Semua Bab Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Bab 231 - Bab 240

270 Bab

Bab 231

“Kabari mama ya kalau sudah mau berangkat dari sana,” pinta Rania.Zyan mengangguk meskipun mamanya tidak bisa melihat. “Ya, Ma. Tolong bawakan baju gantiku dan baju ganti Zahra, juga perlengkapan mandi dan lainnya. Kalau Zayyan tidak memungkinkan diajak, besok pagi saja dia baru diajak ke rumah sakit. Malam ini tidur sama susnya juga tidak apa-apa,” pesannya.“Zayyan tidak bisa tidur dengan tenang, Zy. Dia sebentar-sebentar bangun. Tidak apa-apa nanti diajak ke rumah sakit. Siapa tahu setelah melihat papa dan mamanya, dia bisa tidur dengan tenang. Kamu pesan kamar yang biasanya kita pakai ‘kan?” lontar Rania.“Iya, Ma. Kenapa memangnya?” Zyan balik bertanya.“Ya bagus. Di sana ‘kan areanya lebih privat jadi tidak banyak orang yang lalu-lalang. Cukup aman untuk Zayyan,” terang Rania.Setelah membicarakan beberapa hal lain, panggilan itu diakhiri. Zyan menyimpan kembali gawainya di saku celana. Ketika dia akan menggenggam tangan istrinya, ketua tim penggerebekan hari ini mendatanginya.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-30
Baca selengkapnya

Bab 232

Zyan langsung mengambil alih Zayyan begitu keluar dari kamar mandi. Dia sangat merindukan putranya tersebut. Kelelahan yang Zyan rasakan seolah hilang begitu bersentuhan dengan buah cintanya dengan Zahra itu.“Papa kangen banget sama Zayyan,” ucapnya sambil menciumi pipi bayi tampan itu.Zayyan menggeliat karena merasa geli dengan rambut-rambut tipis yang tumbuh di wajah sang papa. Meskipun begitu, Zayyan terlihat lebih ceria daripada saat belum bertemu dengan kedua orang tuanya. Tak dipungkiri memang ikatan mereka sebagai orang tua dan anak cukup kuat.“Zayyan, mau ketemu Mama?” Zyan membawa putranya itu mendekati ranjang pasien Zahra. Dia mendudukkan Zayyan di samping istrinya yang masih terbaring lemah dan sama sekali belum membuka mata. Tanpa terasa air mata Zyan menetes. Rasa haru menyelimuti hatinya.Beberapa jam lalu Zyan sangat takut kehilangan istrinya. Apalagi Zahra sudah mengucapkan pesan terakhirnya walaupun atas desakan Mila. Rasanya dia masih tidak percaya bisa berkumpul
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-30
Baca selengkapnya

Bab 233

Zahra menangkup wajah Zyan dengan kedua tangan. “Maafin aku ya, Bang,” ucapnya. “Karena kecerobohanku jadi menyusahkan Abang dan banyak orang. Aku benar-benar menyesal, Bang,” imbuhnya.Zyan menatap lekat istrinya. Dia meraih kedua tangan Zahra yang menangkup wajahnya kemudian menggenggamnya. “Abang sudah memaafkan. Jangan diulangi lagi ya. Tempo hari kamu sudah membuat jantung abang hampir copot.”“Iya, Bang. Aku janji tidak akan mengulangi kebodohan yang sama. Aku—aku tidak menduga Mbak Mila punya niat jahat,” ucap Zahra.“Hatimu terlalu baik, Ra. Kamu selalu berpikiran positif dan menganggap semua orang baik. Padahal kita tidak pernah tahu isi hati orang. Pak Dadang dan susnya Zayyan katanya sudah mengingatkan, tapi kamu tetap nekat ketemu Mila. Lain kali dengarkan apa yang dikatakan orang apalagi untuk kebaikanmu, jangan hanya menuruti keinginanmu,” sahut Zyan.“Ya, Bang,” timpal Zahra.“Memang ada orang yang berubah baik setelah dipenjara, tapi tidak sedikit yang malah jadi semak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-30
Baca selengkapnya

Bab 234

“Mau tahu apa mau tahu banget?” Zyan sengaja menggoda istrinya.“Ish, Abang nyebelin.” Zahra memukul lengan suaminya karena kesal.Zyan tertawa karena berhasil membuat Zahra kesal. “Ini dulu, baru nanti abang kasih tahu.” Dia menyodorkan sebelah pipi lalu meletakkan telunjuk di sana.“Dasar modus!” cetus Zahra.“Biarin! Kan modusin istri sendiri. Lagian sudah beberapa hari abang tidak mendapat ciuman darimu,” sahut Zyan.“Iya—iya.” Zahra kemudian mencium pipi suaminya.“Kok cuma satu, yang ini nanti iri dong kalau ga dapat ciuman.” Zyan menyodorkan lagi sebelah pipinya.Zahra kembali menuruti permintaan suaminya. “Sudah semua, Bang. Sekarang apa kejutannya?” tagihnya.“Sabar. Buru-buru banget sih pengen tahu.” Zyan masih belum puas menggoda istrinya. Melihat wajah kesal Zahra membuatnya jadi gemas. Ekspresi yang beberapa hari ini dirindukannya.“Bodo, ah.” Zahra kembali menghadap televisi dan melipat kedua tangan di dada. Suaminya memang kadang sangat menyebalkan kalau sedang iseng.Z
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-30
Baca selengkapnya

Bab 235

“Alhamdulillah, akhirnya bisa tidur di rumah lagi.” Zahra mengucap syukur begitu dia dan Zyan tiba di kediaman keluarga Darmawangsa.Dokter mengizinkan Zahra pulang setelah tidak ada keluhan selama masa observasi. Dia sudah sangat merindukan tempat peraduannya dengan Zyan meskipun saat di rumah sakit ruang rawat inapnya yang paling bagus dan lengkap fasilitasnya, tetap saja lebih nyaman tidur di rumah. Selain itu dia juga bisa lebih banyak menghabiskan waktu dengan Zayyan tanpa takut putranya terpapar penyakit karena beberapa kali menjenguknya di rumah sakit.Saat mereka pulang, Zayyan sedang tidur di kamarnya, jadi Zyan dan Zahra memutuskan membersihkan diri terlebih dahulu sebelum nanti menemui buah cinta mereka.“Kamu mau mandi sendiri atau abang bantuin?” tawar Zyan setelah mereka masuk ke kamar.“Mandi sendiri saja, Bang. Insya Allah aku sudah lebih sehat dan tidak lemas lagi. Aku juga ingin berendam sebentar.” Zahra langsung menuju meja rias.“Kita masuk ke kamar mandi bareng sa
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-30
Baca selengkapnya

Bab 236

“Zayyan, sudah tidur?” Zyan bertanya pada Zahra yang baru saja mengecek sang putra tercinta di kamarnya.“Sudah, Bang,” jawab Zahra sambil mengunci pintu penghubung kamar mereka dan Zayyan.Zyan tersenyum lantas menepuk sisi tempat tidur yang biasa ditempati istrinya. Dia gegas meletakkan iPad yang tadi digunakan untuk mengecek surel yang dikirim oleh asisten pribadinya.Zahra pun beringsut naik ke atas tempat tidur kemudian duduk di samping sang suami. Disandarkannya kepala di bahu kokoh pria yang selalu meratukannya itu.Zyan meraih tangan Zahra lalu digenggamnya erat. “Ra, usia Zayyan sudah hampir dua tahun loh. Kamu tidak ingin ngasih adik buat dia?”Zahra mendesah. “Zayyan masih kecil dan masih sangat butuh perhatian kita, Bang. Kalau dia punya adik, otomatis perhatian dan kasih sayang kita akan terbagi. Aku kasihan sama dia, Bang, dan masih ingin fokus sama Zayyan dulu. Apa tidak bisa menunggu sampai usianya tiga atau empat tahun dulu baru Zayyan dikasih adik?” Dia mengangkat ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-01
Baca selengkapnya

Bab 237

“Bang, nanti antar aku ke dokter setelah pulang kantor ya,” pinta Zahra usai menikmati makan siang di ruangan Zyan. Benar-benar makan siang ya, bukan makan siang plus-plus.Alis tebal Zyan tampak bertaut. “Kenapa? Kamu sakit?” Pria tampan itu menelisik wajah istrinya. Namun wajah cantik itu sama sekali tidak terlihat pucat atau sedang menahan rasa sakit.Zahra menggeleng. “Memangnya harus sakit kalau mau ke dokter, Bang?” Dia malah balik bertanya, alih-alih menjawab suaminya.“Ya, tidak. Ke dokter juga bisa buat konsultasi. Kamu mau konsultasi?” tanya Zyan sesudah menjawab istrinya.“Abang jadi mau ngasih adik buat Zayyan atau tidak?” Zahra balik bertanya lagi.“Ya maulah. Memangnya kamu sudah hamil, Ra?” Zyan jadi terlihat sangat antusias.“Aku ‘kan masih pakai IUD, Bang. Gimana ceritanya bisa hamil,” tukas Zahra.“Oh, abang tahu. Kamu pasti ingin konsultasi biar kita bisa punya anak kembar ya?” tebak sang CEO.Zahra menghela napas panjang. Dia merasa heran karena hari ini suaminya s
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-01
Baca selengkapnya

Bab 238

“Jangan tegang, Bu. Rileks saja. Insya Allah prosesnya akan cepat dan tidak sakit kalau rileks,” tutur dokter kandungan sebelum melepas IUD dari dalam tubuh Zahra.“Ya, Dok.” Zahra menarik napas panjang lalu mengembuskannya pelan-pelan sampai dia merasa tenang.Begitu Zahra terlihat rileks, dokter mulai melakukan tindakan. Sambil bekerja, dokter mengajak Zahra membicarakan Zayyan agar perhatiannya teralihkan ke hal-hal yang menyenangkan. Beberapa kali dokter mengingatkan Zahra agar rileks setiap kali ibu muda itu mulai tegang.“Alhamdulillah, sudah terlepas IUD-nya, Bu,” lontar dokter begitu selesai melakukan tindakan.Zahra menghela napas lega. “Alhamdulillah,” ucapnya.“Bagaimana sakit atau tidak?” tanya sang dokter.Zahra menggeleng. “Alhamdulillah, tidak, Dok.”Dokter tersenyum. “Syukurlah. Kuncinya rileks, Bu. Kalau tegang selama pelepasan IUD memang malah sakit atau nyeri.”Zahra mengenakan kembali pakaiannya sebelum keluar dari ruang tindakan. Setelah itu kembali duduk di sampi
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-02
Baca selengkapnya

Bab 239

Zyan menoleh pada istrinya. “Kalau sampai ada yang bilang seperti itu, abang akan menuntutnya. Tidak peduli siapa orangnya dan berapa jumlahnya,” tegasnya.“Jujur, Ra, abang lebih senang melihatmu saat hamil karena jadi lebih seksi. Bukan berarti kalau tidak hamil tidak seksi, tetap seksi, cuma aura seksinya itu lebih menggoda saat kamu hamil,” imbuh Zyan.“Bohong, Abang cuma mau menenangkan aku saja. Mana ada orang gendut malah kelihatan seksi,” tukas Zahra yang tidak mau percaya begitu saja pada ucapan suaminya.“Abang jujur, Ra. Mana ada abang bohong. Di mata abang, kamu memang lebih seksi waktu hamil. Apalagi kalau kamu pakai lingerie warna merah, bikin abang tidak bisa menahan diri,” ucap Zyan seraya mengerling pada istrinya.“Aduh, gawat!” ceteluk pria bercambang tipis itu.“Kenapa, Bang?” tanya Zahra dengan raut khawatir.“Gara-gara ngomongin kamu pakai lingerie merah, abang jadi ngebayangin dan malah pengen,” ungkap Zyan tanpa merasa malu.“Ish, Abang. Lagi nyetir, bisa-bisany
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-03
Baca selengkapnya

Bab 240

Zyan dan Zahra memutuskan pergi ke dokter kandungan karena tidak yakin dengan hasil tes yang samar. Sebenarnya Zyan yang sudah tidak sabar mengetahui hasilnya. Padahal dari informasi yang didapat di internet, mereka bisa melakukan tes kehamilan lagi beberapa hari kemudian. Namun karena Zyan tidak ingin penasaran dan terus kepikiran, dia mengajak istrinya periksa ke dokter kandungan agar bisa melakukan tes darah dan USG untuk memastikan Zahra hamil atau tidak.Mereka pergi ke rumah sakit sebelum pergi ke kantor agar Zyan lebih tenang bekerja karena siang nanti dia ada pertemuan penting dengan investor. CEO itu takut tidak bisa konsetrasi karena kepikiran dengan kehamilan istrinya. Jadi agar pekerjaannya lancar, dia harus mendapat jawaban secepatnya.Setelah melakukan pendaftaran, Zahra pergi ke laboratorium untuk diambil sampel darahnya agar hasil tes kehamilannya sudah ada saat masuk ke ruang praktik dokter kandungan. Dia tidak perlu kembali ke laboratorium karena hasilnya otomatis ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status