Home / Romansa / Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris / Chapter 141 - Chapter 150

All Chapters of Dari Sekretaris Jadi Istri Pewaris: Chapter 141 - Chapter 150

270 Chapters

Bab 141

“Saya mendapat informasi kalau hari ini dia kembali ke Jakarta. Tapi saya belum tahu kapan dia akan bertemu dengan Mila karena besok ‘kan Mila dan Rini masih menjalani pemeriksaan,” terang Faisal.“Terus pantau pergerakan aktor itu dan juga manajernya,” titah Zyan.“Siap, Pak.” Zyan langsung mengakhiri panggilan tersebut setelah mendapat tanggapan dari asisten pribadinya. Dia kembali berkutat di depan laptop sembari menunggu sang istri yang katanya mau mengambil kudapan tapi tak juga kembali ke ruang kerja. Malam ini, Zyan ingin mengerjakan beberapa pekerjaannya yang tertunda karena kondisi kesehatannya. Tentu saja tetap ditemani oleh sang istri tercinta.Selang beberapa waktu, Zahra akhirnya masuk dengan membawa kudapan berupa martabak manis. Zyan cukup terkejut begitu melihat apa yang dibawa istrinya. Dia pikir Zahra membawa buah potong atau salad untuk kudapan malam, ternyata malah makanan yang mengandung karbo dan bercita rasa manis.“Bang, ayo dimakan martabak manisnya. Aku suapi
last updateLast Updated : 2024-05-11
Read more

Bab 142

Keesokan harinya Mila dan Rini pergi lagi ke Polda Metro untuk kembali menjalani pemeriksaan. Sebelum ke sana, mereka berkumpul di kantor sang pengacara terlebih dahulu untuk berkoordinasi. Seperti kemarin, Hasan menjemput kedua wanita itu di apartemen.Para wartawan yang berada di Polda Metro langsung bersiap begitu melihat mobil rombongan Mila datang. Mereka tidak mendatangi tempat parkir, tapi menunggu di depan pintu masuk. Berita tentang Mila sangat menarik perhatian netizen dan sangat ditunggu-tunggu kelanjutannya. Karena itu para wartawan berlomba-lomba untuk mendapatkan informasi sebanyak mungkin.Ada salah satu acara di stasiun TV yang ingin sekali mendapatkan wawancara eksklusif dengan Mila. Mereka bahkan menawarkan harga yang tinggi untuk itu. Namun Rini belum berani mengiakan karena mereka masih harus menjalani pemeriksaan. Dia harus berkonsultasi dengan pengacara sebelum menyetujui atau menolak tawaran menggiurkan tersebut. Bagaimanapun saat ini mereka harus bersikap tenan
last updateLast Updated : 2024-05-11
Read more

Bab 143

Mila menghela napas panjang sebelum menjawab pertanyaan pengacaranya. “Sepertinya belum karena kami baru mau bertemu lagi setelah pertemuan yang dulu itu. Mungkin dia mau menyerahkan surat-surat untuk mendaftarkan pernikahan ke KUA,” ucapnya.“Kalau begitu nanti sekalian saja ditentukan kapan akan menandatangani perjanjian pernikahan biar aku siapkan,” lontar Hasan.“Ya, nanti aku bilang sama Gala. Atau kalau kamu ga capek, bisa nanti ketemu sama dia sebentar, San,” cetus sang artis.Hasan lantas menoleh pada temannya yang duduk di samping kursi pengemudi. “Kamu keburu mau pulang atau tidak?” tanyanya.“Aman, Bro,” sahut teman Hasan.“Oke, nanti aku ikut menemui Gala,” putus Hasan usai mendengar jawaban temannya.Gala menepati janjinya datang ke aparatemen Mila. Pria itu muncul bersama manajer dan juga pengacaranya. Karena Mila memakai pengacara, aktor itu juga menggunakan jasa pengacara untuk mendampingi dan memberikan nasihat berkaitan dengan perjanjian pernikahan yang akan mereka
last updateLast Updated : 2024-05-12
Read more

Bab 144

“Abang sih terserah kamu. Mau sehari oke, seminggu ga masalah. Sebulan juga gapapa,” jawab Zyan.“Kalau selamanya?” Zahra menoleh pada suaminya.“Mmmh, ya jangan. Nanti siapa yang akan menempati rumah ini. Saffa nanti pasti akan ikut suaminya kalau sudah menikah,” sahut Zyan. “Kamu mau ‘kan tinggal di sini terus?” tanyanya kemudian.“Memangnya kalau aku tidak mau, kita akan tinggal di mana?” pancing Zahra.“Sebenarnya abang ada kepikiran buat rumah sendiri, tapi pasti Papa dan Mama ga akan setuju. Rumah ini besar, memang dirancang untuk anak dan cucu biar bisa tinggal bersama di sini,” ujar Zyan. “Tapi abang ada kepikiran beli apartemen buat kita,” sambungnya.Zahra mengernyit. “Kalau kita tinggal di sini, buat apa beli apartemen, Bang?” tanyanya penasaran.“Di rumah ini ‘kan selalu ada banyak orang. Kadang kita butuh waktu berdua. Jadi apartemen itu buat kalau kita lagi ingin berduaan tanpa ada orang lain di sekitar.” Zyan mengungkapkan alasannya.“Apa ga buang-buang uang kalau apart
last updateLast Updated : 2024-05-12
Read more

Bab 145

“Yeay.” Zahra bertepuk tangan dengan ceria begitu mangga yang dipetik suaminya jatuh ke tanah. Dia mengambil mangga itu. “Satu lagi, Bang!” teriaknya pada Zyan yang masih berdiri di atas tangga. Dia tidak tahu kalau pria yang sudah menghalalkannya itu merasa pusing, dan berusaha tetap berdiri tegak agar bisa menuruti keinginan sang istri. Untung saja di dekat mangga yang dipetik tadi masih ada mangga muda lainnya. Zyan gegas memetik mangga itu. “Lagi atau sudah, Ra?” tanyanya pada sang belahan jiwa.“Sudah, Bang. Cukup,” jawab Zahra sambil mengambil mangga kedua. Wajahnya terlihat sangat ceria saat membawa dua mangga muda tersebut. Zyan mengucap syukur dalam hati karena perjuangannya sudah berakhir. Dengan pelan dia menuruni tangga. Berulang kali pria itu menggerakkan kepala untuk mengusir pusing yang dirasakannya.“Terima kasih, Mas,” ucapnya pada Amir setelah turun dari tangga.“Sama-sama,” sahut Amir yang lantas melipat tangga dan kembali membawanya ke gudang.“Sini ibu kupasin m
last updateLast Updated : 2024-05-13
Read more

Bab 146

Zyan menerima telepon dari Faisal di ruang tamu. Asisten pribadinya itu memberi tahu sang atasan soal status Mila dan Rini yang sudah dijadikan tersangka tapi tidak ditahan karena bersikap kooperatif. Selain itu Faisal juga mengabarkan rencana pernikahan Mila dan Gala yang akan dilaksanakan dua hari lagi. Zyan menanggapinya dengan santai, tak lupa dia berpesan pada asisten pribadinya untuk mulai menjalankan rencana mereka.Beberapa hari kemudian, Zyan dan Zahra datang ke Polda Metro untuk memberikan keterangan. Mereka berdua didampingi oleh Herman Al-Farisy dan timnya. Seperti yang dijanjikan Zyan, saat istrinya memberikan keterangan pada polisi, dia dan Herman Al-Farisy mendampinginya. Setelah Zahra selesai, Zyan baru memberikan keterangan. Sejoli itu menjawab dengan lancar semua yang ditanyakan oleh polisi jadi tak memakan waktu lama. Para wartawan mengerubungi mereka saat keluar dari Polda Metro. Zyan sudah mempersiapkan hal tersebut, jadi dia membawa beberapa bodyguard untuk meli
last updateLast Updated : 2024-05-13
Read more

Bab 147

“Abang rasa semua ayah ingin anak pertamanya laki-laki. Ini bukan untuk mendominasi, tapi lebih agar dia bisa menjadi pelindung untuk adik-adiknya. Menjadi anak pertama itu tidak mudah, Ra. Ada beban berat di pundaknya. Dia harus menjadi contoh untuk adiknya. Menjadi tumpuan pertama orang tuanya. Menjadi pengganti orang tua saat orang tuanya tidak ada, dan hal-hal lainnya,” papar Zyan.“Bukan berarti abang meremehkan kemampuan perempuan. Abang tahu mereka bisa setangguh bahkan lebih tangguh dari laki-laki. Tapi kodratnya perempuan itu ‘kan dilindungi bukan malah melindungi,” imbuh sang calon ayah.“Berarti Abang ga suka kalau anak kita nanti lahir perempuan?” tukas Zahra sambil mengelus-elus kandungannya.Zyan menggeleng. “Bukan begitu, Ra. Abang tadi belum selesai bicara loh, sudah kamu potong saja,” timpalnya.“Ya udah, Abang lanjutkan sekarang,” pinta bumil tersebut.“Abang akan tetap menerima dan mencintai anak kita walaupun perempuan. Abang akan membentuknya jadi perempuan tanggu
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more

Bab 148

“Ayo, Dek, jangan diumpetin. Ini Mama sama Papa ingin lihat loh.” Dokter berbicara sambil menggerakkan transduser di atas kandungan Zahra yang sudah diberi gel.“Tidak kelihatan ya, Dok?” tanya Zyan sambil melihat pada layar televisi yang menampilkan citra USG. “Iya, nih, Pak. Dedek bayinya nutupin pakai tangan. Malu kayanya si Dedek,” seloroh dokter yang mengenakan hijab putih dengan motif bunga kecil-kecil itu.“Ya sudah, tidak apa-apa kalau belum kelihatan, Dok. Yang penting kondisi anak kami sehat dan normal ‘kan, Dok?” lontar Zahra.“Alhamdulillah, semuanya sehat dan normal. Tetap batasi mengonsumsi yang manis ya,” sahut sang dokter.“Baik, Dok,” timpal Zahra.Perawat kemudian membersihkan gel di atas perut Zahra sesudah dokter selesai melakukan USG. Zahra merapikan lagi pakaiannya. Setelah itu Zyan membantu sang istri turun dari tempat pemeriksaan. Mereka lantas duduk di depan meja sang dokter.“Apa ada yang ingin ditanyakan?” tanya dokter setelah menjelaskan kondisi janin berd
last updateLast Updated : 2024-05-14
Read more

Bab 149

Sesudah mempertimbangkan banyak hal dan berkonsultasi dengan beberapa pihak, akhirnya Zyan dan Zahra memutuskan untuk umrah bersama keluarga. Zahra mengajak ayah, ibu, dan kakaknya. Begitu juga Zyan mengajak mama, papa, dan adiknya.Tentu saja mereka berangkat ke tanah suci dengan fasilitas premium. Semua hal sudah disiapkan demi kenyamanan Zahra sejak keberangkatan sampai nanti pulang ke Indonesia. Mereka melakukan penerbangan dengan pesawat pribadi dari Jakarta ke Madinah. Zahra bisa tidur di kamar yang ada di dalam pesawat bila merasa lelah karena perjalanannya memakan waktu sekitar 10 jam. Ibu hamil itu beberapa kali berjalan-jalan di dalam pesawat agar peredaran darahnya lancar dan kakinya tidak bengkak saat tiba di tanah suci.Begitu tiba di Bandar Udara Madinah atau Bandar Udara Internasional Pangeran Mohammad bin Abdul Aziz, mereka dijemput oleh agen travel dengan mobil Luxury SUV buatan Amerika yang sangat nyaman dan stabil saat ditumpangi. Dari bandara, rombongan Zyan dian
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more

Bab 150

Tak lama Zyan membawa daster yang dimaksud Zahra. Dia lantas membantu belahan jiwanya itu melepas hijab, hand shock, gamis, dan kaos kaki yang tadi dikenakan. Zyan harus menahan diri kala melihat sang istri hanya mengenakan pakaian dalam. Tubuh istrinya jadi terlihat semakin seksi meskipun badannya lebih berisi dan perutnya sudah membuncit. Dia tidak mungkin meminta haknya saat istrinya sedang kelelahan. Zyan kembali membantu Zahra yang akan mengenakan daster batik kesukaannya. “Cuci muka, tangan, dan kaki dulu ya sebelum tidur,” pintanya setelah membantu sang istri.“Aku malas jalan, Bang,” sahut Zahra.Tanpa banyak kata, Zyan langsung membopong istrinya ke kamar mandi. Setelah memastikan Zahra membersihkan diri, dia kembali menggendong dan merebahkannya di atas tempat tidur.“Sekarang sudah lebih nyaman ‘kan. Tidurlah. Abang akan pijit kakimu,” ucap Zyan yang mulai memegang kaki istrinya.“Temani aku tidur saja, Bang. Masih ada waktu sebelum masuk waktu salat. Kakiku tidak usah dip
last updateLast Updated : 2024-05-15
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
27
DMCA.com Protection Status