Share

Bab 27

Penulis: Aufa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Lho, kenapa? Katanya terserah aku mau ambil kuliah jurusan apa," kata Hilya.

"Iya, tapi jangan di kampus itu. Di kampus yang lebih bagus kan banyak." Sebenarnya tidak ada alasan khusus kenapa Zayyan melarang Hilya kuliah di kampus yang letaknya dekat dengan tempat kerja Hilya dulu. Zayyan hanya ingin memberikan tempat pendidikan yang terbaik untuk istri barunya ini.

"Kalau nggak boleh kuliah di sana, ya udah, aku nggak kuliah aja sekalian. Selain itu, aku juga nggak akan menuruti apa pun kata-kata Mas Zayyan," rajuk Hilya.

Memijat pelipisnya, Zayyan sedikit merasa pusing. Ia kira sikap manja Hilya sudah hilang, seiring bertambahnya usia, pun karena mereka tidak dekat sebelumnya. Tapi ternyata, Hilya kembali bersikap seperti waktu masih kecil dulu, waktu Zayyan masih sering mengasuhnya.

"Pusing ya, ngeladenin aku? Makanya, jangan iya-iya aja nurutin perintah nenek buat nikah sama aku," lanjut Hilya.

Gadis dua puluh tahun tersebut bangun dari duduknya sembari membawa plastik beris
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 28

    Hilya menggelengkan kepalanya sambil terkekeh. Mengada-ada saja perkataan Inka ini. Dikira ia akan percaya begitu saja. Sementara Inka sendiri mengernyitkan dahi, melihat Hilya yang terkekeh. Biasanya seorang istri jika diberi tahu hal menyakitkan tentang sang suami, pasti akan meledak kemarahannya, atau menangis tersedu-sedu. Tapi, ini Hilya justru malah santai saja. Inka jadi heran sendiri. "Nggak mungkin," sangkal Hilya, lalu kembali terkekeh. Merasa lucu saja dengan pengakuan Inka. Sebegitu frustasinya kah wanita itu ditinggal Zayyan menikah, sampai harus mengarang cerita seperti itu? Lagi pula, apa ia tidak malu? Meski tidak ada rasa cinta untuk Zayyan, tapi Hilya yakin seyakin-yakinnya, bahwa kakak sepupu yang sekarang jadi suaminya, tidak akan melakukan hal menjijikkan seperti yang dikatakan Inka. Zayyan adalah sosok yang cukup religius, dan sering mengikuti kajian keagamaan. Setidaknya seperti itu yang sering Hilya dengar dari cerita sang nenek. Dari tingkah lakunya pun,

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 29

    "Syaratnya, kamu pijitin aku, Hil. Badanku sakit semua," bisik Zayyan di dekat telinga Hilya. Posisi yang terlalu dekat itu membuat Hilya tak nyaman, hingga ia menepis tangan Zayyan yang melingkar di pinggangnya. Hilya juga seketika bernapas lega karena Zayyan tidak menuntut syarat yang aneh-aneh. Meminta haknya sebagai suami misalnya. Hilya tidak akan mampu menuruti yang satu itu, karena prinsipnya adalah memberikan mahkota kehormatan hanya pada suami yang dicintainya. "Oke, mana yang mau dipijitin?" tanya Hilya, setelah berhasil meredakan rasa panas yang tadi menjalari pipinya, dan mungkin saja tadi pipinya sudah terlihat seperti tomat, andai Hilya bisa melihatnya sendiri. "Punggungku, Hil." Zayyan kemudian mengubah posisi tubuhnya menjadi tengkurap. "Sebenarnya pengen diinjak-injak kamu, Hil, punggungnya, seperti waktu kamu kecil dulu yang sering nginjak-nginjak punggung papa kalau disuruh. Tapi, aku takut tidak kuat, karena kamu kan sekarang sudah besar." Hilya tak membalas,

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 30

    Menuruti permintaan sang nenek, malam ini Hilya, dan Zayyan menginap. Alhasil Hilya terpaksa harus tidur seranjang dengan Zayyan, karena di kamarnya tidak ada sofa. Mau menyuruh tidur di lantai, Hilya tidak tega, dan takut kalau Zayyan masuk angin. Nanti ia sendiri yang repot, belum lagi pasti ada pertanyaan dari orang tua. Sekarang Hilya tengah meletakkan sebuah bantal guling di tengah-tengah ranjang, sebagai batas wilayah tidurnya dan Zayyan. Ia tidak mau dekat-dekat, meski Zayyan adalah suaminya. Zayyan masuk ke kamar, dan melihat apa yang sedang Hilya lakukan itu. Ia tidak perlu bertanya, karena sudah paham maksudnya. Zayyan kemudian naik ke ranjang, dan duduk di sana sambil menatap Hilya yang mulai berbaring. Sekarang Hilya tidak malu lagi untuk memperlihatkan rambut panjangnya di depan Zayyan. Lagi pula menurutnya percuma, karena Zayyan sudah pernah melihat. "Mengenai bulan madu, kamu beneran tidak mau pergi, Hil? Setidaknya sebelum kamu nanti sibuk kuliah." "Pengen sih, ta

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 31

    Zayyan tersenyum kecut mendengar perkataan istri dari pamannya. "Hilya sudah lebih dari cukup untuk saya, Bude. Lagi pula, bukannya mbak Rita sudah punya pacar ya?" Istri Rusdi mencebikkan bibir, mendengar Zayyan yang sepertinya membela Hilya. Terlebih saat melihat tangan Zayyan yang menggenggam tangan Hilya, seolah-olah memberikan kekuatan. "Aku belum punya pacar kok, Mas Zayyan," celetuk Rita yang baru keluar dari kamarnya. Ia langsung mendudukkan diri di samping sang ibu, menatap sengit ke arah Hilya. Berhadapan dengan istri dari Rusdi saja sudah membuat Hilya merasa muak, kini ditambah lagi adanya Rita. Pasangan ibu, dan anak tersebut kerapkali merendahkan Hilya. Makanya, jika sedang ada acara keluarga besar, Hilya sangat menghindari dua orang ini. Keluarga Rusdi cukup berkecukupan, tidak jauh berbeda seperti keluarga Rusli, meskipun jika dibandingkan dengan Rafi, jelas cukup jauh perbandingannya. Namun, entah kenapa, dari dulu istri, dan anak-anak Rusdi seringkali mengejek Hi

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 32

    "Apa sih, tidak penting sekali!" elak Zayyan. "Ngaku aja sih, nggak usah malu begitu, Zayyan." Hilya membalik badan, dan melihat adanya Inka yang kini berdiri di dekat Zayyan. Tidak menyangka juga jika ada wanita itu di sini.Melihat Zayyan yang tampak risih dengan adanya Inka, membuat Hilya merasa kasihan. Ia pun mengurungkan niatnya untuk naik kereta gantung, dan kembali menghampiri Zayyan. Hilya akan membantu Zayyan untuk bisa melepaskan diri dari wanita yang berpakaian kurang bahan itu. Bahkan ke tempat wisata seperti ini pun, wanita itu juga menggunakan pakaian terbuka. Hilya heran, apakah Inka tidak punya rasa malu? Padahal Inka adalah dokter. Setahu Hilya, biasanya dokter akan lebih menjaga cara berpakaiannya. "Eh, ada dokter Inka juga di sini. Kok bisa kebetulan ya? Dokter Inka nggak lagi ada praktik hari ini di rumah sakit?" ujar Hilya yang kini sudah menghampiri Zayyan, dan Inka. Melihat kedatangan Hilya, Inka pun mendengkus tidak suka. Padahal tadi ia sudah mencoba men

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 33

    Perjalanan silaturahim ke kerabat tidak hanya sampai ke kerabat dari ibunya Zayyan, tetapi langsung dilanjutkan ke kerabat dari sebelah ayah Hilya, alias paman, dan bibi Hilya. Ini sekalian dilakukan mumpung Zayyan masih cuti kerja. Kebanyakan pengantin baru akan menggunakan waktu cutinya untuk pergi bulan madu, tapi Zayyan, dan Hilya justru menghabiskan waktu untuk ke sana ke mari ke rumah saudara. Meskipun begitu, Zayyan legowo saja, selama Hilya tidak marah, dan tidak mendiamkannya. Kerabat dari ayah Hilya hanya Aryo saja, yaitu paman Hilya yang waktu itu menjadi wali nikah Hilya. Aryo adalah satu-satunya saudara kandung ayah Hilya yang masih tersisa. "Duduklah, paman senang kalian berkunjung ke mari. Terutama kamu, Zayyan. Paman tidak menyangka, kamu mau mampir ke gubug reot paman ini." Rumah Aryo memang terbilang sederhana karena dindingnya terbuat dari kayu, dan lantainya yang masih tanah. Namun, di dalam rumah terasa cukup sejuk tanpa adanya kipas angin atau AC. "Tentu kam

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 34

    Nanti sore di rumah sang mertua akan kebagian giliran penempatan acara rutinan ibu-ibu komplek. Rutinan itu adalah pembacaan surat Yasin, lalu dilanjutkan dengan pembacaan maulid Al barzanji. Oleh karena itu, sekarang Hilya sedang ikut membantu Anita, dan Ijah memasak. Hilya sih senang-senang saja disuruh membantu memasak, karena memasak adalah salah satu hobinya. Dulu waktu kecil ia sempat punya cita-cita ingin menjadi chef. Tapi, setelah besar, dan sering menonton acara perlombaan memasak di televisi, Hilya jadi tidak mau jadi chef lagi. "Hil, nanti kamu juga ikut di acara ya. Ikut baca Yasin, sama maulid. Biar bisa berbaur sama ibu-ibu komplek sini," ujar Anita. "Iya, Ma." "Nanti nih, semisal kamu, sama Zayyan mau hidup mandiri, tinggal di rumah sendiri, kamu harus pinter-pinter berbaur sama ibu-ibu di lingkungan tempat tinggal kalian nanti. Ya, bukan berbaur yang ikut gosip-gosip, bukan. Maksudnya ya, kalau ada kegiatan yang positif, kamu ikut serta. Contohnya ya seperti ikut

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 35

    Zayyan senyum-senyum sendiri mengingat kegiatan tadi malam yang sangat indah. Ia seperti dibuat jatuh cinta berkali-kali oleh Hilya. "Mas, kamu masih waras kan?" tanya Hilya yang sedari tadi heran melihat Zayyan yang terus tersenyum. Seperti orang gila saja menurut Hilya. "Hil, apa aku ambil cuti lagi ya?" Nah, kan, ditanya apa jawabnya apa. Hilya jadi semakin yakin bahwa otak suaminya sedang tidak baik-baik saja. Haruskah Hilya menelpon rumah sakit jiwa? "Ngapain ambil cuti lagi, Mas? Kebanyakan cuti, potongan gaji semakin banyak," kata Hilya. "Ya tidak apa-apa. Potongan gaji yang tidak seberapa itu tidak seketika membuatku jatuh miskin." 'Sombong' Hilya mencibir dalam hati. "Bagaimana kalau kita ulangi yang tadi malam lagi, Hil?" bisik Zayyan di dekat telinga Hilya. Hilya yang sedang membuka tirai jendela kamar, dipeluk Zayyan dari belakang. "Enggak!" tolak Hilya dengan tegas. "Masih sakit tau!" Ia juga melepaskan pelukan Zayyan darinya. "Nanti aku akan pelan-pelan kok." Za

Bab terbaru

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 45

    "Ooh, lagi liburan." Tata manggut-manggut. "Baru sampai di sini atau gimana?" "Nggak, Kak, kami udah mau pulang. Ini lagi nunggu pesawat." "Oh, kirain baru sampai." "Kak Tata juga lagi liburan ya?" Sebenarnya Hilya sedikit malas berbasa-basi dengan mantan calon istri Zayyan ini, tapi sudah terlanjur ketemu juga."Iya, aku baru sampai sih. Di sini sebenarnya aku mau tunangan sama pacarku. Tau kalau Zayyan di sini sama kamu, mau aku undang sekalian, eh ternyata kalian mau pulang." Tata menjelaskan dengan raut wajah cerianya. Tata sudah putus dari pacar toxic-nya itu, yang membuatnya tidak jadi menikah dengan Zayyan. Kini Tata akan bertunangan dengan laki-laki yang telah dijodohkan dengannya, dan berharap tidak melalukan hal bodoh seperti dulu lagi. "Waah, mau tunangan ternyata. Selamat ya, Kak, aku ikut bahagia. Maaf nggak bisa hadir." "Iya, makasih ya. Oh ya, kamu namanya siapa? Aku cuma paham kamu istrinya Zayyan, tapi nggak tau namanya, hehe." "Aku Hilya, Kak." "Ooh Hilya. Y

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 44

    Meski keadaan sudah kembali seperti semula, tapi Zayyan yakin, Hilya masih belum sepenuhnya melupakan kejadian yang hampir menimpanya di apartemen Dimas. Oleh karena itu, kini Zayyan tengah mengajak Hilya liburan di Pulau Dewata. Hitung-hitung sebagai healing, agar bayangan-bayangan menakutkan itu tak lagi berputar di kepala Hilya. Selain itu, ini juga bisa dibilang sebagai momen untuk bulan madu mereka. Sudah lima hari ini mereka berada di Bali. Setiap harinya akan mereka lewati dengan mengunjungi berbagai tempat wisata yang ada di pulau ini. Hilya selalu antusias ketika sampai di setiap tempat wisata, apalagi jika itu pantai. Melihat Hilya yang sudah kembali ceria, dan cerewet, Zayyan pun bahagia. Kebahagiaan laki-laki itu adalah melihat Hilya tersenyum bahagia, seperti saat ini. "Mas, fotoin lagi dong," pinta Hilya yang entah sudah ke berapa kalinya. Meskipun begitu, Zayyan tak pernah sekali pun menolak. "Oke." Mereka menghabiskan waktu seharian ini di pantai yang dekat dengan

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 43

    Membuka matanya yang terasa berat, Hilya menyingkirkan tangan Zayyan yang melingkari perutnya. Waktu menunjukkan pukul setengah tiga pagi, dan Hilya berniat untuk mandi. Ia turun dari ranjang dengan perlahan, agar Zayyan tidak terganggu. Sore kemarin setelah meminta maaf pada Zayyan, hubungan mereka sudah kembali membaik, pun dengan yang lainnya di rumah ini. Hilya sudah kembali seperti semula yang ceria, dan cerewet. Lalu, malam hari setelah makan malam, dan membantu beres-beres di dapur, Hilya diajak Zayyan ke kamar. Zayyan menginginkan Hilya, dan mau menyalurkan rasa rindunya. Tentu saja Hilya paham, dan tidak menolak. Ia sudah berjanji untuk menjadi istri yang baik bagi Zayyan. Hilya lantas ke kamar mandi untuk melakukan mandi wajib, sesuatu yang harus dilakukan setelah selesai melakukan hubungan suami istri. Biasanya Zayyan akan langsung mengajak mandi, tapi malam tadi justru langsung ketiduran. Hilya tebak, Zayyan terlalu lelah. Usai mandi, dan berwudhu, Hilya memakai mukena

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 42

    "Kalau begitu, kamu juga harus siap kehilangan pekerjaan kamu. Kamu tidak bisa lagi praktik di rumah sakit saya." Bambang mengancam. Biar bagaimanapun, Dimas adalah anaknya. Sememalukan apa perbuatan anak itu, Bambang akan berusaha menyelamatkannya, meski harus menanggung malu di depan Rafi, dan Zayyan, yang selama ini bermitra bersamanya. Zayyan mengepalkan tangan sembari menatap tajam laki-laki paruh baya seumuran ayahnya tersebut. "Tidak masalah. Lebih baik saya tidak bekerja lagi di rumah sakit Om, daripada harus membebaskan Dimas. Semua ini demi kehormatan keluarga saya, terutama istri saya." Dipecat jadi dokter di rumah sakit yang selama ini menjadi tempat praktiknya? Itu tidak masalah bagi Zayyan. Masih banyak rumah sakit lain yang bisa ia datangi, lalu menjadi dokter di sana. Berbekal pengalaman, dan kemampuannya, Zayyan yakin, tidak sulit baginya untuk mendapatkan tempat praktik baru. Atau, jika seandainya Bambang melakukan blacklist agar Zayyan tidak bisa lagi praktik di

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 41

    Zayyan memberitahu pada keluarganya bahwa Dimas sudah ditangkap polisi. Anita, dan Rafi cukup senang dengan kabar tersebut, akan tetapi, masih ada rasa sedih yang menyelimuti mereka, karena Hilya masih murung, dan belum mau keluar dari kamar. Mereka juga belum memberitahu Ratih, dan Asih tentang apa yang sudah menimpa Hilya. Jika memberitahu Ratih, mereka takut jika nantinya Ratih akan memarahi Hilya, dan justru akan semakin memperburuk keadaan Hilya. Sedangkan jika memberitahu Asih, mereka takut jika akan menjadi beban pikiran Asih, dan membuat keadaan Asih menjadi drop. Jadilah mereka masih menyembunyikan ini dari keluarga Hilya. Selain itu, juga agar berita itu tidak menyebar luas, dan malah membuat Hilya jadi malu. "Sekarang kamu tenang ya, Hil. Dosen kurang ajar itu sekarang sudah ditangkap polisi. Kamu tidak perlu takut lagi," kata Anita, saat mengunjungi Hilya di kamar. "Iya, Ma." Selama mengurung diri, dan saat dikunjungi oleh keluarganya, Hilya hanya akan menjawab singkat

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 40

    "Kenapa kalian baru datang sekarang?! Dari tadi kalian ke mana saat istri saya hendak dilecehkan oleh manusia ib*is ini?!" hardik Zayyan pada beberapa security yang memisahkannya saat hendak kembali menghabisi Dimas. "Maaf atas kelalaian kami, Tuan," ucap seorang security bertubuh gempal. Zayyan berdecih. "Percuma gedung apartemen mewah ini, jika punya keamanan payah. Saya bisa laporkan kalian ke polisi atas kelalaian ini." "Sekali lagi kami minta maaf, Tuan. Kami akan mengurus tuan Dimas, dan membereskan kekacauan ini." Menatap tajam pada security itu, Zayyan hendak mengomel lagi, tapi tidak jadi karena Tobi segera menyela. "Pak, lebih baik urus Hilya dulu." Seketika Zayyan teringat tentang sang istri. Ia pun menghampiri Hilya yang saat ini tengah berjongkok, dan menenggelamkan wajahnya. Hilya tengah menangis. "Bangun, Hil. Kamu sudah aman sekarang. Ayo kita pulang," ucap Zayyan, sembari ikut jongkok, dan menyentuh lengan Hilya. Tangisan Hilya yang terdengar memilukan itu men

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 39

    "Lho, kamu tidak pulang bareng Hilya, Zayyan?" tanya Anita, yang melihat anak laki-lakinya tiba di rumah sendirian, tanpa adanya sang istri. "Saya sudah bilang ke Hilya bahwa hari ini tidak bisa jemput, Ma. Memangnya Hilya belum pulang?" Zayyan justru balik bertanya. Wanita yang telah melahirkan Zayyan itu pun menggeleng. Seketika merasa cemas, takut terjadi sesuatu dengan menantu kesayangannya. "Ooh, mungkin mampir ke rumah nenek, Ma," kata Zayyan. Mungkin nanti ia bisa menjemputnya, jika Hilya benar-benar ada di sana. "Hilya ada bilang ke kamu, kalau mau mampir ke sana?" Anita bertanya lagi. "Tidak." Zayyan menggeleng. Anita menghela napas, lalu berbicara kembali pada sang anak. "Coba telfon Hilya. Pastikan dia ada di mana, Zayyan. Perasaan mama tiba-tiba jadi nggak enak ini." Suami Hilya itu pun mengangguk menuruti perintah sang ibu. Ia mendial nomor Hilya, tapi sayangnya sedang tidak aktif. Zayyan yang tadinya cukup tenang, kini berubah jadi gusar. "Tidak aktif, Ma. Apa mu

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 38

    Karena besok akhir pekan, Zayyan tidak ada jadwal praktik di rumah sakit. Pun dengan Hilya yang tidak ada jadwal kuliah. Oleh karena itu, Hilya memanfaatkan kesempatan ini untuk menginap di rumah sang nenek. Hilya rindu dengan ibunya, kedua adiknya, juga neneknya. Bagaimana pun sikap ibunya selama ini padanya, tetap saja wanita itulah yang telah melahirkannya, dan Hilya tidak bisa membenci. "Kamu ngapain ikut masukin baju ke tas, Mas?" tanya Hilya heran, saat melihat Zayyan melakukan hal yang sama dengannya. "Aku mau ikut, Hil, nginep di rumah nenek," jawab Zayyan. Tadinya Hilya hanya meminta izin pada Zayyan untuk menginap di rumah sang nenek, tanpa mengajak suaminya itu. "Ngapain sih? Kalau nginep di rumah nenek, nanti Mas nggak bisa tidur lagi," kata Hilya. Masih teringat jelas di kepala Hilya, saat beberapa minggu yang lalu mereka menginap di rumah sang nenek. Waktu itu Hilya belum menganggap Zayyan sepenuhnya jadi suami, jadi Hilya tak mengizinkan Zayyan untuk tidur satu ran

  • Pengantin Pengganti Sang Dokter Dingin   Bab 37

    "Bagaimana kuliah kamu hari ini?" tanya Zayyan. Ia sekarang tengah merebahkan tubuhnya di samping Hilya, dengan lengannya yang dijadikan bantalan untuk sang istri. Sejak keduanya berhubungan intim waktu itu, posisi seperti ini memang sering mereka lakukan, dan Hilya pun merasa tidak masalah. Yang terpenting bagi Hilya saat ini adalah Zayyan tidak menyakitinya, tidak marah-marah atau berbicara ketus padanya, seperti dulu sebelum menikah. "Lumayan asik. Aku juga punya beberapa teman baru. Aku jadi nggak kesepian di kampus," jawab Hilya. "Syukurlah kalau begitu." Zayyan turut senang, karena itu artinya Hilya tak mendapat kesulitan yang berarti saat di kampus. "Kamu boleh punya teman banyak, Hil, tapi harus tetap disaring. Berteman dengan mereka yang baik, dan tidak suka buat onar di kampus." "Iya, aku tau kok. Aku juga bukan anak kecil lagi, pasti bisa pilih-pilih temen." "Hmm ... kamu ternyata memang sudah dewasa, Hil. Padahal, rasanya baru kemarin kamu masih sering kugendong karen

DMCA.com Protection Status