Home / Romansa / Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris / Chapter 161 - Chapter 170

All Chapters of Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Chapter 161 - Chapter 170

270 Chapters

Bab 161

“Kita mau langsung pulang atau mau ke mana dulu?” tanya Zyan saat mereka sudah duduk di dalam mobil. Malam ini Zyan mengemudi mobil sendiri tanpa sopir karena dia ingin menghabiskan waktu berdua dengan sang belahan jiwa. Sejak pulang dari liburan, mamanya terus saja bersama Zahra, hingga membuatnya hanya bisa mengalah. Mereka hanya bersama saat tidur saja.“Aku mau makan nasi goreng, Bang.” Zahra masih mengingat daftar makanan yang dia inginkan begitu pulang ke Indonesia.“Oke. Mau beli di mana nasi gorengnya?” tanya Zyan sesudah menyalakan mesin mobil.“Di dekat rumah Ayah,” jawab Zahra.“Sekalian mau menginap di sana?” Zyan menoleh ke samping kirinya.Zahra menggeleng. “Enggak. Kita langsung pulang ke rumah Papa setelah makan. Menginap di rumah Ayah besok Sabtu saja.”“Oke.” Zyan kemudian melajukan kendaraan mewah itu meninggalkan tempat parkir rumah sakit.“Tadi kamu bicara sama wanita itu?” Zyan akhirnya bertanya setelah beberapa saat mereka diam.Bumil itu mengangguk. “Iya. Wanit
last updateLast Updated : 2024-05-22
Read more

Bab 162

Zahra sontak menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Begitu pula dengan Zyan. CEO itu menunjukkan raut tak bersahabat pada pria yang memanggil dan tersenyum pada istrinya.“Maaf, siapa ya?” Zahra bertanya pada pria itu karena wajahnya tidak terlihat jelas sebab pencahayaan yang kurang. Pria yang rambutnya klimis itu tersenyum. “Aku Baron, teman SMP dan SMA Amir. Kamu lupa?” “Ya Allah, Mas Baron. Iya, aku ingat sekarang. Penampilannya beda banget dari terakhir ketemu, makanya aku pangling. Udah lama banget juga ‘kan kita ga ketemu?” sahut Zahra dengan ceria.Pria bernama Baron itu tertawa. “Iya. Kayanya terakhir ketemu pas wisuda Amir. Habis itu aku sibuk ma kerjaan. Ini aja aku baru pulang dari kantor. Gimana kabar Ayah dan Ibu? Sehat semua ‘kan? Kalau sama Amir masih sering kontak.”“Alhamdulillah Ayah dan Ibu sehat, Mas,” balas Zahra.“Ngomong-ngomong, kamu makin cantik saja sekarang.” Pujian Baron itu membuat Zyan semakin menampakkan wajah tak suka.Zahra tertawa kecil. “Mas Bar
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more

Bab 163

Sesudah menandaskan makan dan minumnya, Zahra dan Zyan menghampiri istri pemilik warung yang biasanya menerima pesanan dan pembayaran dari pelanggan.“Berapa, Bu?” tanya Zyan sambil mengambil dompet di saku celana belakang.“Tujuh puluh ribu, Mas,” jawab wanita paruh baya itu.Zyan membuka dompet, tapi dia tidak menemukan uang tunai di sana. “Saya tidak bawa uang tunai. Apa bisa bayar pakai QRIS, Bu?” tanyanya. “Maaf, Mas. Kami hanya menerima uang tunai saja. Saya tidak mau ribet, mesti ngambil uang dulu kalau mau belanja ke pasar,” jawab istri pemilik warung.“Kayanya aku masih ada cash, Bang.” Zahra mengambil dompet dari tas. Untung saja masih ada selembar uang seratus ribu di sana. Dia lalu menyerahkan pada ibu tersebut. “Ini, Bu. Ambil saja kembaliannya,” ucapnya.“Loh, Mbak, ini masih sisa tiga puluh ribu,” lontar wanita paruh baya itu.Zahra menggeleng. “Gapapa. Ambil saja. Itu rezeki Ibu dan Bapak.”“Alhamdulillah. Terima kasih, Mbak, Mas, semoga rezekinya dilancarakan, begitu
last updateLast Updated : 2024-05-23
Read more

Bab 164

Rahang Zyan mengetat melihat Zahra berbicara dengan Baron. Baru ditinggal sebentar saja, sudah ada pria yang mendekati istrinya. Bagaimana kalau ditinggal lama? Bisa jadi belahan jiwanya itu dikelilingi banyak pria.Pria bercambang tipis itu memarkirkan mobil begitu dekat dengan tempat istrinya menunggu. Tanpa mematikan mesin mobil, dia keluar dari kendaraan mewahnya lalu berjalan menghampiri sang pujaan hati.“Ayo, kita pulang.” Zyan mengulurkan tangan kanannya pada Zahra.Wanita yang mengenakan hijab merah muda itu tersenyum menyambut kedatangan suaminya. Dia kemudian meraih tangan Zyan. Pria yang sudah menghalalkannya itu lantas membantunya berdiri.“Mas Baron, terima kasih sudah ditemani. Aku pulang dulu.” Zahra berpamitan pada teman kakaknya itu sebelum pergi.“Ya, hati-hati. Salam buat Ayah dan Ibu,” sahut Baron.Zahra mengangguk. “Insya Allah, kusampaikan.”Tak mau istrinya berbicara lebih lama dengan pria berpenampilan necis itu, Zyan lekas mengajak Zahra masuk ke mobil. Seper
last updateLast Updated : 2024-05-24
Read more

Bab 165

Zyan terkejut mendengar pertanyaan sang istri. Pria bercambang tipis itu sontak menginjak pedal rem sampai mentok. Membuat mobil berhenti mendadak dan menimbulkan suara berdecit. "Astaghfirullah!" seru Zahra yang kaget karena mobil berhenti mendadak. "Kenapa berhenti, Bang? Apa mobilnya bermasalah?" tanyanya kemudian. Zyan tak menjawab. Dia melihat kondisi jalanan sembari menyalakan lampu sein kiri, lantas menepikan kendaraannya begitu ada kesempatan. Untung saja jalanan cukup lengang jadi tidak menimbulkan kecelakaan karena Zyan mengerem mendadak. Meskipun membuatnya diumpat banyak orang, dia tidak peduli. "Bang, mobilnya beneran ada masalah ya? Kok malah minggir dan berhenti?" Zahra kembali bertanya karena suaminya sama sekali belum memberi jawaban. Zyan menggeleng. "Mobilnya tidak apa-apa." Pria itu akhirnya bersuara. "Terus kenapa kita berhenti?" cecar Zahra. "Abang harus bicara dan meluruskan sesuatu sama kamu." Zyan melepas sabuk pengaman lalu duduk menyamping menghada
last updateLast Updated : 2024-05-25
Read more

Bab 166

Sabtu malam selepas Isya, Zyan dan Zahra pergi berdua. Pria itu menepati janjinya mengajak sang istri bertemu dengan teman-temannya sesama anggota klub motor, seperti janjinya beberapa hari yang lalu. Malam ini, Zahra mengenakan celana jin untuk ibu hamil, kaos putih lengan panjang, dan jaket kulit warna hitam yang dibeli di Turki. Kepalanya ditutup dengan hijab warna hitam, sementara untuk alas kaki, bumil itu mengenakan sepatu bot pendek yang warnanya senada dengan hijabnya. Tak beda jauh dengan Zyan. Pria itu juga mengenakan celana jin, kaos pas badan warna putih, dan jaket kulit serta sepatu bot yang couple-an dengan sang istri. Membuat penampilan kedua orang itu tampak serasi bila disandingkan. Outfit mereka malam ini diatur oleh Zyan.Zyan berani mengajak istrinya naik motor setelah sebelumnya berkonsultasi dengan dokter kandungan. Begitu sang dokter mengizinkan, dia pun langsung merancang semuanya, termasuk outfit yang mereka kenakan malam ini. Pria itu membeli helm, kaos tan
last updateLast Updated : 2024-05-26
Read more

Bab 167

"Sejak kapan dia masuk jadi anggota?" Zyan bertanya pada anggota klub motor yang duduk tak jauh darinya."Sebulan atau dua bulan yang lalu. Kamu sih ga pernah kelihatan jadi ketinggalan info," sahut anggota klub itu.Zyan berdecak. "Namanya juga pengantin baru. Inginnya berduaan terus. Ini kami juga belum lama balik dari baby moon.""Iya, ngerti. Berita tentang kamu sama istrimu 'kan selalu ada saja," timpal pria tersebut."Pesanku, hati-hati sama dia. Jangan sampai pasanganmu digoda sama orang itu." Zyan kembali membahas pria yang baru datang.Anggota klub itu mengernyit. "Memangnya istrimu pernah digoda?"Ingatan Zyan sekilas berkelana ke masa di mana dia menolong Zahra dari Edwin, hingga membuatnya harus menikah dengan sekretarisnya itu. "Bisa dibilang sudah dilecehkan secara verbal. Tapi itu sebelum aku menikah dengan istriku. Kalau sekarang dia berani melakukannya lagi, aku tak akan segan menghabisinya," terang Zyan dengan rahang mengetat. Pada kenyataannya Edwin pernah kembali
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Bab 168

Tanpa terasa kehamilan Zahra sudah menginjak usia tujuh bulan. Rania menginginkan ada acara tujuh bulanan secara besar-besaran karena merupakan calon cucu pertama. Zyan dan Zahra hanya bisa menurut, karena percuma saja menolak, Rania tetap akan memaksakan kehendaknya. Zyan sebenarnya hanya menginginkan pengajian dan berbagi dengan anak-anak yatim seperti usulan mertuanya, tapi Rania bersikukuh ingin mengadakan tingkeban atau acara tujuh bulanan. Menurut wanita paruh baya itu, sebagai keturunan Jawa mereka harus melestarikan budaya leluhur. Saat Zyan dan Zahra menikah tidak menggunakan upacara adat, jadi Rania ingin melakukannya saat tujuh bulan kehamilan menantunya. Seperti biasa, Rania yang mengurus semuanya dibantu oleh asistennya. Semua tinggal datang dan menjalankan perannya saat pelaksanaan acara tujuh bulanan.Upacara tujuh bulanan itu dilaksanakan di kediaman Dharmawangsa, tepatnya di halaman belakang, di dekat kolam renang. Hal itu untuk memudahkan Zahra berganti pakaian di k
last updateLast Updated : 2024-05-27
Read more

Bab 169

Sebelum berlanjut ke prosesi selanjutnya, Zahra berganti terlebih dahulu. Bumil itu melepas kebaya kemudian menggantinya dengan atasan yang terbuat dari roncean bunga melati. Zahra sebelumnya sudah menggunakan dalaman sewarna kulit agar tidak terlihat auratnya saat mengenakan roncean melati.Zahra kemudian duduk di tempat acara siraman akan berlangsung. Air yang digunakan untuk acara siraman harus berasal dari tujuh sumber yang kemudian diberi bunga tujuh rupa. Arti dari prosesi adalah membersihkan diri baik secara fisik maupun mental.Yang pertama melakukan siraman adalah Prabu, selanjutnya Rania, kemudian Umar, Maryam, dan beberapa kerabat yang dituakan. Zyan yang paling terakhir menyiramkan air ke tubuh istrinya.Setelah itu Zyan melakukan prosesi pecah telur. Calon ayah itu menempelkan telur ayam kampung di kening dan di perut Zahra. Zyan kemudian menjatuhkan telur melewati kain yang dililitkan secara longgar pada perut istrinya. Begitu telur yang dijatuhkan pecah, hal itu menjadi
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more

Bab 170

Zyan menghentikan kegiatannya memijat kaki Zahra. Pria itu menatap lekat netra sang belahan jiwa. “Bukan begitu maksud abang, Ra. Kamu sudah salah paham. Tadi abang bilang mau kerja di rumah biar kamu ga capek wira-wiri dari rumah ke kantor atau sebaliknya. Abang ga minta kamu berhenti bekerja, kamu tetap kerja sebagai sekretaris abang, tapi ngantornya di ruang kerja abang,” jelasnya agar Zahra tidak salah pengertian.“Terus aku kerja di rumah, abang di kantor?” Wanita yang sedang hamil itu tiba-tiba terlihat linglung.Zyan menggeleng. “Abang juga kerja di rumah kok bareng sama kamu. Kalau ada meeting baru abang pergi sama Faisal atau asistennya,” terang CEO itu.“Oh, begitu. Kirain Abang ingin aku berhenti kerja.” Zahra merasa malu karena sudah salah paham dengan ucapan suaminya. Entah kenapa malam ini otaknya tidak bisa berpikir jernih. Apa mungkin karena kecapekan setelah seharian beraktivitas dan tak sempat istirahat siang? Dia tidak tahu juga penyebabnya.“Abang tidak akan menyu
last updateLast Updated : 2024-05-28
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
27
DMCA.com Protection Status