Semua Bab SUGAR DADDY TERAKHIRKU: Bab 241 - Bab 250

433 Bab

Aku Pernah Tahu

“Kau perlu bantuan?” Dengan tongkatnya, Daisy mendekati Mae yang sejak sore tadi sibuk di dapur. Saat ini hampir tengah malam.“Tidak perlu. Sudah hampir selesai.” Mae menghapus tulisan yang dibuatnya memakai cream, lalu mengulanginya lagi.Menulis diatas kue butuh keahlian khusus, Mae butuh berlatih setelah sekian lama tidak membuat kue yang mengandung tulisan. Ia membuat kue seperti itu hanya setahun sekali tentu, untuk ulang tahun Daisy saja, tapi sudah pernah.Semua ilmu Mae datang dengan belajar sendiri, membaca dan mengikuti ratusan resep, ratusan video juga, dan tentu banyak percobaan gagal. Ilmu dan keahliannya berasal dari tekun.“Yang tadi sudah bagus. Warnanya juga cantik.” Daisy kaget saat melihat Mae menghapusnya memakai pisau palet. Mae paling tidak sudah mengulang lebih dari sepuluh kali semenjak Daisy datang.“Ini hanya latihan, aku akan membuat yang lebih bagus nanti.” Mae tersenyum sambil menyiapkan cat—cat dengan bahan yang khusus untuk makanan dan aman dikonsumsi. M
Baca selengkapnya

Aku Tidak Tahu Tentangmu

[DUA PULUH TAHUN LALU]Dean mengetukkan jari pada roda kemudi, sedikit gelisah karena menunggu tanpa kepastian. Sudah hampir satu jam ia ada di dalam mobil. Dean sudah mendapat informasi dari Carol Jobs tentang dimana Ash, tapi belum tahu apakah Ash akan mau bicara padanya.Penolakan keras Ash kemarin cukup membuatnya terguncang. Bukan tidak terduga, tapi Dean tidak menyangka Ash akan bereaksi sangat negatif. Melelahkan juga pastinya, karena di sisi lain, Dean masih harus membujuk Rowena.Kalau bisa, Dean akan memilih waktu yang lebih tepat untuk menjelaskan semua yang terjadi pada Rowena, saat semua sudah lebih tenang. Sayangnya Rowena tahu lebih cepat daripada dirinya, karena surat tentang Tillie jatuh ke tangan Rowena terlebih dulu.Mereka tidak pernah memisahkan surat masing-masing karena memang tidak ada rahasia apapun yang merasa perlu disimpan. Sekretarisnya hanya akan membawa semua surat yang datang ke ruang kerja, dan Rowena yang akan memilih sendiri surat mana untuk siapa.
Baca selengkapnya

Aku Akan Memberi Kesempatan

Ash benci mengakuinya, tapi dirinya memang belum cukup umur. Kemarin Ash merasa mampu melakukan segalanya, akan tenang saat menghadapi situasi apapun, tapi rupanya tidak.Ash sampai tidak ingin mengingat kepanikannya tadi, terlalu malu, apalagi kalau sampai mengingat air matanya..Ash melirik ke arah Dean yang tampak bicara dengan dokter untuk mendengar keterangan tentang Mary. Itu juga yang menjadi pembedanya, dokter tidak menganggapnya cukup dewasa untuk mendengar diagnosa apapun. Ia langsung beralih saat melihat Dean tadi.“Mary akan membaik dengan cepat. Ia rupanya alergi pada serbuk sari bunga. Sudah tenang sekarang.”Dean menjelaskan, sambil menunjuk ranjang tempat Mary berada. Ia tertidur dengan mudah. Bukan hanya karena obat, tapi juga lelah menangis.“Kalau tidak ada komplikasi lain, ia bisa pulang nanti. Tidak perlu menginap.” Dean lalu menunjuk ke arah resepsionis—ke arah telepon.“Aku sudah menghubungi Carol Jobs juga dan menjelaskan semua. Aku akan bertanggung jawab atas k
Baca selengkapnya

Aku Tidak Yakin Boleh Jujur

“Rasanya aneh. Terlalu kebetulan.” Dean kembali menatap Mae.Mencoba mencari kemiripan antara gadis yang tercekik dan berwarna merah itu. Tapi Dean bertemu dengannya terlalu sebentar, dan memang Mae tumbuh jauh berbeda dengan Mary yang dilihatnya dulu.“Benar… kebetulan sekali.” Mae menghindari pandangan curiga Daen, mencoba terlihat normal.Mae bingung. Ia ingin mengaku, tapi Ash jelas tidak menginginkannya. Kalau Ash mau, ia pasti sudah menjelaskan pada ayahnya tentang hubungan mereka di masa lalu. Kenyataan kalau Dean saat ini masih perlu menebak-nebak, berarti membuktikan kalau Ash menyembunyikannya.Mae belum lupa kepanikan Ash saat dirinya menyebut Bakewell kemarin—tapi sampai sekarang lupa bertanya kenapa. Lalu mengingat reaksi Rowena yang sensitif dengan latar belakang, Mae tidak ingin menceritakan apapun lagi tentang masa lalunya pada keluarga Ash.“Apa…”“DADDY!”Amy yang muncul di belokan, memekik sekuat tenaga, lalu berlari dan melompat ke dalam pelukan ayahnya. Membuyarka
Baca selengkapnya

Aku Menang Bukan?

Ini pesta ulang tahun paling akrab yang pernah dihadirinya. Mae merayakan ulang tahunnya dengan Daisy saja—dan sebaliknya, tapi terkadang lupa karena Daisy sedang amat sakit. Ini juga pesta pertama yang bisa dinikmati Mae, karena mudah saja bersimpati pada emosi Amy yang meledak-ledak itu.Kini Amy memekik girang ketika melihat glitter ikut beterbangan saat ia meniup lilinnya. Mae memang menaburkan glitter yang juga bisa dikonsumsi di bagian bawah lilin. Jumlahnya tidak banyak, tapi karena Amy meniupnya dengan sekuat tenaga, glitter itu beterbangan, mengundang gelak tawa yang ribut khas anak pra remaja.“Daddy, aku ingin liburan ke Perancis.” Amy tiba-tiba menyebutkan keinginannya.“Bukankah seharusnya tidak boleh? Tidak akan terkabul.” Mae menyahut heran. Ia tidak percaya dengan takhayul, tapi setahunya permintaan saat meniup lilin ulang tahun harus dirahasiakan agar terkabul.“Siapa bilang? Justru aku harus mengatakannya agar terkabul.” Amy terkekeh riang sambil menatap ayahnya. Dea
Baca selengkapnya

Aku Tahu Dia Siapa

“Ada apa, Ro? Kenapa kau marah?”Dean bertanya sambil menahan lengan Rowena agar tidak berjalan semakin jauh. Mereka belum sampai ke kamar—masih di dekat pintu teras samping, tapi sudah cukup jauh dari ruang tempat pesta itu.“Untuk apa kau membantunya?!” bentak Rowena sambil menyentakkan tangan Dean.“Huh? Karena memang Mae butuh bantuan?” Dean dengan heran menatap tangannya. Ia tidak merasa telah melakukan kesalahan besar sampai harus mendapat kekasaran sejauh itu.“Tidak perlu!” Rowena masih membentak.“Apa maksudmu, Ro? Ash sangat menginginkannya. Aku akan membantunya. Ini akan membuat Ash akan kembali ramah padaku.” Tujuan Dean seharusnya jelas untuk Rowena.“Selalu begitu! Apa perasaannya begitu penting untukmu?!” Rowena mendengus sambil bersedekap. Amarahnya sudah bercampur sekarang.Dean menghela napas, dan mengelus lengan istrinya dengan lebih lembut. Paham kalau amarah itu harus dilawan dengan lunak.“Ro, aku tahu ini berat untukmu, tapi aku tidak bisa tenang saat tahu Ash be
Baca selengkapnya

Aku Merindukanmu

Mae membanting kemudi ke arah samping, menghindari mobil yang muncul dari belokan. Tidak kencang, Mae saja yang tidak melihat karena memang pandangannya tertutup air mata.Mae tidak peduli keadaan tapi, ia kembali menginjak gas dan mobilnya melaju lagi. Ia tidak tahu sedang ada dimana, karena memang tidak memilih ke arah mana. Mae hanya sembarangan berbelok setiap kali menemukan pertigaan atau perempatan. Ia hanya ingin menjauh, tanpa tahu juga sudah berapa lama melaju, Mae bahkan tidak menyadari kapan hari terang telah berubah gelap.“Pantas—pantas saja.”Mae bergumam sambil menghapus air matanya. Tangannya tampak gemetar, campuran dingin dan terguncang. Mae tidak sempat mengambil mantel maupun sarung tangannya saat berlari keluar tadi. Mae hanya sempat membawa ponsel karena memang ada di kantong celananya. Tasnya saja masih tertinggal, bersama dengan aneka alat dan perlengkapan membuat kue yang dibawanya tadi. Pemanas di dalam mobil cukup membantu, tapi dingin yang dirasakan Mae l
Baca selengkapnya

Tunggu Aku Disana

“Sir, Anda tidak seharusnya ada di sini.” Petugas yang menangani cargo kembali melirik ke arah tanda pangkat yang tersemat di seragam Ash. Kalau sedikit saja lebih rendah, ia mungkin akan menyuruh dengan lebih tegas agar Ash keluar dari pesawat itu.“Terlambat bukan?” Ash duduk pada kursi yang menempel miring pada dinding pesawat, lalu mengencangkan sabuk pengaman. Ia menutup mata saat merasakan tarikan akrab yang menandakan pesawat menukik.Mereka sudah sampai di tanah Inggris lagi. Durasi penerbangan Andorra ke London kurang lebih dua setengah jam saja memang.“Tapi nanti akan ada masalah, Sir. Saya…”“Namaku… Ashton Cooper.” Ash menepuk namanya yang ada pada seragam, menunjukkannya pada petugas yang kini juga sudah duduk tidak jauh darinya.“Sebut dengan lengkap namaku dan pangkatnya saat ada yang bertanya. Kau boleh juga mengatakan kalau aku mengancam akan membunuh kalau tidak diizinkan naik. Mereka akan percaya.” “Anda memang mengancam akan membunuh saya.” Pria itu kembali mengg
Baca selengkapnya

Aku Tidak Pantas

“Kau sudah menemukannya? Dimana?” Daisy sampai terdengar terengah saat bertanya, ia menunggu kabar dari Ash sejak tadi.“Sudah. Aku membawanya ke Andover tapi. Terlalu jauh ke Reading. Ia butuh istirahat.” Ash melirik Mae yang tertidur di kursi sebelah. Ash menyelimutinya dengan seragam yang dipakainya. Gemetar tubuhnya sudah berhenti dan Mae tertidur hampir seketika.Mobil itu norak, tapi penghangatnya bekerja dengan baik. Mae bisa nyenyak terlelap meski baju dan tubuhnya lembab oleh salju.“Apa yang terjadi? Apa mereka menyakitinya?” tanya Daisy.Satu tangan Ash yang masih memegang kemudi meremas dengan kencang. “Aku tidak tahu.” Ash punya bayangan, tapi tidak mau memikirkannya sekarang, karena ingin fokus pada Mae.“Keluargamu brengsek!” Daisy memaki dengan jelas.“Aku tahu.” Ash memutus panggilan setelah itu. Tidak perlu mendengar makian itu karena hanya akan memperburuk amarahnya. Ash tidak butuh godaan untuk lebih marah saat ini.Ash mengusap kening Mae, hangat tapi tidak amat m
Baca selengkapnya

Aku Ingin Kau Membutuhkanku

“Mary…”Mae menggeleng. “Kau bisa bersama yang tidak rusak. Yang lebih baik… yang tidak selalu menangis… yang tidak selalu membutuhkanmu setiap saat, tidak memerlukan bantuan hanya untuk berdiri…” “Mary, untuk apa aku bersama seseorang yang tidak membutuhkanku?” Ash menutup bibir Mae dengan jari.“Aku ingin berada di tempat yang benar—tempat dimana aku diinginkan. Aku ingin berada bersama orang yang membutuhkanku karena dengan begitu aku dihargai—aku dicintai. Ini tidak salah bukan?”Mae ingin menyingkirkan tangan Ash yang ada di pipinya, tapi Ash malah semakin kencang mencengkram.“Maaf, tapi tidak mau. Aku tidak mau bersama yang lain,” tandas Ash.Mae menggeleng, lalu mundur untuk melepaskan diri. Pergulatan yang percuma tentunya, karena Ash dengan mudah mendorong, dan mengunci tubuhnya. Hanya butuh kurang dari sepuluh detik, Mae tidak lagi bisa bergerak, dengan kedua tangan ada dalam genggaman Ash di samping kepalanya,“Untuk apa?” tanya Mae. “Aku tidak bisa memberimu apapun! Aku t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2324252627
...
44
DMCA.com Protection Status