"Oh, jadi dari tadi Mas Zayyan muji aku terus karena ada maunya gitu? Dasar modus!" cibir Hilya. Ia memandang sengit laki-laki di depannya. "Lho, masa ke istri sendiri modus sih, Hil? Lagi pula, wajar kan, kalau aku minta cium kamu? Itu juga cium kening saja, bukan cium yang lain," balas Zayyan. "Nggak wajar, karena kita nggak saling cinta, meskipun kita ini suami istri." Hilya bangun dari duduknya, lalu melipat mukenanya. Menghela napas, Zayyan menatap Hilya. Ini bukan saat yang tepat untuk mengakui perasaannya pada gadis itu. Bisa-bisa ia dituduh bohong oleh istrinya itu. "Wiridan dulu, Hil. Habis sholat itu bagusnya baca wirid dulu, jangan langsung pergi," ujar Zayyan. "Ayo duduk lagi." Hilya sih sebenernya sih mau-mau saja disuruh baca wirid setelah sholat fardhu, tapi ia enggan berlama-lama bersama dengan Zayyan. Entah, mungkin bagi Hilya, Zayyan seperti virus yang harus dihindari. Oke, Hilya memilih untuk duduk lagi, kali ini ia sudah tidak memakai mukena, hanya pakai keru
Baca selengkapnya