Dari dekat dapur, Zayyan melihat Hilya yang tengah memasak bersama Ratih, dan Anita. Mereka juga sembari berbincang-bincang, dan sesekali bercanda tawa. Ada rasa tenang di hati Zayyan, karena setidaknya Hilya masih baik-baik saja. Ia sempat khawatir bahwa Hilya akan murung, dan bersedih setelah pernikahan mereka. "Ngapain di sini, Kak? Hayo, lagi ngintipin Hilya masak ya?" Tasya tiba-tiba datang menghampiri, dan berdiri di dekat Zayyan. "Siapa yang ngintip? Kakak cuma kebetulan lagi di sini," elak Zayyan, meski sebenarnya tujuannya di sini memang untuk melihat Hilya. Tapi, jika Zayyan berkata yang sebenarnya, bisa-bisa nanti Tasya menggodanya, dan melapor pada Hilya. Tentu Zayyan harus menghindari hal itu. "Ya deh, terserah Kakak aja," kata Tasya. "Kamu kenapa tidak bantuin masak?" Zayyan memandang heran sang adik. "Sana ikut bantu!" "Yaelah, Kak, lagian udah banyak yang masak. Aku juga tadi habis pijitin nenek di kamar, makanya nggak ikut masak," ujar Tasya. Mereka saat ini mem
Read more