Home / Romansa / Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris / Chapter 251 - Chapter 260

All Chapters of Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Chapter 251 - Chapter 260

270 Chapters

Bab 251

“Ra, apa kamu tidak mau mengabulkan keinginan Zayyan yang ingin punya adik lagi?” Zyan memulai pillow talk mereka.“Itu hanya keinginan dia sesaat, Bang. Besok kalau Saffa balik ke Bandung juga lupa lagi.” Zahra tak berminat membahas itu lebih lanjut. Dia masih ingin melimpahkan kasih sayangnya pada ketiga anak mereka. Kalau ada satu anak lagi, pasti waktu dan kasih sayangnya terbagi lagi.“Kayanya kita dulu sudah sepakat kamu hamil lagi setelah si kembar usianya dua tahun.” Zyan mengingatkan istrinya.Zahra menoleh pada suaminya. “Harus banget ya jaraknya dua tahun, Bang? Tidak bisa tiga atau lima tahun gitu dari si kembar?”Zyan mengubah posisi tidurnya jadi menyamping agar bisa menghadap istrinya. “Bisa saja, Ra. Tapi bukankah semakin muda kamu hamil risikonya akan semakin kecil. Kamu punya anak saat masih muda jadi kamu masih kuat mengendong atau mengejar anak-anak yang berlarian ke sana-kemari. Coba kalau sudah tua, pasti tidak akan kuat,” ujarnya.“Tapi aku masih ingin fokus sam
last updateLast Updated : 2024-07-11
Read more

Bab 252

Badan Zyan terasa lemas setelah mengeluarkan semua isi perutnya di kamar mandi. Sejak bangun tidur sampai pukul 7.00 pagi, sudah tiga kali pria itu memuntahkan apa yang dia makan dan minum.Zahra memapah tubuh besar suaminya ke tempat tidur setelah tadi menemanimya di kamar mandi. Zyan tidak bisa berjalan tegak tanpa ditumpu istrinya. Itu pun dia berjalan sambil memegang dinding, karena Zahra tak akan kuat kalau menumpu badannya sendiri.“Bang, aku panggil dokter ke sini atau kita ke rumah sakit?” tawar Zahra setelah membantu suaminya berbaring di tempat tidur.Zyan menggeleng. “Abang gapapa. Abang udah biasa kaya gini,” jawabnya dengan suara pelan.“Gapapa gimana? Abang itu dari pagi muntah terus loh. Abang juga lemas kaya gini. Lama-lama Abang bisa dehidrasi kalau muntah terus.” Zahra tak dapat menyembunyikan kekhawatirannya.Zyan tersenyum. “Daripada marah-marah begitu, lebih baik kamu tes hamil aja,” ucapnya lemah.“Hah! Apa hubungannya Abang muntah sama aku hamil?” Karena panik,
last updateLast Updated : 2024-07-12
Read more

Bab 253

“Ini beli testpack, Ma,” jawab Zahra malu-malu karena ada papa mertuanya juga di sana.“Udah telat?” tanya Rania lagi.Zahra mengangguk. “Baru beberapa hari sih, Ma. Ini Abang yang maksa tes,” ungkapnya.Wanita paruh baya itu mengernyit. “Kenapa memangnya? Oya, Zyan ke mana?” Dia baru menyadari putra sulungnya tak ada di sana karena kehebohan ketiga cucunya saat makan.“Abang ngerasa kena couvade syndrome lagi, Ma. Sekarang tiduran di kamar karena bolak-balik ke kamar mandi sejak bangun tadi. Makanya terus nyuruh saya tes.” Zahra menjelaskan tidak secara gamblang agar ketiga anaknya tidak merasa khawatir.“Oh iya, mama baru ingat. Setiap kali kamu hamil ‘kan dia yang teler. Coba saja dites, siapa tahu kamu beneran hamil. Mama ‘kan jadi tambah cucu lagi.” Rania malah lebih antusias.“Iya, Ma. Nanti saya tes setelah anak-anak berangkat ke sekolah,” timpal Zahra.***“Benar ‘kan apa yang abang bilang kalau kamu hamil lagi,” lontar Zyan setelah Zahra menunjukkan hasil tes kehamilannya.“A
last updateLast Updated : 2024-07-13
Read more

Bab 254

Ikhtiar yang dilakukan Zyan dan Zahra membuahkan hasil. Setelah malam harinya mereka berhubungan, paginya Zahra merasakan kontraksi. Semalam Zyan sangat antusias melakukannya karena mungkin itu terakhir kali sebelum istrinya melahirkan. Dia harus puasa terlebih dahulu sampai masa nifas Zahra selesai usai melahirkan anak keempatnya. Zyan memperlakukan istrinya dengan penuh kelembutan dan hati-hati seolah wanita yang sedang hamil besar itu porselen yang rentan pecah. Zyan selalu bertanya apakah Zahra nyaman bila dia melakukan sesuatu? Begitu istrinya mengiyakan, Zyan baru akan melanjutkan. Pasangan suami istri itu pun dengan kompak menggayuh surga dunia bersama."Papa sama Mama mau ke mana?" tanya Zayyan begitu melihat kedua orang tuanya berjalan ke luar dari kamar mereka dengan pakaian rapi."Papa mau antar Mama ke rumah sakit. Adek bayi sudah mau lahir," jawab Zyan sambil menuntun istrinya. Karena ini kehamilan ketiga Zahra, jadi mereka lebih tenang."Aku ikut, Pa. Aku mau lihat ade
last updateLast Updated : 2024-07-14
Read more

Bab 255

Tempat tidur di kamar Zyan dan Zahra harus diperbesar kalau mereka mau tidur berenam. Dengan ketiga anak yang sudah besar apalagi tidurnya lasak, tidak mungkin mereka tidur di kasur yang sama. Selama ini kalau tidur bersama di kamar, mereka menggunakan tempat tidur tambahan. Zahra tidur bersama Zayyan dan Zyel dalam satu kasur, sementara Zyan dan Zyra di kasur lainnya. "Boleh tidur bareng, tapi tunggu sampai tempat tidur mama dan papa diperbesar ya. Kalau kita berenam tidak muat." Zyan akhirnya menimpali agar putra mereka tidak kecewa. "Kan biasanya juga pakai dua kasur, Pa," cetus Zayyan. "Iya, tapi 'kan kasurnya yang satu kecil. Kalau sama Adek bayi tidak muat, Kak." Zyan memberi pengertian putra sulungnya itu. "Adek bayi tidurnya kaya di sini aja, Pa. Pakai kotak gini." Zayyan menunjuk boks bayi di mana adiknya sekarang terbaring di sana. "Yang penting kita tidur sekamar berenam," tandasnya. Zyan melirik Zahra, meminta pendapat istrinya. Namun Zahra tak punya ide apa pun u
last updateLast Updated : 2024-07-15
Read more

Bab 256

Seluruh anggota keluarga berkumpul saat akikah putri keempat Zyan dan Zahra. Saffa yang selama ini tinggal di Bandung pun datang dengan suami, mertua, dan anaknya yang baru berusia beberapa bulan. Amir juga datang dengan istri dan anaknya. Membuat kediaman keluarga Darmawangsa ramai dengan cucu-cucu mereka sendiri selain juga dari para undangan.Sama seperti sebelumnya, saat akikah Zyan pasti mengumumkan nama buah cintanya dengan Zahra. Anak keempatnya itu diberi nama Zeza Almira Darmawangsa. Masih perpaduan dari nama mereka berdua. Setiap kali ditanya kenapa begitu, Zyan selalu menjawab karena dibuatnya bersama, jadi harus ada nama mereka berdua.“Papa, aku mau gendong Adek,” pinta Zayyan saat Zyan menggendong putri bungsunya yang akan dipotong oleh para tetua.“Kak Zayyan, gendongnya nanti ya setelah acara selesai. Nanti Kakak ga kuat karena lama,” sahut Zyan.“Aku kuat, Pa. Aku ‘kan sudah makan dan minum susu.” Zayyan bersikeras ingin menggendong adiknya yang masih bayi.“Kak Zayya
last updateLast Updated : 2024-07-16
Read more

Bab 257

“Apa Kak Zahra ga risi sama omongan orang?” lontar Saffa setelah mereka berhenti tertawa.Zahra mengernyit, menatap sang adik ipar. “Omongan yang mana?” Sejak jadi istri Zyan memang sudah risiko menjadi bahan omongan orang atau netizen.“Kak Zahra ‘kan sudah jadi istri pemilik perusahaan tapi masih tetap kerja. Padahal bisa ongkang-ongkang kaki saja di rumah, tidak perlu kerja, apalagi jadi sekretaris. Kalaupun mau kerja ‘kan bisa buka usaha atau apa gitu yang lebih mentereng,” ujar Saffa.Wanita yang mengenakan gamis dan hijab putih itu tertawa kecil. “Kamu ini bisa saja. Dapat omongan dari mana itu?” timpalnya dengan santai.“Ya, orang-oranglah, Kak. Apalagi yang tahu aku adiknya Kak Zyan pasti nanyain soal Kak Zahra,” terang ibu muda beranak satu itu.“Terus kamu jawab gimana?” kepo Zahra.“Ya, aku bilang saja kalau Kak Zyan yang minta Kak Zahra tetap jadi sekretaris meskipun sudah jadi istri. Kerja sama istri sendiri ‘kan lebih enak, dan bisa menghindari dari ancaman para pelakor,
last updateLast Updated : 2024-07-17
Read more

Bab 258

“Papa mau ke mana kok bawa koper?” Zayyan bertanya setelah melihat Zyan menyeret koper ke luar dari kamar.“Mau ke Malang. Papa sama Mama kerja, bukan liburan,” jelas Zyan agar putra sulungnya tidak melayangkan protes.Zayyan mengernyit. “Mama ‘kan belum masuk kerja, kenapa ikut Papa?”“Mama ‘kan sekretaris Papa, Kak. Jadi harus mendampingi Papa kalau ke luar kota. Om Faisal soalnya sibuk di kantor,” terang Zyan.“Kenapa ga Mama saja yang di kantor terus Om Faisal yang temani Papa?” tukas Zayyan.“Tidak bisa seperti itu, Kak. Tugas Om Faisal sama Mama itu beda. Besok kamu akan mengerti kalau sudah besar,” ujar Zyan.“Berarti Adek juga ditinggal sama Mama? Kalau Adek mau minum susu gimana?” cecar lelaki berusia lima tahun itu.“Adek minum susunya pakai botol,” timpal Zyan.“Papa sama Mama perginya berapa hari?” Zayyan masih terus bertanya.“Insya Allah dua hari, paling lama tiga hari,” jawab sang CEO.“Lama,” protes Zayyan.“Gimana kalau weekend ini kita ke liburan ke pantai? Nginep du
last updateLast Updated : 2024-07-18
Read more

Bab 259

“Bang, aku kelihatan gemuk banget ya?” Zahra bolak-balik melihat penampilannya di depan cermin. Wanita yang mengenakan baju kerjanya sewaktu hamil itu merasa kurang percaya diri dengan berat tubuhnya yang belum normal meskipun sudah turun beberapa kilogram sejak melahirkan. Zyan memperhatikan istrinya. “Enggak kok. Masih normal dan langsing untuk yang baru bulan lalu melahirkan. Abang sih lebih suka begini karena kamu jadi terlihat lebih seksi apalagi kalau pakai lingeri,” ucapnya seraya menaikturunkan kedua alis tebalnya. “Abang ngomong gitu cuma buat nyenengin aku ‘kan?” Zahra tak mau percaya begitu saja pada ucapan suaminya. Zyan mendekat pada istrinya lantas memeluk wanita itu dari belakang. “Abang ngomong apa adanya, Ra. Buat apa abang bohong? Di mata abang hanya kamu satu-satunya wanita yang tercantik dan terseksi,” tandasnya. “Jangan tidak percaya diri karena penampilan, Ra. Yang terpenting attitude, bagaimana kita membawa diri, dan apa yang kita bicarakan, berisi atau hanya
last updateLast Updated : 2024-07-19
Read more

Bab 260

“Kalau Abang saja was-was, bagaimana denganku? Selama masa cuti, berapa kali aku melewatkan meeting atau acara seperti ini?” Zahra membalas ucapan suaminya.“Apa Abang ga lihat pandangan wanita-wanita itu sama Abang kaya gimana? Entah dari pengusaha wanita, pasangan, atau sekretaris, semua juga mengagumi Abang. Mereka sampai tidak berkedip loh kalau ada Abang. Apalagi kata orang-orang, Abang itu suamiable dan bapakable. Idaman para wanita untuk dijadikan suami,” tambah wanita berpenampilan serba hitam itu.Zyan menarik pinggang Zahra hingga tubuh keduanya saling menempel. “Tapi abang ga pernah lihat mereka, Ra. Abang hanya bisa melihat satu wanita, yaitu kamu. Wanita-wanita itu sama sekali tidak terlihat di mata abang,” timpalnya.“Gombal!” celetuk Zahra.“Perlu abang buktikan di sini kalau kamu satu-satunya wanita untuk abang?” tantang Zyan seraya menatap lekat istrinya.Zahra seketika menggeleng. “Jangan membuat kita jadi pusat perhatian orang, Bang,” tegasnya.“Biar kamu percaya sa
last updateLast Updated : 2024-07-20
Read more
PREV
1
...
222324252627
DMCA.com Protection Status