Home / Romansa / Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris / Chapter 221 - Chapter 230

All Chapters of Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Chapter 221 - Chapter 230

270 Chapters

Bab 221

“Saya tadi mengantar Bu Zahra ke mal XX, Pak.” Sopir keluarga Darmawangsa itu kemudian memberi tahu Zyan percakapannya dengan Zahra sebelum meninggalkan sang nyonya muda di depan pintu masuk mal.Zyan menghela napas panjang usai mendengar cerita sang sopir. “Pak Dadang sudah dihubungi belum sama Zahra?” tanyanya kemudian.“Belum, Pak. Ini saya juga nunggu dihubungi sama Bu Zahra. Apa saya susul saja ke mal ya, Pak?” lontar Dadang dari seberang telepon.Pria bercambang tipis itu mendesah. “Memangnya Zahra bilang minta dijemput di mal? Tidak ‘kan?”“Memang tidak, Pak. Tapi siapa tahu saya bisa dapat petunjuk,” sahut sang sopir.“Terserah Pak Dadang saja. Segera kabari saya kalau dapat petunjuk atau Zahra menghubungi Pak Dadang,” pinta Zyan. Dia kemudian mengakhiri panggilan setelah sang sopir menyanggupi permintaannya. “Kamu sebenarnya ke mana, Ra?” gumamnya.“Ya, masuk!” seru Zyan setelah mendengar ketukan di pintu ruangannya.Ketika pintu dibuka, terlihat sosok Faisal di sana. Asisten
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Bab 222

Merasa bosan karena tidak mendapatkan yang diinginkan, Mila akhirnya masuk ke ruangan di mana Zahra berada. Kamar itu gelap karena tidak ada jendela di sana. Mila kemudian menekan sakelar hingga lampu kecil yang ada di tengah langit-langit pun menyala.Zahra masih tergeletak dan belum sadar. Mungkin dosisnya tinggi hingga sudah beberapa jam istri Zyan itu tak juga bangun. Kemarin dia hanya beli obat bius tanpa tahu dosisnya besar atau kecil. Penjualnya memang bilang kalau itu salah satu yang bagus.Mila keluar dari sana lalu ke kamar mandi. Mengambil gayung yang terisi penuh dengan air kemudian kembali ke ruangan tadi. Tanpa belas kasihan sedikit pun mantan aktris itu menyiram wajah Zahra dengan air dari gayung.“Hei, bangun!” teriak Mila sambil menendang kaki Zahra yang tidak diikat.Wanita berhijab itu pun perlahan-lahan membuka mata. Dia tampak bingung saat melihat sekeliling ruangan yang tidak terlalu terang tersebut. Saat Zahra bicara hanya gumaman yang terdengar karena mulutnya
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Bab 223

Zahra seketika berpikir untuk pura-pura gila atau kerasukan begitu melihat kepanikan di wajah mantan aktris itu. Namun dia berpikir ulang, bagaimana kalau Mila semakin panik dan malah memutuskan membunuhnya. Zahra harus bertindak hati-hati dan tidak boleh gegabah. Sebisa mungkin dia mengulur waktu sampai Zyan atau siapa pun bisa menemukan jejaknya.“Mbak, bolehkah saya memeras ASI dan ke kamar mandi? Dada saya sakit karena ASI-nya tidak dikeluarkan, Mbak. Saya juga ingin buang air kecil.” Zahra mengubah strateginya dengan memanfaatkan keadaannya.“Kamu hanya pura-pura karena ingin melarikan diri ‘kan?” tuduh Mila.Zahra menggeleng. “Saya tidak bohong. Mbak Mila bisa pegang dada saya ini rasanya kencang sekali karena ASI-nya penuh. Kalau Mbak Mila tidak percaya saya ingin buang air kecil, tolong sediakan ember. Saya akan buang air di sini ataukah saya harus mengompol di celana?” sanggahnya.Mila berpikir sesaat. Kalau dia membiarkan Zahra mengompol itu sangat menjijikan. Menyediakan em
last updateLast Updated : 2024-06-27
Read more

Bab 224

“Menurut riwayat perjalanan, posisi terakhir Bu Zahra ada di daerah ini, Pak.” Faisal menunjukkan pada Zyan lokasi di mana terakhir kali ponsel Zahra membagikan lokasinya.“Aku akan ke sana. Kirim orang ke sana untuk membantu mencari Zahra,” sahut Zyan yang sejak tadi gelisah dan terus mondar-mandir saat menunggu asisten pribadinya melacak keberadaan Zahra.“Apa ponselnya masih aktif?” tanya Zyan kemudian.“Tidak aktif, Pak. Kemungkinannya ada dua, kalau tidak baterainya habis, ya sengaja dinonaktifkan,” jawab Faisal.Zyan menyugar rambutnya yang sudah tidak bisa dikatakan rapi lagi. “Kenapa aku tadi tidak minta nomor ponsel temannya yang syukuran rumah? Bodoh sekali aku!” Pria itu memukul kepalanya sendiri karena kecerobohannya.“Fai, minta orang untuk meretas nomor Zahra dan melihat isi pesannya selama seminggu terakhir ini! Mungkin dari sana kita bisa dapat petunjuk,” lontar Zyan.“Baik, Pak. Akan saya hubungi tim siber,” sahut asisten pribadi Zyan itu.“Fai, tidak mungkin ‘kan ist
last updateLast Updated : 2024-06-28
Read more

Bab 225

Zyan gegas masuk ke kantor polisi begitu tiba di sana. Faisal yang mengemudi juga bergerak cepat mengikuti sang pimpinan."Selamat malam, Pak. Ada yang bisa kami bantu?" sapa polisi yang berjaga dengan ramah."Tadi ada yang menelepon ke kantor memberi tahu kalau ada yang menemukan tas di tempat sampah dan dibawa ke sini. Saya suami pemilik tas tersebut," jawab Zyan."Maaf, siapa nama istri Bapak?" tanya polisi tersebut."Elzahra Pallavi," jawab Zyan."Silakan ditunggu sebentar, Pak." Polisi itu meninggalkan tempat duduknya lalu berjalan ke ruang dalam. Tak berapa lama polisi itu kembali sambil menenteng tas. "Apa benar ini tas milik istri Bapak?"Zyan mengangguk. "Benar, Pak. Itu tas yang tadi dibawa istri saya. Apa orang yang menemukan tas itu masih ada di sini?" tanyanya kemudian.Polisi tersebut menggeleng. "Sudah pulang, Pak. Dia itu pemulung yang tinggalnya tidak jauh dari sini. Apa Bapak ingin bertemu dengan dia?"Pria bercambang tipis itu mengangguk. "Iya. Saya ingin mengucapka
last updateLast Updated : 2024-06-28
Read more

Bab 226

Faisal menggeleng. “Mungkin saja, tapi juga mungkin tidak. Saya rasa Bu Zahra tidak akan mau sembarangan bertemu dengan orang yang tidak dikenal akrab. Kalau menurut saya, ini lebih ke personal, bukan bisnis. Saat ini kita tidak sedang bersaing memenangkan tender dengan siapa pun. Biasanya kalau persaingan bisnis pasti menyerang bisnisnya bukan personal. Itu menurut analisis saya, Pak, tapi bisa jadi salah karena saya bukan ahlinya,” bebernya.Zyan mengusap wajahnya yang tampak lelah itu. Meskipun begitu kadar ketampanannya tidak berkurang. Penampilannya tidak serapi tadi, dasi sudah dilepas. Kancing kemeja paling atas dibuka. Lengan kemejanya pun dilipat sampai siku. Kain kemejanya juga sudah tidak terlihat licin.Seorang polisi menghampiri mereka sambil membawa gawai Zahra dan laptop. Pria yang tidak mengenakan seragam itu memakai sarung tangan hitam agar sidik jarinya tidak ada pada barang bukti.“Mari kita cek pesan-pesan di ponsel istri Bapak,” ucapnya.“Sebelumnya, silakan pakai
last updateLast Updated : 2024-06-28
Read more

Bab 227

Sesudah dari rumah sang pemulung, Zyan dan Faisal menuju lokasi di mana Zahra terakhir kali terlacak keberadaannya. Polisi menyisir wilayah tersebut sampai jarak dua kilometer dari titik lokasi.“Kenapa di sini sinyalnya tiba-tiba hilang? Padahal tadi bagus di sana,” keluh Faisal yang ingin menghubungi orang-orang suruhannya.“Coba kamu pindah tempat, Fai,” titah Zyan.Faisal pun menuruti atasannya. Dia bergerak sambil terus melihat sinyal di ponselnya. Begitu ada sinyal, pria itu langsung menghubungi orang suruhannya.“Sepertinya ada yang memakai pengacak sinyal di sini,” lontar seorang polisi.Zyan mengernyit. “Bagaimana Bapak bisa tahu?”“Karena hanya di area ini yang tidak ada sinyal, ke sebelah sana bagus sinyalnya. Kalau ini daerah blank spot pastinya di semua area tidak ada sinyal. Ini jadi sangat mencurigakan.” jelas polisi tadi.“Saya curiga rumah itu yang memasangnya pengacak sinyal.” Polisi itu menunjuk sebuah rumah yang jauh dari yang lain dan tampak gelap.“Tapi rumah itu
last updateLast Updated : 2024-06-29
Read more

Bab 228

Setengah jam sebelum penggerebekan terjadi.“Mbak, apa kita tidak bisa bicara dan menyelesaikan ini baik-baik tanpa ada yang terluka dan dirugikan? Saya janji tidak akan lapor ke polisi dan Mbak Mila bisa berkarir lagi. Saya yakin Bang Zyan dan Mas Gala bisa membantu menaikkan Mbak Mila seperti dulu.” Zahra masih berusaha membujuk Mila.“Bicara saja memang mudah, tapi kenyataan sering tidak sesuai dengan rencana. Kamu tidak tahu bagaimana susahnya membangun karir di dunia hiburan. Harus casting ke sana kemari. Itu juga belum tentu diterima. Belum lagi menghadapi produser dan sutradara nakal yang mengharuskan kita tidur dulu sama mereka agar mendapatkan peran utama,” tukas Mila.“Kamu bisa bicara seperti itu karena tidak pernah mengalami. Kamu pikir mudah kembali setelah semua masyaraka memaki dan menolak keberadaanku di dunia hiburan hah.” Bukannya mereda, Mila malah semakin tersulut emosinya.“Masyarakat kita itu pemaaf, Mbak. Banyak yang sebelumnya bermasalah dengan polisi atau puny
last updateLast Updated : 2024-06-29
Read more

Bab 229

Mila yang berdiri di belakang Zahra tertawa. “Kamu benar aku memang gila. Aku gila karena kamu.” Tiba-tiba wanita itu berhenti tertawa dan memasang wajah sinis.“Sudah kuduga kamu tidak mau memenuhi keinginanku. Memang semua orang bisanya hanya mengumbar janji, tapi tidak bisa mentepati,” imbuhnya.“Cepat lepaskan istriku!” Zyan semakin merasa geram.“Tidak! Sampai kapan pun aku tidak akan melepaskan dia. Kalau aku tidak bisa mendapatkanmu. Berarti dia juga tidak boleh hidup denganmu,” sergah Mila.“Cepat katakan sesuatu pada istrimu ini sebelum aku menghabisinya!” hardik sang mantan aktris.“Mila! Sedikit saja kamu menggores kulit istriku, aku tidak akan pernah mengampunimu,” tekan Zyan.Mila kembali tertawa terbahak-bahak. “Memangnya kamu Tuhan yang memberi ampun pada manusia? Aku tidak peduli kamu mau marah, menangis, atau bahkan memohon, aku akan tetap menghilangkan nyawa istrimu ini.”Mata mantan aktris itu nyalang memandang Zyan dan juga para polisi yang mengarahkan senjata api
last updateLast Updated : 2024-06-29
Read more

Bab 230

Di saat yang bersamaan terdengar suara senjata api yang ditembakkan. Tidak hanya sekali, tapi dua kali. Tak lama suara pisau yang jatuh mengisi kesunyian di ruangan tersebut. Lantas disusul dengan rebahnya Mila di lantai.“Zahra!” Zyan memekik memanggil istrinya kala menyadari apa yang telah terjadi. Dia hendak menghampiri Zahra tapi ditahan oleh ketua tim.“Tunggu sebentar, Pak. Biarkan anggota saya mengecek kondisi tersangka. Kalau sudah aman, silakan Bapak mendekati istrinya,” ucap ketua tim.Seorang polisi mendekati Mila. Dia menendang pelan pisau agar tidak dapat dijangkau mantan aktris tersebut. Setelahnya polisi itu berjongkok dan meletakkan telunjuk di depan lubang hidung Mila, kemudian memeriksa denyut nadi di leher wanita tersebut.“Sudah tidak bernapas, Ndan!” ucap polisi itu. Zyan langsung mendekati istrinya yang diam dengan kepalanya menunduk. Hijab yang dipakai Zahra sebagai sudah berwarna merah. “Ra, bangun, Ra. Jangan tinggalkan aku dan Zayyan,” ucapnya sambil memeluk
last updateLast Updated : 2024-06-29
Read more
PREV
1
...
2122232425
...
27
DMCA.com Protection Status