Semua Bab Terjerat Pernikahan Kilat dengan Sang Miliarder: Bab 111 - Bab 120

541 Bab

Bab 111

"Oke. Ada lemon di lemari es. Lemon bisa meredakan mabuk. Aku sudah menyiapkan beberapa makanan penutup juga untukmu. Kamu bisa memakannya untuk mengisi perutmu."Amel berlari menuju dapur seolah sedang melarikan diri.Saat melihat wanita itu sibuk di dapur, Dimas menghela napas lega. Dia tiba-tiba merasa frustrasi.Dia adalah pemimpin Grup Angkasa yang terhormat. Berapa banyak wanita yang mengantre untuk naik ke tempat tidurnya? Bukan hanya karena posisinya, penampilannya saja sudah cukup untuk menarik perhatian orang. Sayangnya, sebagai istri sahnya, tidak tahu apakah karena Amel belum tercerahkan atau karena dia kurang menarik, setiap kali dia ingin melangkah lebih jauh, Amel selalu menahannya dengan bersikap menyedihkan.Setiap saat, mereka hanya tinggal selangkah saja.Namun, Dimas akan dengan senang hati menahan dirinya.Menunggu hingga Amel yakin, lalu memercayakan diri sepenuhnya padanya adalah hal yang sangat membahagiakan.Amel tampak menjadi orang yang berbeda ketika dia mem
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-12
Baca selengkapnya

Bab 112

"Hm, terong dan kacang." Amel tidak menyangka Dimas akan bertanya sedetail itu. Jadi, dia menyebutkan sesuatu secara asal karena rasa bersalah.Namun, Dimas mengerutkan kening saat mendengarnya.Meskipun keduanya belum lama tinggal bersama, dia merasa cukup mengenal kebiasaan Amel.Amel tidak terlalu menyukai kacang. Menurut cerita wanita ini, Amel makan kacang mentah saat masih kecil, sehingga dia keracunan makanan.Dimas masih mengingat ini dengan sangat jelas. Apakah gadis kecil ini tidak makan malam?"Apa kamu sudah kenyang? Masih lapar nggak?" Dimas meletakkan piring, lalu meneguk air lagi."Aku nggak lapar."Begitu Amel selesai berbicara, perutnya keroncongan.Keduanya saling memandang."Apakah kamu belum makan malam sama sekali?" tanya Dimas dengan ekspresi serius sambil mengerutkan kening.Amel tidak pandai berbohong. Jadi, dia menjawab dengan rasa bersalah, "Uh, aku pulang agak malam, jadi aku nggak makan."Amel sibuk sampai-sampai tidak punya waktu untuk makan malam, tapi mas
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-12
Baca selengkapnya

Bab 113

"Dimas, cobalah ini."Amel memesan dua porsi nasi goreng, minuman manis, juga beberapa hidangan panggang.Penjual memberi banyak bubuk jinten sesuai permintaan. Aroma daging panggang yang harum langsung menusuk hidung, membuat Amel hampir mengeluarkan air liur karena lapar.Amel mengangkat segenggam tusuk daging, lalu menyodorkannya ke depan mulut Dimas sambil berkata, "Daging panggang ini enak sekali, cobalah!"Dimas melihat daging tusuk yang agak berminyak itu. Ada taburan jinten dan merica yang membuatnya makin menarik. Selain itu, ada sedikit minyak yang menetes dari tusukan bambu. Amel membungkus tusukan dengan tisu untuknya.Dimas tidak bisa tidak memikirkan steik serta kue-kue kelas atas yang dia makan sebelumnya. Saat melihat lagi tusukan daging di depannya, dia tiba-tiba merasa ragu untuk mencobanya.Namun, Amel sudah memintanya untuk mencoba. Dia tidak bisa menolak.Ya sudah, cicipi saja.Dimas tersenyum tipis, lalu menggigit daging itu.Hanya saja, yang tidak dia duga adalah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-12
Baca selengkapnya

Bab 114

Perekonomian pedagang kaki lima kecil seperti ini memang patut untuk direnungkan. Mereka bisa mendapatkan referensi.Memanfaatkan kondisi saat tidak banyak orang yang membeli, Dimas tidak bisa menahan diri untuk bertanya pada penjual, "Bos, aku ingin bertanya, berapa keuntungan tahunanmu?"Penjual itu menyeringai riang sambil menjawab, "Kadang-kadang lebih dari dua miliar. Kadang juga bisa sampai delapan miliar."Omset sebuah kedai kecil ini begitu tinggi hingga di luar pemahaman Dimas."Berapa jam kamu membuka kedainya?""Setiap hari aku buka dari jam empat sore sampai jam empat pagi. Jadi, dua belas jam sehari. Aku nggak seperti anak muda seperti kalian, kalian lebih suka duduk di kantor!" kata penjual itu sambil tersenyum. Dia terus fokus dengan jualannya.Dimas tersenyum sopan, tidak ingin mengganggu penjual itu lagi. Dia menanyakan beberapa pertanyaan lagi sebelum berhenti bertanya. Hanya saja, mendengar kata-kata penjual, Dimas jadi merenung. Jika dia bisa menggabungkan semua pem
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-12
Baca selengkapnya

Bab 115

Dimas tidak mengetahui pemikiran Amel. Dia lanjut berkata, "Lalu, setelah memperhatikan lingkungan sekitar, di sana harusnya adalah jalanan hijau. Tapi tanaman di sekitarnya hampir nggak tumbuh sama sekali. Selain itu, toko-toko juga berkumpul jadi satu, sehingga memajukan sebagian dari ekonomi perorangan dan membuatnya menjadi pujasera seperti ini.""Makanya, itu bukan hal yang perlu kamu khawatirkan." Amel menghela napas, lalu berkata sambil menatap Dimas dengan tidak berdaya, "Seberapa banyak pun uang yang dihasilkan oleh orang lain, kita cukup melakukan pekerjaan kita dengan baik. Aku tahu kalau soal orang tuaku yang menyuruh kita untuk membeli rumah cukup membebani, tapi kita bisa pelan-pelan. Jadi, kamu jangan berpikir untuk ganti profesi, oke?"Mendengar itu, Dimas kebingungan.Ganti profesi? Loh? Kapan dia pernah bilang mau ganti profesi?Jangan-jangan, istrinya mengira bahwa dirinya ingin ganti profesi jadi pemilik toko barbeku?Ekspresi Dimas pun menjadi muram karena membayan
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-12
Baca selengkapnya

Bab 116

Setelah sarapan, Amel menjadi lebih segar meskipun dia kurang tidur. Terpikir akan Dimas yang memikirkan kondisinya, Amel merasa dirinya juga harus menanyakan kondisi Dimas. Kemudian, dia pun mengirimkan beberapa pesan WhatsApp pada Dimas.Namun, sepertinya Dimas sangat sibuk, sampai-sampai tidak membalas WhatsApp-nya.Amel yang tidak tahu apa-apa pun tidak bisa berbuat apa-apa. Dia bukan orang yang suka menerka-nerka, jadi dia pun mulai melakukan pekerjaannya sendiri.Amel memutuskan untuk pergi melihat bahan-bahan dekorasi. Dia berpikir untuk mengajak teman baiknya untuk menemaninya."Nggak bisa, aku sedang sibuk karena ibuku menyuruhku membawa pulang pacarku besok!"Nada bicara Lidya terdengar seperti sedang mengendap-endap.Apa yang sedang dia lakukan?Amel pun penasaran, "Bukannya kamu nggak pacaran? Kamu masih belum mengakuinya pada Bibi Mirna?"Lidya mengeluh, "Duh! Dasar, kamu membuangku setelah punya suami, kamu bahkan nggak memikirkan kondisiku! Memangnya sekarang penting aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-12
Baca selengkapnya

Bab 117

Lili memikirkan banyak hal dan menyalahkan dirinya sendiri karena tidak mengajarkan hal-hal ini pada putrinya."Amel sudah pulang!"Ketika mereka berdua sedang asyik mengobrol, tiba-tiba suara pria yang lantang memotong obrolan mereka.Amel menoleh, lalu melihat seorang pria yang tinggi dan terpelajar sedang berdiri di belakangnya sambil tersenyum padanya. Pria itu mengenakan kacamata dengan bingkai emas bulat, kemeja dengan kerah tinggi dan celana bahan berwarna hitam, serta sepasang sepatu kulit yang mengkilap. Dia tampak tampan dan mengeluarkan aura yang sangat telaten.Namun, Amel tidak ingat siapa pria itu.Karena ayahnya adalah dosen yang terkenal di Universitas Nataya, muridnya sangat banyak. Selain itu, murid yang sering diajak untuk makan di rumah juga sangat banyak."Amel, kenapa nggak sopan begitu? Ini Kak Billy," ucap Gibran yang keluar bersama pria itu.Amel tersenyum dengan canggung, kemudian menyapanya, "Halo, Kak Billy."Billy berkata sambil tersenyum lebar, "Aku sudah
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-12
Baca selengkapnya

Bab 118

"Ayah, aku masih ada urusan sore nanti, jadi aku nggak akan pulang untuk makan siang." Setelah memikirkannya, Amel memutuskan untuk memberi tahu ayahnya daripada nanti ayahnya marah lagi karena tidak melihatnya setelah ibunya pulang.Namun, meskipun Amel sudah mengatakannya sekarang, Gibran tetap tidak senang.Mendengar perkataan Amel, Gibran menjadi muram dan berbicara dengan nada galak, "Memangnya makan akan membuang berapa banyak waktu? Kamu ada urusan apa sampai harus mengurusnya di akhir pekan?"Amel menggosok tangannya dan berbicara dengan kasihan, "Aku harus mendekorasi toko, aku ingin pergi melihat bahan dekorasi dengan Ibu, lalu aku harus membuat gambar desain sore nanti.""Apa perlu buru-buru hanya untuk hal seperti itu? Besok saja 'kan bisa.""Tapi, ahli dekorasi yang kucari bilang harus sesegera mungkin. Dua hari lagi dia akan pergi meninggalkan Kota Nataya dan mulai bekerja di tempat lain. Sulit untuk menemukan ahli delorasi yang berpengalaman untuk tempat kecil seperti in
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-12
Baca selengkapnya

Bab 119

Jadi, Amel tetap memutuskan untuk meminta tolong pada seniornya itu.Segera, Amel tersenyum dengan manis dan berkata, "Kalau begitu, aku akan memasak masakan enak untuk Kakak sebagai bayarannya."Gila juga anak ini. Lili memandang ekspresi putrinya yang licik dan membatin bahwa dulu Amel tidak seperti itu."Terima kasih, Amel.""Nggak apa-apa."Selesai bicara, Amel menarik ibunya untuk pergi ke pasar sambil melihat bahan-bahan seperti keramik di toko dekorasi yang mereka lewati.Lili pun bertanya pada Amel, kenapa sekarang dia jadi begitu pandai, padahal dulunya dia tidak pernah mau mengambil keuntungan dari orang lain."Bu, orang bisa saja berubah. Sekarang aku mau buka toko, tabunganku juga nggak banyak. Apalagi kalian menyuruh Dimas untuk membeli rumah, tabungannya juga nggak seberapa. Setengah dari uang untuk membuka toko ini juga darinya, tentu saja aku harus memikirkannya dengan baik demi keluarga kecil kami," jawab Amel sambil cemberut.Hidup memang begini. Karena sudah berkelua
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-12
Baca selengkapnya

Bab 120

"Hah?"Amel tertegun. Dia merasa seperti tiba-tiba ada yang membongkar hubungannya dengan Dimas, wajahnya pun menjadi sedikit merona."Nggak. Nggak ada."Amel memang tidak berpacaran. Dia langsung menikah."Uhuk, uhuk." Lili buru-buru menyela perkataan putrinya dan menanyakan pekerjaan Billy sambil tersenyum.Billy menggaruk-garuk kepalanya. Sambil tersenyum polos, dia berkata, "Saya lulus tes di sebuah lembaga pemerintah di sini dan mulai bekerja Senin depan."Mendengar Billy akan bekerja di sebuah lembaga pemerintah, Lili tidak bisa menahan diri untuk memujinya, "Lembaga pemerintah itu bagus. Pekerjaannya stabil dan bisa libur dua hari setiap minggu. Yang terpenting ada struktur kepegawaiannya. Bagus sekali.""Bu Lili terlalu memuji. Saya sudah berumur dan ingin mencari pekerjaan yang stabil. Semua ini bisa dianggap sebagai pertanggungjawaban saya kepada calon istri saya nanti."Mendengar hal tersebut, Lili tidak bisa menahan diri untuk tidak bertanya dengan rasa ingin tahu, "Kamu su
last updateTerakhir Diperbarui : 2023-12-12
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
55
DMCA.com Protection Status