“Le…lepaskan… pergi…” Mae tahu ia harus menjauh, tapi seluruh atom di tubuhnya memilih untuk takut. Mereka masih ingat rasa sakit apa yang mendera hampir setiap sudut tubuh Mae.“Kau bersama siapa? Kau tidak mungkin sendiri.” Monroe mendorong kacamatanya ke atas hidung, sambil maju mendekati Mae, yang perlahan mundur tapi amat lambat karena kakinya tidak lagi bisa menopang dengan baik.“Apa salah satu bangsawan itu ada yang memeliharamu? Kata Carol kau menjadi peliharaan pria tua sekarang.”“LE…” Mae menepis saat tangan Monroe terulur, tapi Monroe berhasil menarik satu tangan Mae yang lain, lalu menaut pingganggangnya. Memeluk dan menahannya. Rontaan Mae tidak bisa dikatakan perlawanan.“Kau semakin indah, Mary. Tahu begini aku tidak akan melepaskanmu…” Monroe berbisik dan mengusap telinga Mae dengan hidung.Tubuh Mae menggigil, dan air mata turun tidak kendali. Masih ingat, tubuhnya masih ingat. Setiap tendangan, jambakan, tamparan, cubitan, gigitan, cekikan—Mae tidak lupa, hanya me
Read more