Share

Aku Menang Bukan?

Author: aisakurachan
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56
Ini pesta ulang tahun paling akrab yang pernah dihadirinya. Mae merayakan ulang tahunnya dengan Daisy saja—dan sebaliknya, tapi terkadang lupa karena Daisy sedang amat sakit.

Ini juga pesta pertama yang bisa dinikmati Mae, karena mudah saja bersimpati pada emosi Amy yang meledak-ledak itu.

Kini Amy memekik girang ketika melihat glitter ikut beterbangan saat ia meniup lilinnya. Mae memang menaburkan glitter yang juga bisa dikonsumsi di bagian bawah lilin. Jumlahnya tidak banyak, tapi karena Amy meniupnya dengan sekuat tenaga, glitter itu beterbangan, mengundang gelak tawa yang ribut khas anak pra remaja.

“Daddy, aku ingin liburan ke Perancis.” Amy tiba-tiba menyebutkan keinginannya.

“Bukankah seharusnya tidak boleh? Tidak akan terkabul.” Mae menyahut heran. Ia tidak percaya dengan takhayul, tapi setahunya permintaan saat meniup lilin ulang tahun harus dirahasiakan agar terkabul.

“Siapa bilang? Justru aku harus mengatakannya agar terkabul.” Amy terkekeh riang sambil menatap ayahnya. Dea
aisakurachan

Amy adalah kunci :))

| 6
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Yanti
oòoo kemarin tuh amy yg ditelpon mae.. wkwwk anda menang banyak mae.. rrruar biasa
goodnovel comment avatar
Najwa Khaira
Mae punya sekutu biarpun masih kecil punya kekuatan besar ...
goodnovel comment avatar
Silent Heart
Aaaaah Amy, luv luv. Kangen Ash :'(
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tahu Dia Siapa

    “Ada apa, Ro? Kenapa kau marah?”Dean bertanya sambil menahan lengan Rowena agar tidak berjalan semakin jauh. Mereka belum sampai ke kamar—masih di dekat pintu teras samping, tapi sudah cukup jauh dari ruang tempat pesta itu.“Untuk apa kau membantunya?!” bentak Rowena sambil menyentakkan tangan Dean.“Huh? Karena memang Mae butuh bantuan?” Dean dengan heran menatap tangannya. Ia tidak merasa telah melakukan kesalahan besar sampai harus mendapat kekasaran sejauh itu.“Tidak perlu!” Rowena masih membentak.“Apa maksudmu, Ro? Ash sangat menginginkannya. Aku akan membantunya. Ini akan membuat Ash akan kembali ramah padaku.” Tujuan Dean seharusnya jelas untuk Rowena.“Selalu begitu! Apa perasaannya begitu penting untukmu?!” Rowena mendengus sambil bersedekap. Amarahnya sudah bercampur sekarang.Dean menghela napas, dan mengelus lengan istrinya dengan lebih lembut. Paham kalau amarah itu harus dilawan dengan lunak.“Ro, aku tahu ini berat untukmu, tapi aku tidak bisa tenang saat tahu Ash be

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Merindukanmu

    Mae membanting kemudi ke arah samping, menghindari mobil yang muncul dari belokan. Tidak kencang, Mae saja yang tidak melihat karena memang pandangannya tertutup air mata.Mae tidak peduli keadaan tapi, ia kembali menginjak gas dan mobilnya melaju lagi. Ia tidak tahu sedang ada dimana, karena memang tidak memilih ke arah mana. Mae hanya sembarangan berbelok setiap kali menemukan pertigaan atau perempatan. Ia hanya ingin menjauh, tanpa tahu juga sudah berapa lama melaju, Mae bahkan tidak menyadari kapan hari terang telah berubah gelap.“Pantas—pantas saja.”Mae bergumam sambil menghapus air matanya. Tangannya tampak gemetar, campuran dingin dan terguncang. Mae tidak sempat mengambil mantel maupun sarung tangannya saat berlari keluar tadi. Mae hanya sempat membawa ponsel karena memang ada di kantong celananya. Tasnya saja masih tertinggal, bersama dengan aneka alat dan perlengkapan membuat kue yang dibawanya tadi. Pemanas di dalam mobil cukup membantu, tapi dingin yang dirasakan Mae l

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Tunggu Aku Disana

    “Sir, Anda tidak seharusnya ada di sini.” Petugas yang menangani cargo kembali melirik ke arah tanda pangkat yang tersemat di seragam Ash. Kalau sedikit saja lebih rendah, ia mungkin akan menyuruh dengan lebih tegas agar Ash keluar dari pesawat itu.“Terlambat bukan?” Ash duduk pada kursi yang menempel miring pada dinding pesawat, lalu mengencangkan sabuk pengaman. Ia menutup mata saat merasakan tarikan akrab yang menandakan pesawat menukik.Mereka sudah sampai di tanah Inggris lagi. Durasi penerbangan Andorra ke London kurang lebih dua setengah jam saja memang.“Tapi nanti akan ada masalah, Sir. Saya…”“Namaku… Ashton Cooper.” Ash menepuk namanya yang ada pada seragam, menunjukkannya pada petugas yang kini juga sudah duduk tidak jauh darinya.“Sebut dengan lengkap namaku dan pangkatnya saat ada yang bertanya. Kau boleh juga mengatakan kalau aku mengancam akan membunuh kalau tidak diizinkan naik. Mereka akan percaya.” “Anda memang mengancam akan membunuh saya.” Pria itu kembali mengg

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tidak Pantas

    “Kau sudah menemukannya? Dimana?” Daisy sampai terdengar terengah saat bertanya, ia menunggu kabar dari Ash sejak tadi.“Sudah. Aku membawanya ke Andover tapi. Terlalu jauh ke Reading. Ia butuh istirahat.” Ash melirik Mae yang tertidur di kursi sebelah. Ash menyelimutinya dengan seragam yang dipakainya. Gemetar tubuhnya sudah berhenti dan Mae tertidur hampir seketika.Mobil itu norak, tapi penghangatnya bekerja dengan baik. Mae bisa nyenyak terlelap meski baju dan tubuhnya lembab oleh salju.“Apa yang terjadi? Apa mereka menyakitinya?” tanya Daisy.Satu tangan Ash yang masih memegang kemudi meremas dengan kencang. “Aku tidak tahu.” Ash punya bayangan, tapi tidak mau memikirkannya sekarang, karena ingin fokus pada Mae.“Keluargamu brengsek!” Daisy memaki dengan jelas.“Aku tahu.” Ash memutus panggilan setelah itu. Tidak perlu mendengar makian itu karena hanya akan memperburuk amarahnya. Ash tidak butuh godaan untuk lebih marah saat ini.Ash mengusap kening Mae, hangat tapi tidak amat m

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Ingin Kau Membutuhkanku

    “Mary…”Mae menggeleng. “Kau bisa bersama yang tidak rusak. Yang lebih baik… yang tidak selalu menangis… yang tidak selalu membutuhkanmu setiap saat, tidak memerlukan bantuan hanya untuk berdiri…” “Mary, untuk apa aku bersama seseorang yang tidak membutuhkanku?” Ash menutup bibir Mae dengan jari.“Aku ingin berada di tempat yang benar—tempat dimana aku diinginkan. Aku ingin berada bersama orang yang membutuhkanku karena dengan begitu aku dihargai—aku dicintai. Ini tidak salah bukan?”Mae ingin menyingkirkan tangan Ash yang ada di pipinya, tapi Ash malah semakin kencang mencengkram.“Maaf, tapi tidak mau. Aku tidak mau bersama yang lain,” tandas Ash.Mae menggeleng, lalu mundur untuk melepaskan diri. Pergulatan yang percuma tentunya, karena Ash dengan mudah mendorong, dan mengunci tubuhnya. Hanya butuh kurang dari sepuluh detik, Mae tidak lagi bisa bergerak, dengan kedua tangan ada dalam genggaman Ash di samping kepalanya,“Untuk apa?” tanya Mae. “Aku tidak bisa memberimu apapun! Aku t

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Bukan Anakmu!

    “Ash? Kau ada di Inggris?”Dean muncul dengan kesadaran yang mungkin tidak lebih dari separuh, tampak tersaruk-saruk dan mengusap wajahnya untuk melihat dengan lebih jelas, dan memastikan kalau yang datang benar-benar Ash.“Kau bisa tidur nyenyak setelah menyiksanya?!” Ash tidak memberi kesempatan bernapas untuk Dean, langsung membentak. Tentu saja benci melihat kenyaman tidur yang diperlihatkan ayahnya, sementara Mae harus gelisah, menangis dalam kedinginan sebelum akhirnya bisa terlelap.“Aku tidur belum sampai setengah jam, dan—”“AKU TIDAK PEDULI!” Ash memotong dengan keras.“Pelankan suaramu! Kau ingin Amy mendengar?”Dengan lelah, Dean memberi isyarat agar Ash mengikutinya ke ruangan lain yang lebih jauh dari kamar Amy, agar pertengkaran mereka tidak terdengar olehnya.Meski sambil mengepalkan tangan, Ash terpaksa mengikutinya. Akan menambah kerepotan lain kalau sampai Amy tahu memang.“Apa yang kau lakukan padanya?!” Ash menyerang lagi begitu sampai di ruang tengah.“Aku—tidak m

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Tidak Melakukannya

    “Did you…”Dean melangkah mundur karena shock oleh gerakan tangan itu. Tentu sulit menerima kalau Ash baru saja berusaha mencekiknya.Ash kini sudah ditarik mundur oleh anggota RaSP, dan tidak melawan juga meski bisa. Sedikit tersadarkan kalau tangannya tadi bergerak lebih cepat dari pikiran. Tapi Ash tidak menyesal.“Kau—““Kalian keluar.” Rowena mengangkat tangan, meminta Ash diam dulu, sementara mengusir bodyguardnya yang masih menunggu dengan sikap canggung. Merasa keadaan belum aman, tapi bukan tugas mereka juga untuk ikut campur urusan domestik. Rowena mengusir karena lebih baik mereka tidak mendengar lanjutan semua pertengkaran itu memang.“Aku tidak akan membunuhnya!” Ash mendesis, ikut mengusir mereka. Alasannya tentu Mae. Mereka tidak perlu mendengar tentang latar belakang Mae yang mungkin tersebut dalam pertengkaran itu.Akhirnya mereka mengangguk dan menjauh—lebih jauh dar sebelumnya, karena Rowena mengusir lagi dengan kibasan tangan.“Kau baru saja ingin mencekikku?” Dean

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Aku Melihatnya Saja

    [SEPULUH TAHUN LALU]Ash mengernyit. Ingatannya tajam, tapi perubahan bangunan dan jalan itu cukup drastis. Ia tidak lagi mengenali titik-titik yang menjadi penanda keberadaan rumah singgah itu. “Ck, apa aku menyerah saja?”Ash bergumam sambil membelokkan mobil ke arah gerai kopi kecil. Ia akan membeli kopi sebelum kembali ke kampus. Ia masih punya waktu, meski sebenarnya harus belajar karena besok adalah hari pertama ujian akhir semester.Ash tidak berencana datang secara khusus ke Leicester tadi, hanya lewat mengantar Jennifer pulang ke rumahnya. Ia teman kuliah yang saat ini dekat dengannya, dan sedikit pemaksa. Ash kemarin hanya berjanji mengantarnya pulang dan sudah, tapi Jen malah bermaksud membawanya masuk untuk diperkenalkan pada orang tuanya.Tentu saja Ash memakai seribu alasan untuk menolak, mereka baru dekat kurang lebih sebulan, dan Ash bahkan tidak ingat nama belakang Jennifer siapa. Ia tidak akan tahu harus memanggil orang tuanya dengan nama apa. Ash tidak merasa perlu

Latest chapter

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 65 - Kau Ada di Tempat Sempurna

    “Di sini saja, lebih teduh.” Rowena menunjuk kursi di sebelahnya. Dean juga mengangguk setuju.Seluruh plot kursi taman itu sebenarnya ada di bawah pohon paling besar yang ada di taman rumah, tapi karena posisi matahari, ada bagian yang masih tersiram cahaya.Mae sebenarnya tidak keberatan mendapat siraman matahari setelah beberapa hari berada di rumah sakit, tapi ia masih ingat bagaimana nasib orang yang kali terakhir berdebat dengan Rowena—diusir, karenanya sekarang Mae memilih menurut dan duduk dengan manis di sampingnya.“Kau sudah tidak sakit?” tanya Amy yang sudah duduk dan kini menyerahkan satu cookies dari meja. Bukan buatan Mae tapi. Ia belum boleh mendekati dapur—atau melakukan apapun.“Tentu saja. Dokter tidak mungkin mengizinkan aku pulang kalau belum.” Mae melirik Ash yang juga sudah duduk di sampingnya. Orang yang tidak mungkin mengizinkan Mae pulang sebelum dokter memastikan tidak ada yang salah dari tubuhnya.Untung saja Mae kemarin berhasil membuat dokter itu merahasia

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 64 - Kau yang Salah

    “Mae? Ada apa?”Jeritan itu tentu saja menarik perhatian Rowena, dan juga beberapa orang tamu yang bersamanya. “Mae, hentikan!” Rowena menyambar kran wastafel dan mematikannya. Ia lalu menyambar tisu dapur dan mengulurkannya untuk wanita yang kini tersedak dan terbatuk itu.“Lady Jane? Apa Anda baik-baik saja?” tanya Rowena, sambil membantu mengusap air dari wajahnya.Mae yang masih berdiri di situ sedikit menjauh. Mengeluh saat mendengar Rowena memanggilnya lady. Itu berarti Jane ini berasal dari kalangan bangsawan yang sama dengan Rowena. Ia menyombong karena tahu kedudukannya kurang lebih sama dengan Rowena.“Tidak! Wanita ini menyerangku!” Jane menuding ke arah Mae, segera begitu batuknya terhenti.“Mae? Apa—”“Pelayan ini kurang ajar. Kau harus memberinya pelajaran etika!” Jane mengadu tanpa memberi kesempatan Rowena untuk bertanya pada Mae.“Siapa? Pelayan yang mana?” Rowena bingung memandang sekitar, mengira ada orang lain yang terlibat.“Ini!” Jane menuding Mae dengan lebih je

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 63 - Kau Tidak Sopan

    “Aku saja yang membawa.” Mae mengambil alih piring besar berisi potongan kue yang sudah diatur rapi olehnya dari tangan pelayan. Ini karena memang jumlah orang yang membawa kurang. Mae membantu agar pekerjaan mereka cepat selesaiAcara makan sudah dimulai sejak dua jam lalu, dan kini saatnya dessert yang dihidangkan. Semua tamu ribut bicara dan menertawakan entah apa. Mereka sudah tidak lagi duduk, tapi berdiri berkelompok masing-masing. Beberapa mengerumuni Rowena sebagai tuan rumah untuk berterima kasih.“Mae.” Rowena menghentikan langkah Mae dengan meraih lengannya saat ia lewat untuk kembali ke dapur.“Kau tidak perlu bekerja lagi.” Kalimat Rowena itu terdengar seperti kalimat pemecatan, tapi Mae sudah menghapal kalau tujuan Rowena bukan itu. “Kau tidak terlihat baik-baik saja.”Kalimat Rowena yang menyusul berikut menjelaskan niatnya dengan lebih baik. Rowena sedang mengkhawatirkan keadaan Mae.“Ya, setelah ini aku akan beristirahat.” Mae tersenyum menenangkan, lalu meneruskan l

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 62 - Kau Disini?

    “Karena itu kalian bisa melapor pada—Oh? Sir.” Louis mengangguk saat melihat Ash mendekat.Tapi ia paham kenapa dan langsung bergeser, memperlihatkan sosok yang berdiri di sampingnya, lalu melanjutkan briefing. Tidak berkomentar saat Ash menarik kerah jas Ian, yang tentu saja sedang tersenyum lebar.“What the fuck are you doing here?” geram Ash, setelah mereka sampai di taman yang sepi, tidak termasuk area yang dipakai untuk menjamu tamu.“Tolonglah jangan banyak mengumpat. Untung saja tidak ada toples di sini—Oh, apa aku perlu menghitung berapa umpatan yang kau ucapkan? Jadi bisa membayar nanti?” Ian menepuk bahu Ash perlahan, menangkan sekaligus menikmati reaksinya. Ian memang sengaja tidak mengatakan apapun agar bisa menikmati reaksi itu.“Apa yang kau lakukan di sini?!” Ash mendesis sambil menatap Ian dari atas sampai ke bawah. Jas itu sangat baru, juga pin yang tersemat di dadanya—menandakan ia anggota RaSp.“Apa kau menyamar? Ada pekerjaan yang membuatmu harus menyamar di sini?

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 61 - Kau Juga Melihatnya?

    “Itu cara berpamitan yang unik.”Mae menggelengkan kepala dan tertawa. Sejenak meninggalkan spuit yang dipakainya untuk menghias cupcake untuk menatap Ash.Ia baru saja menceritakan keributan yang terjadi malam kemarin saat ayah Serena datang menjemput. Ash baru bisa menceritakannya sekarang, karena kesibukan Mae memang hampir tanpa henti. Tamu yang dimaksud Rowena tidak hanya berlangsung sehari, tapi datang bergilir selama dua hari ini. Ia menjamu para istri dari orang-orang berpengaruh yang kemarin mendukung dan berkontribusi pada kemenangan Dean. Sedikit membalas budi.Karenanya Mae juga memperlakukan pekerjaan itu dengan lebih serius. Ia tidak boleh mengacau.“Unik, tapi yang pasti aku bersyukur dia sudah kembali. Aku lelah dengan drama gila mereka.” Ash menghela napas sambil mengulurkan tangan—berusaha mencolek krim berwarna hijau yang disiapkan Mae.Tentu saja Mae mencekal lengan itu. Mae tidak mungkin mengizinkan ada yang menyentuh adonannya dengan tangan yang tidak jelas keber

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 60 - Kau Akan Selalu Menjadi Tuan Putri

    “Serena?”Ian menggoyangkan bahu Serena, cukup keras, dan masih tidak bergerak. Ian berencana memakai ponsel untuk menyuarakan alarm, tapi sepertinya percuma.Suara bentakan yang dikeluarkan Val tadi kerasnya melebihi alarm dan tidak mengganggu Serena. “Tuan Putri!”Ian akhirnya berseru agak keras dan mengguncang kedua bahu Serena. Baru setelahnya mendapat respon.“Lima menit lagi, Mom.” Gumaman yang kurang lebih menjelaskan kalau ia masih bermimpi.“I'm not your Mom, so please wake up. She's waiting for you.” (Aku bukan ibumu, jadi bangunlah. Dia menunggumu)Ian berbisik di telinganya, hampir tidak bisa menahan tawa saat melihat bagaimana mata Serena membuka lebar dengan tiba-tiba. Ia langsung berbalik mencari siapa yang berbicara padanya, dan menemukan Ian berbaring di sampingnya sambil menopang kepala menahan tawa.“Bangun tidur pun kau tampak mempesona, Tuan Putri. Hamba puas melihatnya,” kata Ian.“Just cut the crap! Apa maksudmu Ibuku menunggu?” Informasi itu masih diingat ole

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 59 - Kau Tidak Bisa Membunuhku

    “Miss, ada tamu untuk Anda.” Louis dengan sopan mengetuk pintu kamar Serena.“Lebih keras lagi. Dia tidak akan terbangun kalau kau mengetuk selembut itu.” Val menyarankan karena tahu kebiasaan Serena. Biasanya hanya gempa yang bisa membangunkannyaLouis mengangguk dan mengetuk lebih keras lagi. “Miss?” Pintu itu terbuka, tapi yang muncul adalah Ian. “Kau mau apa?” Ian separuh membentak dengan wajah jengkel.Tapi hanya bertahan satu detik, karena wajah itu terhantam oleh kepalan tangan Val setelahnya. Ian tidak mungkin menghindar dan nyaris terpelanting.Dengan gerakan yang terlatih, Ian langsung menegakkan tubuh dan melayangkan tendangan balasan pada siapapun yang menyerangnya. Tapi kakinya berhasil ditepis dan saat itu Ian akhirnya melihat mata amat biru yang sekarang menjadi mimpi buruknya.“Oh, shit!” makinya, sambil menurunkan tangan—membatalkan serangan, tapi tetap waspada dan bergerak menghindar saat Val menggembor marah dan melayangkan pukulan lain.“Dasar setan!” Val berseru d

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 58 - Kau Datang Sekarang?

    “Aku bilang jangan berpikir ke arah sana!” sergah Serena, sambil mengibaskan rambut dan tengkuknya kembali tertutup.“Oh…” Ian tentu saja kecewa, tapi tidak bisa lama. Saat Serena mengangkat sepuluh jarinya, ia langsung paham masalahnya apa. “Kau tidak bisa membukanya.” Serena berbalik sambil mengangguk. Masih ada sisa pink di wajahnya tapi tidak lagi amat merah. “Aku tidak bisa memaksa membuka ini. Aku perlu sembuh cepat. Harus latihan.” Serena menunjukkan perbannya lagi. Ia bisa memaksakan untuk membuka perban itu, tapi khawatir akan memperburuk lukanya. Serena membutuhkan tangan itu untuk berlatih sebentar lagi.“Seharusnya kau mengatakannya sejak tadi. Aku akan membantu. Ini mudah.” Ian memutar tangannya. Isyarat agar Serena kembali berbalik memunggunginya.“Aku akan meminta bantuan Mae kalau dia tidak sibuk!” cetus Serena. Masih ingin menegaskan kalau Ian adalah pilihan terakhir.“Itu tidak akan seru. Seharusnya kau langsung datang padaku. Masalahnya akan cepat selesai.” Ian te

  • SUGAR DADDY TERAKHIRKU   Extra 57 - Kau Jangan Berpikir yang Aneh

    “Kenapa susah sekali!” Serena mengeluh karena jarinya tidak bisa menyentuh zipper yang sebenarnya mudah.Kalau bisa melepaskan kuncian, Serena bisa mendorong turun, tapi gerakan sederhana itu sangat membutuhkan jari. Serena menghela napas. Menyerah, ia memerlukan bantuan.Serena bisa saja melewatkan mandi, tapi tetap ingin mengganti baju. Ia sudah memakainya seharian berkeliling.Serena keluar dari kamar—mencari Mae, tapi belum sampai di kamarnya, Serena sudah melihat Mae berlari kecil ke arah dapur. Serena mengintip, dan terlihat Mae—dibantu beberapa orang pelayan yang memang bekerja di rumah itu sedang sibuk menyiapkan kue.Mae tadi hanya keluar sebentar, kini melanjutkan pekerjaannya menggiling adonan croissant berwarna merah yang harus dilipat berulang kali. Bukan saat yang tepat untuk meminta bantuan, karena Serena perlu membawa Mae ke kamar. Tidak mungkin ia membuka bajunya di dapur.“Ian ada di sana—belum pulang. Menerima panggilan.”Ash yang berusaha membantu Mae—dengan menga

DMCA.com Protection Status