Semua Bab SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Bab 261 - Bab 270

433 Bab

Aku Tidak Bisa Membantu

“Jangan. Sebelah sini saja. Maaf.”Mae mengarahkan orang yang sedang menggeser mixer besar dengan penuh penyesalan, karena ini sudah dua kali ia berubah pikiran. Mixer itu berat.“Ada lagi, Mrs. Cooper?”Mereka masih bisa tersenyum ramah tapi, sepertinya paham kalau Mae sedang dalam fase penuh tekanan.Hari-H pembukaan toko itu adalah lima hari lagi, tentu kesibukan Mae semakin memuncak. Ia merasa sudah menyiapkan semuanya, tapi ternyata ada saja detail yang sepertinya terlupa atau salah. Mae kemarin harus mengembalikan semua flyer ke percetakan, karena mereka salah mencetak nama kue. Kalau satu Mae masih bisa maklum, tapi ada tiga nama kue yang salah. Meski sudah diperbaiki, hal ini menggerus rasa percaya diri Mae. Merasa kalau nama kue pilihannya mungkin terlalu sulit dicerna.Butuh bujukan Daisy—dan Ash melalui telepon—untuk mencegah Mae merombak semua menunya. Ini akan memakan lebih banyak waktu.“Aku rasa cukup. Terima kasih.” Mae mengangguk sambil menarik napas panjang.Lega kar
Baca selengkapnya

Aku Ingin Memberi Kejutan

Begitu pula Mae. Ash tidak mengatakan apapun, karena cukup sulit dihubungi beberapa hari terakhir, dan Mae pun terlalu sibuk.“CEPAT BERANGKAT!” Poppy kembali berseru, karena tahu Mae kebingungan harus melakukan apa.Daisy menepuk punggung Mae agar ia bergerak.“Ash pulang… aku…” “Pergi. Aku bisa pulang sendiri naik taksi.” Daisy menepuk dadanya. Ia memang sudah terbiasa bepergian sendiri sekarang.“Oke.” Mae menyambar mantel dan keluar.“Tunggu! Rapikan dulu—” Daisy ingin mengingatkan kalau Mae masih memakai apron dan rambutnya masih tertutup kain agar tidak kotor, tapi Mae sudah menyetop taksi begitu melangkah keluar. Ia akan naik kereta saja. Mae tidak yakin ia bisa menyetir sejauh sampai Andover dengan tenang saat ini.“Kenapa tidak ada yang memberitahuku?!” Mae menyalurkan amarah pada Poppy setelah menyebutkan tujuannya pada sopir taksi.“Karena ada pengumuman resmi dari—ah, kau bukan istri Ash! Kau tidak akan mendapatkannya!” Poppy terdengar mengutuk kebodohannya.Mae tentu saja
Baca selengkapnya

Aku Badut?

Pemandangan yang sangat jauh dari normal terlihat. Ash yang jarang tersenyum dan lebih sering datar, tiba-tiba saja mekar seperti musim semi.Tangan yang biasanya tidak segan menampar, menyambut dengan lembut, merengkuh penuh kasih. Belum lagi senyumnya yang hangat. Tentu saja Ash tidak pernah tersenyum seperti itu di hadapan siapapun yang ada di sana.Pelukan Ash dan Mae itu sederhana, sama seperti sambutan keluarga yang lain yang tentu banyak memeluk dan mencium karena rindu—tapi masalahnya yang melakukan adalah Ash.Ash yang tidak pernah terlihat dekat dengan siapapun, bahkan tidak pernah mengundang keluarganya saat ada sambutan seperti itu—sampai orang-orang mengira ia sebatang kara.Ash yang tidak pernah terlihat selembut itu. Fakta ini yang paling mencengangkan, dan mengundang perhatian. Belum lagi fakta kalau sejak tadi Mae sempat menjadi pusat beberapa tentara lajang—dan mungkin yang tidak lagi lajang—sebelum Ash memanggil.Karena terlambat, Mae memang sempat kebingungan. Ia da
Baca selengkapnya

Aku Ingin Mengatakan Sesuatu

“Aku saja, atau orang-orang banyak yang memandang kita?” Mae heran saat menyadari kalau lebih banyak orang yang melirik ke arahnya.Bukan hanya setelah mereka turun di stasiun, tapi juga selama mereka di atas kereta tadi. Mae saja tidak mendapat perhatian sebanyak itu saat berangkat tadi, padahal ia memakai apron dan kain penutup tadi. Mae sangat malu saat Poppy menunjuknya tadi. Mae meninggalkan kain dan apron itu di mobil Poppy sampai sekarang, karena tidak lagi bertemu dengannya.Ash langsung menariknya keluar dari base tadi, mendahului sementara yang lain masih sibuk bersosialisasi.Karena Mae tidak membawa mobil, mereka memutuskan naik kereta juga ke Reading. Semua mobil Ash sudah ada di Reading. “Ini. Menarik perhatian.” Ash menepuk seragamnya yang tentu membuat orang melirik dua kali saat melihatnya. Karena itu Ash kalau bisa akan memilih naik mobil. Malas menjadi pusat perhatian.“Aku rasa karena wajah juga. Tergantung siapa yang memakai.” Mae terkekeh, saat melihat seorang ga
Baca selengkapnya

Aku Akan Berhenti Untukmu

“Di sudut yang kanan juga. Semprot lagi, lalu gosok sampai bersih.” Mae menunjuk, dan Ash dengan patuh melaksanakan. Menyemprotkan cairan pembersih ke atas permukaan meja metal, dan menggosok sampai berkilau.Patuh, tapi bukan tidak memprotes. “Kenapa harus sampai sudut ini? Kita hanya menempati sebelah sana.” Ash menunjuk bagian dimana mereka ‘bergumul’ tadi. Sudah sangat jauh dari tempat Ash menggosok saat ini. Tentu bagian itu adalah yang pertama dibersihkan Ash, sampai tiga kali malah. Memakai air dan cairan pembersih, setiap kalinya. Bahkan termasuk lantai juga ikut dibersihkan olehnya. Semua atas perintah Mae“Karena aku tidak tahu sampai mana kuman dan bakterinya menyebar. Aku tidak mau ada kotoran yang tertinggal.” Mae menunjuk sekali lagi, menyuruh Ash mengulang.“Kau juga menikmatinya tadi.” Ash bergumam, sedikit tidak rela disalahkan, karena ingat betul Mae tidak amat menolak saat mereka melakukannya tadi.“Aku sudah meminta pulang, kau yang merayuku. Kau yang tidak sabar
Baca selengkapnya

Aku Tidak Mau

“This is your life.” (Ini hidupmu)Mae menepuk pelan seragam Ash. “Tapi aku tidak menyukai sedikitpun saat dimana aku meninggalkanmu sendiri,” kata Ash.Masa itu menyiksa, apalagi saat seperti kemarin—dimana Mae membutuhkannya. Ash merasa amat beruntung bisa menemukan Mae dalam keadaan hidup. Belum terlambat, tapi sedikit lagi.“Aku juga tidak menyukainya, tapi apa ini jalan keluarnya? Terlalu ekstrim, Ash. Kau seperti membakar semua keringat dan kerja kerasmu menjadi percuma.” Mae yang tidak rela Ash membuang semua itu. “Tapi aku ingin ada didekatmu saat kau membutuhkan. Aku ingin—”“Jangan mengukurnya dari diriku saja. Bagaimana denganmu? Apa kau tidak memikirkannya? Itu tidak sehat. Kau sendiri yang mengatakannya padaku dulu. Kau ingin aku memikirkan diriku sendiri.” Mae mengembalikan saran Ash.“Tidak sama, aku tidak membutuhkan perhatian dan pertolongan—”PAK! Mae mendorong dada Ash—kasar, karena marah. “Apa aku beban yang harus selalu ditolong?”“Bukan, Mary. Tolong…” Ash mend
Baca selengkapnya

Aku Tidak Mendengar Apapun

“Jangan lupa membawa Mae.”“Huh? Membawa apa?”Ash bangkit sambil mengusap wajahnya. Ia belum amat sadar, baru saja terbangun karena panggilan itu, tapi Ian malah bicara hal yang membingungkan.“Mae. Untuk besok malam. Kau jangan datang sendiri.” Ian menegaskan lagi, seolah Ash akan paham begitu saja.“Elaborate, Fuck face!” Ash akhirnya mengumpat juga. (Jelaskan)“Oh… God. Did you kiss your mom with that potty mouth?” (Apa kau mencium ibumu dengan mulut kotor itu?)“Aku tidak punya ibu!” Ash semakin marah tentu.“Oh, iya juga. Aku lupa.” Ian membalas lagi tanpa rasa bersalah, karena sebenarnya ia tidak lupa. “Ada apa? Kau tidak biasa mengumpat saat bangun tidur—kecuali saat aku tidur disampingmu.” Ian bertanya karena tahu ada hal yang salah tentu. Ash tidak secepat itu marah biasanya.“Jelaskan saja yang tadi! Aku harus membawa apa kemana?!” sergah Ash. Ia tidak mungkin menjelaskan apapun pada Ian. Ash juga belum membicarakan keinginannya untuk berhenti pada Ian.Setelah melihat reak
Baca selengkapnya

Aku Akan Memikirkannya Lagi

Ash menghela napas, karena jawaban jujurnya akan membuat Mae marah lagi sepertinya. Tapi Ash tidak ingin berbohong.“Aku mengerti kenapa kau marah, tapi aku tidak merasa keputusan itu berlebihan.”Mae menggeleng, lalu duduk pada kursi tunggu yang ada di dekat kaca besar bagian depan. Mae meletakkan beberapa kursi tunggal berjejer untuk pembeli yang mungkin sudah lanjut atau susah berdiri saat mengantri kasir nanti.Ash menyusul dan menarik satu kursi ke hadapan Mae. Sudah cukup lega karena Mae tidak menghindar lagi.“Aku melakukan ini bukan karena melanggar tidak mampu atau lemah, Mary. Ini tentang aku yang ingin ada yang ada disampingmu. Aku yang menjadi penyebabnya, bukan dirimu.” Ash menegaskan sisi dirinya saja.“Dengan cara membuang hasil kerja keras selama bertahun-tahun? Tidakkah kau berpikir ini sangat konyol? Tidakkah kau punya tujuan atau ambisi—”“Sejujurnya—tidak ada. Kehidupanku sangat random dan aku bahkan sempat iri karena kau saja punya mimpi ini.” Ash ikut menunjuk
Baca selengkapnya

Aku Minta yang Mudah Dibuka

“Bagaimana?” tanya Mae, sambil memutar tubuhnya. Memamerkan gaun warna abu-abu dengan rok mekar yang dipakainya.“Cantik. Cocok sekali.” Ash mengangguk setuju.“Ash, kau menyebut hal yang sama untuk lima gaun sebelumnya!” sergah Mae. Komentar Ash sangat mirip malah. “Tapi memang kau cantik memakai apapun. Aku harus mengatakan apa?” Ash tidak mengada-ngada, bicara apa adanya. Apapun warna dan modelnya, menurut Ash, Mae tetap cantik untuknya.“Saya rasa Anda bertanya pada orang yang salah. Yang ini sudah terlalu terpesona pada Anda.” Pegawai butik yang mendampingi Mae berkomentar sambil menahan senyum, sementara tangannya sibuk membereskan gaun lain dan membawanya keluar.Mae mengangkat tangan. Sangat setuju, meminta pendapat Ash soal gaun yang akan dipakainya adalah kesalahan besar.“Apa kau mengambil semua foto daun yang aku pakai?” tanya Mae, saat melihat Ash kembali mengangkat ponsel ke arahnya.Ash mengangguk. Ia tidak biasa mengambil foto secara random, tapi ini keadaan yang luar
Baca selengkapnya

Aku Selalu Berharap yang Terbaik

“You look stunning!” Mae menunjuk Ash dan memekik. (Kau mempesona)Ash tidak memakai seragam yang biasa dilihat Mary—seragam loreng kecoklatan—yang ini jauh berbeda. Dari warna saja sudah biru, lalu lebih banyak benda berkilau—aneka lencana menempel berjejer di kedua dadanya. Ash memakai semua tanda pangkat dan lencana penghargaan yang pernah diterimanya—karena memang harus.“Ini seragam acara formal.” Ash menjelaskan. Jenis seragamnya tidak hanya satu tentu.“Kau yakin tidak memerlukan dada yang lebih luas lagi? Sepertinya terlalu sesak.” Mae mengusap lencana yang berderet itu dengan takjub. Meski tidak tahu darimana atau apa yang dilakukan Ash untuk mendapatkannya, Mae tahu setiap butirnya mengandung pencapaian.“Itu lucu sekali.” Ash sudah tergelak sejak tadi tentu.“Dan aku rasa kau lebih berhak mendapatkan sebutan itu. Kau juga amat mempesona.” Ash tidak bisa berhenti tersenyum semenjak melihat Mae keluar dari kamar.Pilihan Mae—bersama Daisy, Poppy dan Gina—jatuh pada gaun off s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2526272829
...
44
DMCA.com Protection Status