Share

Bab 22

"Itulah yang namanya jodoh, Dokter Inka. Kalau memang jodoh saya adalah sepupu saya sendiri, memangnya kenapa?" ucap Zayyan, membalas perkataan Inka.

Hilya tampak tak puas dengan perkataan Zayyan. Seharusnya suaminya ini membalas kata-kata yang menyakitkan, agar perempuan bernama Inka ini merasa sakit hati.

"Tapi, kita kan bisa memilih jodoh kita sendiri, Zayyan. Kalau kamu mau menerimaku, sudah pasti yang menjadi jodohmu adalah aku. Aku jelas setara dengan kamu dari segi pendidikan, dan profesi." Sekali lagi Inka membicarakan tentang strata sosial, membuat Hilya merasa muak.

Hilya tahu, wanita ini tengah menyindirnya. Menyebalkan memang, dan ingin rasanya Hilya merobek mulut wanita ini, jika tidak ingat sekarang ini adalah acara resepsi pernikahannya.

"Pendidikan, dan profesi yang setara, tidak menjamin seseorang bisa berjodoh, dan berhubungan dengan baik, dan nyaman," balas Zayyan. "Jika kamu sudah selesai, silakan turun dari panggung, sudah banyak yang mengantre."

Inka tidak su
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status