju ganti di mobil. "Maaf, Bang. Aku lagi ga konsen karena sambil jalan, jadi lupa.""Ya sudah, abang tutup teleponnya. Hati-hati jalannya. Sampai ketemu nanti di restoran," tandas Zyan."Ya, Bang," sahut Zahra. Setelah saling mengucap salam, panggilan itu pun diakhiri da
last updateLast Updated : 2024-06-24
Read more
PREV
1
...
1920212223
...
27
DMCA.com Protection Status